Oleh: Adi Asmara Lentera24.com | JAWA TENGAH - Pos pelayanan terpadu atau POSYANDU berada dekat dengan masyarakat, di tiap Rukun Warga/RW ...
Oleh: Adi Asmara
Lentera24.com | JAWA TENGAH - Pos pelayanan terpadu atau POSYANDU berada dekat dengan masyarakat, di tiap Rukun Warga/RW di seluruh persada bumi pertiwi dipastikan ada Kader-kader (sekumpulan orang jadi penggerak dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan).
Setiap bulannya kita sering melihat ibu dengan balita yang berduyun-duyun mendatangi Posyandu, ketika prosesi penimbangan anak, masih saja terdapat anak menangis. (mungkin trauma/sindrom karena ada kenangan jarum suntik saat imunisasi).
Beberapa tahun ke belakang Posyandu masih menggunakan alat timbang badan manual, alat timbang ini menyerupai ayunan dengan kain yang ditancapkan ke pengait timbangan. Dan alhamdulillahnya semangat digitalisasi menjalar ke Posyandu juga, sehingga penggunaaan alat timbang digital sangat membantu para Kader dalam menghitung berat badan balita ataupun manula secara akurat.
Para manula pun menjadi sasaran para kader, program pencegahan; diabetes, TBC, darah tinggi, tingkat kolestrol, dan asam urat. Mampu dideteksi dengan singkat dan cepat, dengan menggunakan alat penguji modern yang disiapkan para kader.
Untuk informasi kegiatan Posyandu para Kader menyiasatinya dengan mulut ke mulut (MLM) bahkan pada hari H, informasi kegiatan sering dikumandangkan lewat speaker Masjid/Mushola terdekat.
Para ibu hamil (bumil), ibu yang mempunyai balita, dan para manula sangat gembira sesudah pulang dari Posyandu, selain mendapatkan pelayanan kesehatan mereka biasanya diberi PMT (Pemberian Makanan Tambahan) semacam: bubur kacang ijo (burjo), agar-agar, atau makanan ringan lainnya yang dibagikan secara gratis. Dalam acara tertentu Posyandu pun sering melakukan program khusus seperti: memberikan vitamin A, obat cacing, memberikan nutrisi tambahan bagi ibu hamil (bumil) dan balita yang terdeksi stunting (kekurangan Gizi).
Perhitungan kesehatan masyarakat bisa diukur oleh para Kader, apabila ada gejala penurunan kesehatan di masyarakat secara drastis. Dipastikan ada penyakit yang mewabah yang nantinya akan merajalela; Mereka langsung sigap; mencatat, memberikan informasi ke Puskesmas, menangani langsung sesuai petunjuk Puskesmas. Jadi memang benar-benar Kader pos pelayanan terpadu seperti para Samurai dengan Katana yang memutus penyakit pada masyarakat (reaksinya cepat, gercep, efektif dan efisien).
Hal-hal di anak tirikan para Kader Posyandu sudah biasa kita saksikan yang pertama ketika wabah Covid-19, para Kader tidak terlalu dilibatkan dalam pelaksanaan pemberantasan wabah tersebut. Mungkin Covid adalah penyakit internasional yang tidak mungkin di tangani oleh Kader Posyandu.
Yang kedua pembayaran honor para Kader masih bersifat misterius (pos anggarannya tidak tercantum di Kementerian Kesehatan) para Kader diberi upah dari pendapatan daerah kita tahu sendiri, tiap daerah pendapatannya berbeda-beda. Sungguh tidak adil apabila kerja mulia para samurai pelayan kesehatan upahnya berupa pahala di akhirat kelak.[]L24.Red