Oleh: Zaskya Nabila Khoirunnisa Semester 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Lentera2...
Lentera24.com - Sebagian besar wilayah pesisir Indonesia rentan terhadap potensi banjir akibat kenaikan permukaan laut global. Banjir ini diperkirakan akan menyebabkan banjir permanen dan memperburuk erosi di sepanjang wilayah pesisir tempat tinggal banyak orang, dan akan mengancam infrastruktur penting dan aset ekonomi, serta kawasan wisata populer. Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan dampak negatif, diperlukan perencanaan adaptasi perubahan iklim. Untuk mendapatkannya perencanaan yang memadai dan efektif, Pola kerentanan pesisir harus diidentifikasi terlebih dahulu agar konsisten dengan karakteristik wilayah.
Untuk mengenali model kerentanan pesisir ini, perlu ditemukan beberapa karakteristik serupa yang diwakili oleh serangkaian indikator. Oleh karena itu diperlukan suatu metode analisis yang dapat mengelompokkan informasi ke dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan beberapa kesamaan karakteristik, yaitu metode clustering. Menggunakan metode clustering dan melalui eksperimen berulang, penelitian ini berhasil mengidentifikasi pola kerentanan pesisir terhadap banjir akibat kenaikan permukaan air laut global.
Eksperimen tersebut menyimpulkan bahwa ada lima indikator yang secara jelas memantau pola kerentanan pesisir, yaitu dataran banjir, infrastruktur, kepadatan penduduk, pembangunan. daerah, dan kawasan bukan pemukiman. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa dari 325 kabupaten/kota di wilayah pesisir Indonesia, dapat diklasifikasikan ke dalam enam pola kerentanan. dua puluh dimana tiga kabupaten/kota (7,07%) tergolong kelompok sangat rentan, secara umum ditandai dengan nilai banjir yang tinggi, nilai infrastruktur yang tinggi, nilai kepadatan penduduk yang tinggi, nilai kawasan pemukiman yang tinggi, dan nilai kawasan non pemukiman yang rendah. Dengan demikian, beberapa pilihan adaptasi terdiri dari pengendalian populasi, revisi rencana tata ruang pesisir dan penyesuaian infrastruktur.
Perubahan iklim memberikan dampak yang signifikan terhadap peta wilayah Indonesia, terbukti dengan perubahan kondisi cuaca, kenaikan suhu dan kenaikan permukaan air laut, sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang rentan terhadap kenaikan permukaan air laut yang menyebabkan erosi, erosi pantai dan hilangnya lahan pesisir, terutama di daerah dataran rendah seperti Jakarta, Semarang dan pantai utara Pulau Jawa.
Selain itu, perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam, seperti banjir, kekeringan dan tanah longsor, yang mengubah kondisi fisik kawasan dan sc penggunaan lahan.
Pengaruh tersebut juga berdampak pada peta wilayah administratif karena adanya kemungkinan migrasi penduduk dari daerah rentan ke tempat yang lebih aman, serta risiko bergesernya batas wilayah akibat terkikis atau hilangnya pulau-pulau kecil. Berbagai fenomena tersebut menunjukkan pentingnya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaan wilayah di Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait perubahan iklim antara lain dampak signifikan terhadap perubahan peta wilayah, terutama akibat kenaikan permukaan air laut yang mengancam wilayah pesisir. Pertumbuhan ini berpotensi menenggelamkan sejumlah wilayah, mengubah batas lahan, dan merusak ekosistem dan infrastruktur setempat. Selain itu, intensitas bencana alam seperti banjir dan tanah longsor juga semakin meningkat sehingga mempengaruhi kemampuan adaptasi lahan dan persebaran penduduk. Fenomena ini memerlukan adaptasi sistem kebijakan tata ruang dan mitigasi untuk mengatasi ancaman terhadap keberlanjutan kawasan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi terkait perubahan iklim antara lain dampak signifikan terhadap perubahan peta wilayah, terutama akibat kenaikan permukaan air laut yang mengancam wilayah pesisir. Pertumbuhan ini berpotensi menenggelamkan sejumlah wilayah, mengubah batas lahan, dan merusak ekosistem dan infrastruktur setempat.
Selain itu, intensitas bencana alam seperti banjir dan tanah longsor juga semakin meningkat sehingga mempengaruhi kemampuan adaptasi lahan dan persebaran penduduk. Fenomena ini memerlukan adaptasi sistem kebijakan tata ruang dan mitigasi untuk mengatasi ancaman terhadap keberlanjutan kawasan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Naiknya Permukaan Laut dan Hilangnya Pulau-pulau Kecil
Salah satu dampak perubahan iklim yang paling penting adalah kenaikan permukaan laut akibat mencairnya es di kutub dan pemuaian panas air laut. Fenomena ini mengancam keberadaan pulau-pulau kecil di Indonesia, khususnya di wilayah pesisir. Catatan menunjukkan banyak pulau-pulau kecil di Indonesia seperti Pulau Betet dan Pulau Gundul di Kepulauan Seribu yang tenggelam atau mengalami erosi yang cukup parah. Jika tren ini terus berlanjut Terus berlanjut, Indonesia berisiko kehilangan ratusan pulau kecil di akhir abad ini.
