HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Candaan Berlebihan: Refleksi Atas Kasus Gus Miftah Dan Penjual Es Teh

Tsabitha Mizan Ivana Semester 1 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik  Jurusan Hubungan Internasional  Universitas Muhammadiyah Malang  Lentera2...

Tsabitha Mizan Ivana Semester 1 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik 
Jurusan Hubungan Internasional 
Universitas Muhammadiyah Malang 


Lentera24.com Pada akhir tahun 2024, Gus Miftah, seorang pendakwah terkenal di Indonesia, menjadi pusat perhatian publik setelah video dirinya mengolok-olok seorang penjual es teh viral di media sosial. Kejadian ini terjadi saat acara "Magelang Bersholawat" di Lapangan Drh. Soepardi, Mungkid, Kabupaten Magelang, pada 20 November 2024. Dalam video tersebut, Gus Miftah terlihat menghina penjual es teh yang sedang berjualan di antara para penonton dengan kata-kata yang dianggap kasar dan merendahkan. Ucapannya, seperti "Es tehmu jik okeh ora? Masih? Yo kono didol, g*bl*k!" memicu gelak tawa dari beberapa orang di atas panggung, namun juga menimbulkan kemarahan dan kritik dari masyarakat luas.

Insiden ini segera menyebar di berbagai platform media sosial, memicu reaksi keras dari netizen yang menganggap tindakan Gus Miftah tidak pantas dan merendahkan martabat penjual es teh tersebut. Banyak yang mengecam perilaku Gus Miftah dan menuntut agar ia lebih berhati-hati dalam berbicara di depan umum. Kejadian ini juga memicu diskusi tentang batasan antara candaan dan penghinaan, serta tanggung jawab publik figur dalam menjaga etika dan sopan santun di hadapan masyarakat. 

Selain itu, beberapa tokoh masyarakat dan pemuka agama turut memberikan komentar terkait insiden ini, menekankan pentingnya menjaga adab dan etika dalam setiap ucapan, terutama bagi seseorang yang memiliki pengaruh besar seperti Gus Miftah. Mereka mengingatkan bahwa candaan yang tidak tepat dapat berdampak negatif dan menyinggung perasaan orang lain, serta merusak citra diri di mata publik.

Tanggapan masyarakat Indonesia terhadap tindakan Gus Miftah yang mengolok-olok penjual es teh sangat beragam, namun mayoritas menunjukkan ketidaksetujuan dan kekecewaan. Banyak netizen yang mengecam tindakan tersebut sebagai bentuk penghinaan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pendakwah. Mereka menilai bahwa candaan Gus Miftah telah melewati batas dan merendahkan martabat penjual es teh yang hanya berusaha mencari nafkah. Reaksi keras dari masyarakat ini menunjukkan bahwa candaan yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan, terutama ketika dilakukan di depan umum dan melibatkan pihak yang lebih lemah.

Candaan yang berlebihan, seperti yang dilakukan oleh Gus Miftah, dapat dianggap sebagai bentuk perundungan atau bullying. Hal ini terjadi ketika candaan tersebut menyakiti perasaan orang lain atau merendahkan martabat mereka. Tidak semua orang memiliki toleransi yang sama terhadap candaan, dan apa yang dianggap lucu oleh satu orang bisa jadi sangat menyakitkan bagi orang lain. Oleh karena itu, penting untuk selalu berhati-hati dalam berbicara dan mempertimbangkan perasaan orang lain sebelum melontarkan candaan. 

Berbicara dengan hati-hati juga mencerminkan rasa hormat dan empati terhadap orang lain. Kata-kata yang keluar dari mulut kita tidak dapat ditarik kembali, dan dampaknya bisa sangat besar, baik secara positif maupun negatif. Dalam konteks ini, Gus Miftah seharusnya lebih bijaksana dalam memilih kata-kata, terutama di hadapan publik yang luas. Dengan menjaga etika dalam berbicara, kita dapat menghindari konflik dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Setelah video Gus Miftah yang mengolok-olok penjual es teh viral di media sosial, tindakan cepat diambil oleh sang pendakwah untuk meredakan situasi. Menyadari dampak negatif dari ucapannya, Gus Miftah segera meminta maaf secara terbuka kepada penjual es teh yang diketahui bernama Sunhaji. Dalam pernyataannya, Gus Miftah menjelaskan bahwa ucapannya hanya dimaksudkan sebagai candaan dan tidak bermaksud untuk merendahkan. Permintaan maaf ini disampaikan melalui berbagai media, termasuk media sosial dan wawancara langsung, untuk memastikan bahwa pesan tersebut sampai kepada masyarakat luas.

Namun, banyak netizen yang merasa bahwa permintaan maaf Gus Miftah tidak tulus dan hanya dilakukan untuk meredakan kontroversi. Mereka menilai bahwa Gus Miftah tidak menunjukkan penyesalan yang mendalam dan tetap mempertahankan sikap yang kurang empati terhadap perasaan Sunhaji. Hal ini menimbulkan kesan bahwa permintaan maaf tersebut hanya formalitas belaka, tanpa ada niat yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki kesalahan.

Selain meminta maaf, Gus Miftah juga melakukan langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kesalahannya. Ia mengundang Sunhaji ke kediamannya di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, untuk bertemu dan berdamai secara langsung. Pertemuan ini diabadikan dalam sebuah video yang kemudian dibagikan di media sosial, menunjukkan bahwa Sunhaji telah menerima permintaan maaf Gus Miftah dengan lapang dada. Langkah ini diambil untuk menunjukkan keseriusan Gus Miftah dalam memperbaiki hubungan dan mengembalikan kepercayaan masyarakat.

Kontroversi ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua terkait pentingnya menjaga etika dalam berbicara, terutama di depan umum. Candaan yang berlebihan dan tidak tepat dapat menimbulkan dampak negatif yang luas, merusak citra diri, dan melukai perasaan orang lain. Oleh karena itu, setiap individu, terutama yang memiliki pengaruh besar, harus lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata dan selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih menghargai dan menghormati satu sama lain.***


Referensi

"Ingat Pria yang Tertawa Keras saat Gus Miftah Olok-olok Sunhaji Penjual Es Teh? Kini Curhat Begini." (2024). Surabaya Tribunnews. Diakses pada 24 Desember 2024, dari https://surabaya.tribunnews.com/2024/12/24/ingat-pria-yang-tertawa-keras-saat-gus-miftah-olok-olok-sunhaji-penjual-es-teh-kini-curhat-begini

"Kronologi Gus Miftah Hina Penjual Es Teh, Berujung Teguran Istana hingga Kecaman." (2024). Katadata.co.id. Diakses pada 4 Desember 2024, dari https://katadata.co.id/berita/nasional/674fdd076e127/kronologi-gus-miftah-hina-penjual-es-teh-berujung-teguran-istana-hingga-kecaman

"Viral Gus Miftah Diduga Mengolok-olok Penjual Es Teh, Muhasabah: Pelajaran dari Surat Al-Hujurat." (2024). Liputan6.com. Diakses pada 5 Desember 2024, dari https://www.liputan6.com/islami/read/5819261/viral-gus-miftah-diduga-mengolok-olok-penjual-es-teh-muhasabah-pelajaran-dari-surat-al-hujurat.***