HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Jalan Terputus, Kesadaran Harus Tersambung!! Pentingnya Mitigasi Saat Bencana Melanda

Indah Yuliasari Putri Mahasiswi Semester 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon Lentera2...

Indah Yuliasari Putri Mahasiswi Semester 2
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon

Lentera24.com - Bencana alam senantiasa hadir sebagai pengingat bahwa manusia, meskipun telah mengalami kemajuan teknologi dan pembangunan yang pesat, tetap memiliki keterbatasan di hadapan kekuatan alam. Peristiwa longsor yang menutup Ruas Jalan Cikijing, Kabupaten Majalengka–Kuningan pada Rabu malam, 15 Januari 2024, merupakan salah satu contoh nyata dari kenyataan tersebut. Jalan sepanjang sepuluh meter tertutup material longsoran akibat hujan deras yang mengguyur kawasan itu. Kejadian ini bukan sekadar gangguan lalu lintas semata, tetapi merupakan peringatan tegas akan pentingnya mitigasi bencana sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional.

Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, terutama di daerah perbukitan dan pegunungan. Fenomena ini dipicu oleh berbagai faktor, baik alami maupun akibat ulah manusia. Curah hujan yang tinggi menjadi pemicu utama, karena air yang meresap ke dalam tanah dapat meningkatkan beban dan melemahkan struktur tanah, sehingga memicu pergeseran lapisan tanah. Selain itu, struktur tanah yang labil, seperti tanah lempung atau tanah dengan kemiringan curam, juga sangat rentan terhadap longsor. Aktivitas manusia turut memperparah kondisi ini, misalnya melalui penebangan hutan secara liar, pembangunan tanpa perencanaan yang baik di daerah rawan, serta penggalian lereng yang mengganggu kestabilan tanah.

Dampak dari tanah longsor sangat merugikan. Bangunan rumah, sekolah, dan fasilitas umum bisa hancur tertimbun material longsoran. Jaringan transportasi seperti jalan raya dan rel kereta api juga sering terganggu atau rusak berat, menghambat mobilitas dan distribusi logistik. Dalam banyak kasus, tanah longsor juga menyebabkan korban jiwa, terutama jika terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan. Oleh karena itu, penting adanya upaya mitigasi yang serius, seperti reboisasi, pembangunan sistem drainase yang baik, dan edukasi masyarakat tentang tanda-tanda awal longsor. Penggunaan teknologi seperti sistem peringatan dini dan pemetaan risiko juga sangat membantu dalam mengurangi dampak bencana ini

Di tengah perubahan iklim global yang semakin terasa dampaknya, bencana seperti longsor, banjir, dan kekeringan terjadi lebih sering dengan intensitas yang meningkat. Oleh karena itu, mitigasi bencana tidak dapat lagi dianggap sebagai pilihan tambahan, melainkan harus menjadi landasan utama dalam perencanaan pembangunan jangka panjang. Tujuannya bukan hanya untuk melindungi infrastruktur, tetapi yang lebih penting adalah menyelamatkan nyawa serta menjaga keberlangsungan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

Infrastruktur Tangguh sebagai Benteng Pertama

Langkah awal dalam upaya mitigasi bencana adalah pembangunan infrastruktur yang tangguh terhadap risiko alam. Jalan  seperti yang ada di Cikijing merupakan jalur nadi yang menghubungkan wilayah dan menunjang aktivitas ekonomi. Ketika akses tersebut terputus, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pengguna kendaraan pribadi, tetapi juga oleh distribusi logistik, bantuan darurat, serta aktivitas ekonomi masyarakat sekitar.

Dengan demikian, pembangunan infrastruktur di daerah rawan bencana perlu dilakukan dengan mempertimbangkan risiko yang ada. Penguatan lereng, pembuatan dinding penahan tanah, sistem drainase yang baik, dan penanaman tanaman untuk mencegah erosi harus menjadi bagian dari standar konstruksi di tempat-tempat yang rawan longsor. Selain itu, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin terhadap infrastruktur agar bisa mendeteksi potensi bahaya lebih awal.

Sistem Peringatan Dini sebagai Upaya Pencegahan

Kemajuan teknologi informasi seharusnya dimanfaatkan untuk memperkuat sistem peringatan dini. Informasi terkait curah hujan tinggi, pergerakan tanah, atau potensi longsor dapat disampaikan secara waktu nyata melalui medsos yang berisi tentang berita berita wilayah seperti radar media massa yang lainnya. Teknologi semacam ini perlu dihadirkan hingga ke wilayah pedesaan yang rentan terhadap bencana.