Hilangnya pulau-pulau kecil tersebut tidak hanya berdampak pada perubahan peta wilayah, tetapi juga berdampak pada kedaulatan Indonesia. Pulau-pulau kecil ini seringkali menjadi batas geografis wilayah maritim Indonesia. Hilangnya wilayah tersebut dapat menimbulkan konflik perbatasan wilayah dengan negara tetangga, khususnya di Laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik.
Perubahan Ekosistem Pesisir
Perubahan iklim juga berdampak pada ekosistem pesisir, seperti terumbu karang, hutan bakau, dan dasar laut, yang merupakan benteng alami terhadap erosi dan tsunami. Meningkatnya suhu laut menyebabkan terumbu karang memutih, sehingga mengurangi fungsi perlindungan pantai secara signifikan. Selain itu, kerusakan ekosistem pesisir juga mempercepat erosi pantai yang pada akhirnya mengubah garis pantai Indonesia.
Abrasi yang terus meningkat di banyak wilayah pesisir, seperti pantai utara Jawa, hal ini memaksa masyarakat untuk bermigrasi lebih jauh ke pedalaman. Migrasi ini menimbulkan tekanan sosial dan ekonomi, karena banyak wilayah yang sebelumnya dihuni menjadi tidak layak huni.
Perubahan Pola Curah Hujan dan Risiko Banjir
Perubahan pola curah hujan akibat perubahan iklim juga mempengaruhi peta wilayah Indonesia. Curah hujan yang tidak merata menyebabkan banjir besar di beberapa wilayah, terutama di perkotaan seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Banjir ini kerap memaksa warga mengungsi dan meninggalkan wilayah tempat tinggalnya.
Misalnya, Jakarta terus menghadapi tantangan besar akibat penurunan permukaan tanah dan pengangkatan tanah. Permukaan laut, menyebabkan sebagian kota berada di bawah permukaan laut. Upaya membangun tanggul raksasa untuk melindungi terhadap banjir hanya merupakan solusi sementara, namun upaya tersebut tidak dapat sepenuhnya mengatasi ancaman perubahan iklim.
Dampak Sosial Ekonomi Akibat Perubahan Peta Wilayah
Perubahan peta wilayah akibat perubahan iklim memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Hilangnya lahan dan pulau-pulau kecil berarti hilangnya sumber daya alam yang penting bagi penghidupan masyarakat lokal, seperti perikanan dan pariwisata. Selain itu, konflik sosial dapat muncul akibat migrasi penduduk dari daerah terdampak ke daerah yang lebih aman sehingga menimbulkan tekanan demografi. dan kebutuhan akan infrastruktur baru.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk Mitigasi dan Adaptasi
Menghadapi tantangan tersebut Indonesia memerlukan langkah mitigasi dan adaptasi yang serius untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada peta regional. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
Rehabilitasi Ekosistem Pesisir
Melindungi dan memulihkan ekosistem mangrove, terumbu karang, dan rumput laut sebagai penyangga alami terhadap perubahan iklim.
Pembangunan Infrastruktur yang Berketahanan Iklim
Pembangunan infrastruktur seperti tanggul, bendungan dan sistem drainase yang lebih cocok untuk kondisi cuaca ekstrim.
Pengelolaan Tata Ruang Berbasis Risiko
Mengintegrasikan analisis risiko perubahan iklim ke dalam perencanaan penggunaan lahan dan pembangunan regional.
Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan lingkungan dan mitigasi perubahan iklim di tingkat lokal.
Kerjasama Internasional
Meningkatkan kerjasama dengan negara lain memerangi perubahan iklim di seluruh dunia dan memastikan distribusi dana adaptasi yang adil.
Perubahan iklim berdampak besar terhadap peta regional Indonesia, terutama karena kenaikan permukaan air laut mengancam wilayah pesisir dan meningkatkan risiko bencana alam. Kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Semarang menghadapi erosi dan kehilangan tanah, sementara perubahan pola curah hujan dan suhu memperburuk ancaman bencana, termasuk banjir, kekeringan, dan tanah longsor.
Sektor pertanian yang bergantung pada musim hujan juga terancam sehingga menurunkan ketahanan pangan di banyak daerah.Situasi ini memerlukan langkah-langkah mitigasi dan adaptif yang kuat dalam hal perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaan wilayah untuk melindungi ekosistem dan masyarakat.***