Muhammad Ali Fikri, Mahasiswa Semester 1 Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com ...
Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Lentera24.com - Alpukat (Persea americana) adalah jenis buah yang berasal dari pohon tropis atau subtropis dan termasuk dalam keluarga Lauraceae. Buah ini memiliki kulit bertekstur lembut atau kasar, daging buah berwarna hijau kekuningan yang kaya akan lemak sehat, serta biji besar di bagian tengahnya. Alpukat dikenal sebagai salah satu buah bergizi tinggi karena mengandung berbagai nutrisi seperti vitamin E, K, B5, dan C, serta mineral seperti kalium dan magnesium.
Nama lain dari alpukat atau avokat (dari bahasa Inggris, avocado) berasal dari bahasa Aztek, ahuacatl (dibaca kira-kira “awakatl”). Suku Aztek berada di daerah Amerika Tengah dan Meksiko. Karna itu, buah ini pada awalnya dikenal di daerah tersebut. Sejarah buah alpukat di Indonesia sendiri banyak dihasilkan didaerah-daerah tertentu. Tanaman buah alpukat tersebut awal pertama kali ditemukan di negara Amerika Tengah oleh suku asli pedalaman nya sehingga, pada awal buah ini terkenal berasal dari tanah Amerika. Kemudian bangsa Spanyol yang datang ke Amerika Tengah ini mulai memperkenalkan buah alpukat ke eropa yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah di dunia seperti Asia dan Australia.
Vegetatif menyambung adalah teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan yang dilakukan dengan cara menggabungkan dua tanaman yaitu batang bawah (rootstock) dan batang atas (entres), sehingga menjadi suatu tanaman baru dan bersifat sebagai satu kesatuan. Pengembangan buah-buahan khususnya buah alpukat di Indonesia memiliki prospek yang cukup menjanjikan dimana Indonesia merupakan penghasil buah alpukat terbesar nomor lima di dunia yaitu 304.398 ton setelah Mexico (188.935,4 ton), Republik Dominica (601.349 ton), Peru (455.393 ton), dan Colombia (309.431 ton).
Pada tanaman buah-buahan, pembiakan vegetatif adalah cara yang tepat untuk memperoleh bibit bermutu. Kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif (biji) adalah : umur berbuah lebih cepat, aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya dan diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang bawah (rootstock) yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas (scion) yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat divariasikan.
Teknik sambung pucuk adalah cara menyambungkan batang bawah dan batang atas agar produksi lebih dipercepat dengan cara ini tanaman akan berproduksi hanya dengan jangka waktu 2 tahun, batang bawah berumur enam bulan disisikan 15 cm dan dicoget menyerupai huruf M, sedangkan batang atas dari pucuk panjangnya 3 cm daunnya dipangkas dan dicoget menyerupai huruf V, setelah itu batang atas dimasukkan ke batang bawah lalu diikat dengan plastik lalu ditutup dengan plastik es dan diikat bagian bawahnya, hal ini dilakukan untuk mengurangi penguapan dan percepatan penyambungan jaringan sel dibiarkan selama dua minggu dan dibuka dibiarkan untuk tumbuh selanjutnya selama enam bulan bibit ini bisa ditanam dilapangan. Berikut adalah manfaat dari perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif menyambung :
Menggabungkan sifat unggul dari dua tanaman yang berbeda
Mempercepat waktu berbunga dan berbuah
Menghasilkan tanaman yang lebih baik kualitasnya
Memperbaiki tanaman yang rusak
Menghasilkan tanaman dengan kombinasi warna bunga atau karakteristik buah yang diinginkan
Melestarikan klon unggul yang tidak ekonomis jika diperbanyak dengan cara vegetatif lain
Meremajakan Tanaman yang Sudah Tua
Perkembangbiakan vegetatif menyambung adalah teknik perkembangbiakan vegetatif buatan yang dilakukan dengan menggabungkan batang bawah dan batang atas dua tanaman yang sejenis. Metode ini biasanya diterapkan pada tumbuhan sejenis buah-buahan atau ketela pohon.
Proses praktikum Vegetatif buatan dengan cara menyambung (enten) pada tanaman Alpukat, di lahan Rusunawa Universitas Muhammadiyah Malang, praktikum ini dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2024, yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Ogroteknologi angkatan 2024 Kelas B. Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum kalai ini adalah pisau tajam, entres ( tajuk tanaman), plastik PE, tali rafia, penggaris, gunting, dan bibit yang akan digunakan sebagai batang bawah. Proses penyambungan dilaksanakan secara perlahan dan teliti, kita harus mencari tanaman yang unggul untuk diambil dan dijadikan bahan enter, cari tumbuhan yang berumur 18 -20 bulan, potong 20-25 cm dari permukaan media atau tanah belah batang bawah berbentuk celah seperti huruf V, potong entres (tajuk tanaman) dan tajamkan bagian bawah, masukkan batang atas ke dalam celah batang bawah secara perlahan, setelah itu ikat sambungan dengan plastik PE atau plastik es, tutup hasil sambungan sampai ke pucuk dengan plastik es dan ikat dengan tali rafia, langkah selanjutnya yaitu letakkan tanaman pada tempat teduh.
Alpukat memiliki nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Dengan teknik vegetatif, seperti sambung pucuk, petani dapat mempercepat produksi dan memenuhi kebutuhan pasar, sekaligus meningkatkan kualitas hasil panen. Indonesia sebagai penghasi alpukat terbesar kelima di dunia memiliki peluang besar untuk memperluas ekspor dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Pengembangan buah alpukat di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan karena Indonesia adalah penghasil alpukat terbesar kelima di dunia. Teknik perbanyakan vegetatif, seperti sambung pucuk, menjadi metode yang efektif untuk menghasilkan bibit tanaman yang unggul. Keunggulan perbanyakan vegetatif dibandingkan generatif adalah tanaman berbuah lebih cepat, kualitas buah tetap sesuai dengan sifat induk, dan dapat menggabungkan sifat unggul dari batang bawah (perakaran kuat) dan batang atas (produksi buah optimal).
Praktik sambung pucuk memerlukan ketelitian dan teknik khusus, seperti mempersiapkan batang bawah dan batang atas dengan potongan yang sesuai, mengikat sambungan dengan plastik untuk mencegah penguapan, dan perawatan di tempat teduh. Dalam waktu dua minggu, jaringan tanaman akan tersambung, dan setelah enam bulan, bibit siap ditanam di lapangan. Teknik ini mendukung percepatan produksi tanaman alpukat dan menghasilkan tanaman dengan sifat unggul yang diinginkan.***