Namun, sistem peringatan tidak akan efektif tanpa data yang akurat dan respons cepat dari masyarakat. Maka dari itu, penting untuk melakukan investasi dalam pemantauan geologi dan penelitian terkait bencana. Pemerintah dan lembaga terkait harus memperkuat kerja sama untuk menciptakan sistem peringatan dini yang handal dan dapat diakses oleh semua orang.

Pendidikan sebagai Dasar Kesadaran 

Sering kali, korban bencana tidak hanya disebabkan oleh keganasan alam, tetapi juga oleh minimnya  pengetahuan manusia tentang tindakan yang harus dilakukan saat bencana terjadi. Di sinilah pentingnya mitigasi kebencanaan. Edukasi tentang mitigasi perlu diberikan sejak usia dini seperti melalui kurikulum di sekolah. Selain itu, masyarakat perlu dilibatkan dalam simulasi evakuasi dan pelatihan pertolongan pertama. Pendidikan akan membentuk kesadaran  budaya tanggap risiko. Masyarakat yang paham cara menghadapi bencana cenderung tidak panik dan dapat bertindak secara terstruktur, upaya ini akan menghasilkan manusia yang lebih siap dan tangguh dalam menghadapi bencana.

Pelestarian Alam sebagai Investasi Jangka Panjang

Tidak dapat dimungkiri bahwa ulah manusia juga turut memperparah risiko bencana. Penebangan hutan, alih fungsi lahan, serta eksploitasi alam yang tidak terencana menyebabkan kerusakan ekosistem hutan. Hal ini membuat tanah kehilangan daya serap dan mengakibatkan aliran air permukaan meningkat yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya bencana alam longsor. Upaya jangka panjang dalam mitigasi bencana adalah dengan menjaga kelestarian lingkungan. Kegiatan seperti reboisasi tumbuhan, penerapan praktik pertanian ramah lingkungan harus menjadi prioritas. Alam yang sehat merupakan pertahanan alami terhadap bencana.

Peran Aktif Masyarakat

Mengurangi dampak bencana bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab bersama. Masyarakat punya peran besar dalam membangun kesiapsiagaan di lingkungan sekitar. Komunitas yang terorganisir bisa menjadi pihak pertama yang bergerak saat bencana terjadi. Membentuk relawan, mengadakan pelatihan penanganan darurat, dan memperkuat rasa kebersamaan akan membantu mempercepat dan mempermudah penanganan saat bencana datang. Keterlibatan masyarakat akan menciptakan rasa kepemilikan terhadap upaya mitigasi dan mendorong sinergi yang lebih kuat antara warga dan pemerintah.

Jalur Alternatif yang Aman dan Siap Pakai

Peristiwa longsor di Cikijing juga menyoroti pentingnya kesiapan jalur alternatif lain untuk dilewati. Ketika jalan utama terputus, jalur lain seperti yang melalui Desa Cidulang, Jagasari, dan Cipulus menjadi sangat penting. Sayangnya, jalur alternatif sering kali dalam kondisi kurang memadai, tidak dilengkapi rambu atau penerangan, bahkan membahayakan pengendara.
Pemerintah daerah perlu menjadikan jalur alternatif sebagai bagian dari bentuk mitigasi untuk jangka panjang, bukan hanya solusi sementara. Infrastruktur jalur tersebut harus ditingkatkan dan dipelihara agar dapat digunakan dengan aman saat keadaan darurat saat bencana longsor atau bencana lainnya menimpa.

Saatnya Bertindak Bersama

Tragedi longsor di Cikijing bukan hanya kejadian di satu wilayah, tetapi mencerminkan perlunya upaya bersama dalam memperkuat sistem penanggulangan bencana di seluruh negeri ini. Peristiwa ini menjadi pengingat penting untuk menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan kesiapan semua pihak dalam menghadapi ancaman bencana.

Kita memang tidak bisa mencegah bencana alam seperti hujan turun atau gempa terjadi. Namun, kita dapat mempersiapkan diri agar tidak menjadi korban dari kelalaian dan ketidaksiapan itu sendiri. Mari jadikan setiap bencana sebagai pelajaran berharga dan dorongan untuk membangun masa depan yang lebih aman dan tangguh bagi seluruh masyarakat.***