HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

KECANDUAN SKINCARE: KETIKA PERAWATAN KULIT MENJADI OBSESI

Intan Purnamasari  Semester 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Lentera24.com - Dalam bebe...

Intan Purnamasari 
Semester 1
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


Lentera24.com - Dalam beberapa tahun terakhir, perawatan kulit (skincare) telah menjadi lebih dari sekadar rutinitas sehari-hari bagi banyak orang; ia telah berubah menjadi obsesi yang mendalam. Produk-produk skincare yang beragam, mulai dari serum, masker, hingga krim malam dengan klaim-klaim menarik, semakin merajai pasar kecantikan. Sementara, bagi sebagian orang, rutinitas ini bisa memberikan hasil yang memuaskan, ada bahaya yang tersembunyi di balik fenomena ini: kecanduan skincare.

Kecanduan atau Perawatan Diri?

Kecanduan skincare bukanlah masalah yang banyak dibicarakan, tetapi ia semakin terasa relevan di tengah pesatnya perkembangan industri kecantikan. Seperti halnya banyak bentuk kecanduan lainnya, kecanduan terhadap perawatan kulit ini dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang. Pada awalnya, rutinitas skincare dilakukan untuk merawat kulit, memperbaiki kondisi kulit yang bermasalah, atau sekadar menjaga kesehatan kulit. Namun, ketika seseorang menjadi terlalu terobsesi dengan penggunaan produk, hingga merasa tidak bisa melewatkan satu hari tanpa serangkaian langkah perawatan, maka masalah ini sudah berkembang menjadi bentuk kecanduan.

Bagi beberapa orang, rutinitas ini bisa menjadi cara untuk merasa lebih baik, lebih percaya diri, atau sekadar merasa bahwa mereka “berhasil” merawat diri sendiri. Namun, semakin dalam seseorang terperangkap dalam dunia skincare, semakin besar pula tekanan untuk mencapai hasil yang sempurna, yang sering kali berujung pada ketidakpuasan yang berkelanjutan. Banyak orang mulai merasa bahwa kulit mereka tidak cukup baik, dan perasaan ini membuat mereka merasa terus-menerus membutuhkan produk yang lebih mahal, lebih canggih, atau lebih banyak.

Dampak Kesehatan Kulit dan Psikologi

Pada tingkat fisik, penggunaan produk skincare yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kebutuhan kulit bisa berisiko menimbulkan iritasi, peradangan, atau bahkan kerusakan kulit. “Over-exfoliation” (terlalu banyak mengelupas kulit) adalah contoh klasik dari dampak negatif yang mungkin terjadi akibat kecanduan skincare. Beberapa orang mengira bahwa semakin sering mereka mengelupas kulit, semakin cepat kulit mereka akan bersih dan cerah. Padahal, dalam kenyataannya, kulit membutuhkan waktu untuk pulih dan menjaga keseimbangan alami. Selain itu, terlalu banyak menggunakan produk bisa mengganggu mikrobioma kulit—lapisan pelindung alami yang sangat penting bagi kesehatan kulit. Kulit yang terlalu sering terpapar bahan aktif, seperti retinol, asam alfa-hidroksi (AHA), atau asam beta-hidroksi (BHA), akan kehilangan perlindungannya dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi atau iritasi. Dari sisi psikologis, kecanduan skincare dapat memperburuk gangguan kecemasan dan body dysmorphia (gangguan citra tubuh). Seseorang yang terobsesi dengan perawatan kulit mungkin merasa bahwa penampilannya tidak cukup baik meskipun sudah menggunakan produk yang mahal dan populer. Ketidakpuasan yang terus-menerus ini bisa berujung pada perasaan cemas, stres, dan depresi—merupakan hal yang kontradiktif, mengingat tujuan awal perawatan kulit adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Bagaimana Mengatasi Kecanduan Skincare?

Untuk mengatasi kecanduan skincare, langkah pertama yang harus diambil adalah kembali pada dasar: kenali kebutuhan kulitmu. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah kulit saya benar-benar membutuhkan produk ini? Ataukah saya hanya mengikuti tren atau merasa bahwa saya harus memiliki produk ini untuk terlihat sempurna? Penting juga untuk membuat rutinitas yang sederhana dan mudah diikuti. Dengan mengurangi jumlah produk yang digunakan, kita tidak hanya menghemat waktu dan uang, tetapi juga memberi kesempatan bagi kulit untuk pulih dan bekerja dengan cara alami. Konsultasi dengan ahli dermatologi atau profesional perawatan kulit lainnya juga bisa membantu kita untuk mengetahui jenis dan kebutuhan kulit yang sebenarnya, bukan berdasarkan tren yang sering berubah. Selain itu, penting untuk mulai mengurangi ketergantungan terhadap hasil yang tampak langsung. Kulit adalah organ yang membutuhkan waktu untuk berubah. Keberhasilan perawatan kulit sering kali memerlukan kesabaran dan konsistensi, bukan kelebihan produk yang hanya menambah beban pada kulit.

Kecanduan skincare adalah fenomena yang berkembang seiring dengan semakin tingginya kesadaran dan minat terhadap perawatan kulit. Namun, kita harus berhati-hati agar perawatan kulit tidak berubah menjadi obsesi yang merusak kesehatan fisik dan mental kita. Perawatan kulit yang sehat adalah yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan keseimbangan, tidak berlebihan, dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan alami kulit. Di atas segalanya, kecantikan sejati datang dari kenyamanan dan penerimaan diri, bukan dari keharusan untuk tampil sempurna di mata orang lain. Perawatan kulit adalah bentuk perawatan diri, bukan pencarian ketidaksempurnaan yang tak berujung. Sebagai masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan kulit, mari kita arahkan perhatian kita pada cara yang lebih sehat dan lebih realistis dalam merawat kulit kita.***