Ahmad Sadewa Semester 3 Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Lentera24.com - Memberikan pemaha...
Fakultas Pendidikan Agama Islam
Memberikan panduan praktis bagi pendidik dalam menerapkan strategi active learning di berbagai lingkungan pendidikan.
Definisi Active Learning
Pembelajaran aktif, yang sering dikenal dengan istilah “active learning”, adalah metode pengajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan cara yang santai melalui kegiatan yang mendorong partisipasi aktif, baik secara mental maupun fisik, seperti diskusi, pemecahan masalah, kerja kelompok, atau simulasi. Penelitian ini menyoroti pentingnya keterlibatan siswa dalam meningkatkan pemahaman, retensi materi, dan kemampuan berpikir kritis.
Definisi Menurut Para Ahli
Bonwell dan Eison (1991)
Active learning adalah "setiap aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan." Definisi ini menyoroti dua aspek utama dari active learning, yaitu keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar dan refleksi terhadap aktivitas tersebut (Bonwell & Eison, 1991).
Prince (2004)
Menurut Prince, active learning merupakan pendekatan pembelajaran di mana siswa terlibat dalam kegiatan yang merangsang pemikiran aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini berbeda dengan metode tradisional di mana siswa hanya menjadi pendengar pasif (Prince, 2004).
Silberman (1996)
Silberman mendefinisikan active learning sebagai "strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam aktivitas yang memungkinkan mereka untuk berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, dan berpikir tentang materi pembelajaran." Definisi ini menggarisbawahi bahwa siswa berperan sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran (Silberman, 1996).
Meyers dan Jones (1993)
Meyers dan Jones menjelaskan bahwa active learning adalah pendekatan yang mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan seperti berdiskusi, menuliskan ide, atau menyelesaikan tugas kelompok, yang semuanya bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna (Meyers & Jones, 1993).
Bagaimana Pembelajaran Active Learning
Pendidikan pembelajaran aktif berfokus pada partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman, kemampuan berpikir kritis, dan kerja sama tim. Proses ini dilakukan melalui diskusi, simulasi, pemecahan masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan metode interaktif lainnya.
1. Konsep dan Implementasi Pembelajaran Active Learning
Bonwell dan Eison (1991), pembelajaran active learning mencakup aktivitas-aktivitas yang membuat siswa "melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan." Proses ini melibatkan interaksi langsung antara siswa dengan materi pelajaran, rekan belajar, dan guru (Bonwell & Eison, 1991).
Prince (2004) menjelaskan bahwa pembelajaran active learning dirancang untuk menciptakan lingkungan di mana siswa menjadi pelaku utama proses belajar. Ini berbeda dengan pembelajaran tradisional yang sering kali berpusat pada guru. Dalam active learning, siswa diminta untuk:
Berdiskusi dengan teman sekelas.
Menyelesaikan studi kasus.
Menganalisis data atau situasi.
Berpartisipasi dalam simulasi atau permainan peran (Prince, 2004).
Silberman (1996) menambahkan bahwa pembelajaran active learning memungkinkan siswa untuk menggunakan berbagai kemampuan seperti berpikir, berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis secara simultan selama pembelajaran. Hal ini membantu siswa untuk memahami materi lebih baik dibandingkan hanya melalui ceramah satu arah (Silberman, 1996).
2. Tahapan dalam Pembelajaran Active Learning
Meyers dan Jones (1993) menyarankan beberapa tahapan utama dalam pembelajaran active learning, yaitu:
Merancang Aktivitas
Guru mendesain aktivitas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Aktivitas ini harus relevan dengan topik yang diajarkan dan mendorong siswa untuk berpikir kritis.
Melibatkan Siswa
Siswa dilibatkan dalam kegiatan seperti diskusi kelompok, proyek berbasis masalah, atau studi kasus. Misalnya, dalam pembelajaran sains, siswa dapat melakukan eksperimen sederhana untuk memvalidasi teori yang diajarkan.
Refleksi dan Evaluasi
Setelah aktivitas selesai, siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. Guru juga memberikan umpan balik untuk membantu siswa memahami kelebihan dan kekurangan mereka.
Kolaborasi dan Interaksi
Active learning sering kali melibatkan kolaborasi antar siswa, baik melalui diskusi kelompok kecil maupun proyek tim. Interaksi ini membantu siswa belajar dari perspektif yang berbeda.
3. Contoh Aktivitas dalam Pembelajaran Active Learning
Diskusi Kelompok Kecil
Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil untuk memahami topik tertentu. Diskusi ini dapat dipandu dengan pertanyaan yang merangsang berpikir kritis.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Siswa menyelesaikan proyek yang terkait dengan topik pembelajaran, seperti membuat laporan atau produk yang relevan.
Simulasi dan Role-Play
Dalam simulasi, siswa memainkan peran tertentu untuk memahami suatu konsep, seperti simulasi sidang untuk mempelajari hukum.
Pemecahan Masalah (Problem-Based Learning)
Siswa dihadapkan pada masalah nyata yang harus dianalisis dan diselesaikan menggunakan pengetahuan mereka.
4. Peran Guru dalam Active Learning
Guru dalam pembelajaran active learning bertindak sebagai fasilitator. Prince (2004) menjelaskan bahwa guru:
Menyediakan kerangka kerja dan panduan untuk aktivitas.
Memastikan bahwa semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran.
Memberikan umpan balik yang relevan untuk meningkatkan pemahaman siswa.
5. Keuntungan Pembelajaran Active Learning
Menurut penelitian Bonwell dan Eison (1991), active learning memiliki berbagai keuntungan, termasuk:
Meningkatkan retensi materi pembelajaran.
Mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Mendorong kolaborasi dan interaksi sosial antar siswa.
Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan relevan dengan kehidupan siswa.
Manfaat strategi pembelajaran active learning
Pembelajaran aktif sebagai strategi pengajaran menawarkan banyak manfaat yang secara umum positif bagi proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Pembelajaran ini tidak hanya berfokus pada pemahaman materi, tetapi juga pada pengembangan keterampilan kritis yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari penggunaan strategi pembelajaran aktif:
1. Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi
Pembelajaran aktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan cara yang santai melalui eksplorasi, diskusi, dan eksperimen. Dengan lingkungan belajar yang aktif ini, siswa dapat memahami materi secara lebih menyeluruh daripada hanya dengan penjelasan guru. Menurut Prince (2004), pembelajaran aktif meningkatkan retensi siswa terhadap materi karena mereka terlibat dalam proses pembelajaran dengan cara yang santai, yang membantu mereka lebih memahami konsep.
2. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis
Melalui aktivitas seperti pemecahan masalah, diskusi kelompok, dan simulasi, siswa diajak untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan mengevaluasi berbagai Solusi. Strategi ini membantu siswa untuk menjadi pemikir yang lebih analitis. Bonwell dan Eison (1991) menyatakan bahwa active learning merangsang kemampuan berpikir kritis karena siswa dituntut untuk tidak hanya menerima informasi tetapi juga memproses dan mengaplikasikannya.
Meningkatkan Motivasi dan Partisipasi Siswa
Pembelajaran interaktif dalam active learning mendorong siswa untuk lebih termotivasi karena mereka merasa dilibatkan dalam proses belajar. Aktivitas yang menarik seperti simulasi, kerja proyek, atau diskusi kelompok membuat siswa lebih antusias dan aktif berpartisipasi. Silberman (1996) mengungkapkan bahwa strategi pembelajaran aktif menciptakan suasana kelas yang dinamis, sehingga meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Kolaborasi
Aktivitas kelompok dalam active learning melatih siswa untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan saling mendukung dalam menyelesaikan tugas. Kemampuan ini sangat penting dalam dunia kerja yang mengutamakan kerja tim. Meyers dan Jones (1993) menjelaskan bahwa active learning memfasilitasi interaksi sosial antar siswa, yang dapat meningkatkan kemampuan interpersonal mereka.
Membuat Pembelajaran Lebih Relevan dan Kontekstual
Active learning sering kali menggunakan pendekatan berbasis masalah (problem-based learning) atau proyek (project-based learning) yang terkait dengan kehidupan nyata siswa. Hal ini membantu siswa untuk memahami bagaimana materi yang mereka pelajari dapat diterapkan di dunia nyata. Menurut Prince (2004), pembelajaran yang relevan dengan dunia nyata meningkatkan keterlibatan siswa karena mereka dapat melihat manfaat langsung dari apa yang mereka pelajari.
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa yang terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah menjadi lebih terampil dalam menganalisis situasi, mengidentifikasi tantangan, dan mencari solusi yang kreatif. Strategi ini membekali siswa dengan kemampuan berpikir strategis yang berguna dalam berbagai aspek kehidupan. Bonwell dan Eison (1991) menekankan bahwa active learning membantu siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan cara yang praktis dan efektif.
Membantu Guru untuk Memahami Kemajuan Belajar Siswa
Melalui aktivitas active learning, guru dapat mengamati secara langsung bagaimana siswa berpartisipasi dan memahami materi. Hal ini memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik yang lebih spesifik dan membantu siswa memperbaiki pemahaman mereka. Silberman (1996) menyebutkan bahwa active learning memberikan kesempatan bagi guru untuk memantau progres siswa secara lebih efektif dibandingkan metode ceramah tradisional.
Membentuk Siswa yang Mandiri dan Bertanggung Jawab
Active learning mendorong siswa untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Mereka belajar mengatur waktu, menyelesaikan tugas, dan mengeksplorasi materi tambahan secara mandiri. Prince (2004) menekankan bahwa active learning menciptakan lingkungan di mana siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan lebih percaya diri.***