Informasi mengenai sebuah buku Buku ini berjudul "Bicara itu Ada Seninya". Penulis: Oh su Hyang. Penerbit Bhuana Ilmu Populer 201...
Buku ini berjudul "Bicara itu Ada Seninya".
Penulis: Oh su Hyang.
Penerbit Bhuana Ilmu Populer 2018
Jumlah 238 halaman. Nomor ISBN 978-623-040-430-6. Tanggal tertera adalah 9 September 2024.
Biaya : Rp.99. 000
Peresensi yang memberikan ulasan Davina Bilqis Selanova, Mahasiswa, Semester 1, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
Lentera24.com - Terkadang kita mungkin pernah berpikir, apa sebenarnya teknik berkomunikasi yang baik. Apakah lebih efektif jika kita menggunakan nada penuh semangat, atau justru tetap tenang namun tetap terang dan jelas dalam berbicara. Adakah kemungkinan bahwa gaya komunikasi yang biasa kita gunakan justru bisa menyulitkan orang lain daripada membuat mereka merasa nyaman?
Sebagai mahasiswa hukum semester satu, ketika saya mulai membaca buku ini dari halaman pertama yang berjudul "Membuka Peluang Kesempatan Dengan Kebiasaan Bicara", saya merasa begitu tertarik dan semakin penasaran dengan konten yang akan saya temui. Dan benar saja, semakin saya membaca, saya merasa sangat terhubung dan merasakan bahwa buku tersebut mencerminkan pengalaman saya selama ini.
Oh Su Hyang telah berbagi pengetahuan mengenai teknik berbicara agar kita dapat membuat lawan bicara lebih antusias dalam mendengarkan apa yang kita sampaikan. Salah satu cara yang efektif adalah melalui storytelling, karena dengan menggunakan metode ini, audiens dapat lebih memahami dengan baik.
Pembaca yang terhormat, izinkan kami memberitahukan kepada Anda bahwa kemampuan berbicara tidaklah menjadi kapasitas bawaan sejak lahir. Karena, setiap orang tidak dilahirkan dengan keahlian berbicara secara alami. Hal tersebut terjadi karena meraih kesempurnaan berkat praktik yang gigih dan konsisten. Bahkan kesulitan dalam berbicara pun dapat diatasi dengan tekun berlatih.
Pada bagian awal, pelatih juga menekankan pentingnya latihan menyusun cerita sehingga lawan bicara kita akan lebih tertarik untuk mendengarkan cerita kita melalui teknik bercerita. Yang membuat bab ini menarik adalah kalimat "Berbicaralah Layaknya Seorang Pemimpi, Maka Mimpimu Akan Menjadi Nyata".
Penulis memberikan beberapa rumus komunikasi yang bisa dipelajari oleh para pembaca untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penulis juga menyarankan untuk berbincang-bincang selama 30 menit setiap hari, khususnya dengan orang-orang yang kita sayangi, dan tertawa setiap 20 menit, agar lawan bicara tetap terhibur dan untuk membantu meningkatkan konsentrasi dan daya ingat dengan menambahkan sedikit unsur humor dalam percakapan.
Saat beliau menjalani karir sebagai ahli komunikasi, seringkali beliau menerima pertanyaan tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan baik. Selanjutnya, ia mengembangkan sebuah rumus dalam berkomunikasi, yaitu C=Q X P X R (Communication = Question x praise x reaction). Huruf "C" melambangkan komunikasi, "Q" melambangkan pertanyaan, "P" melambangkan pujian, dan "R" melambangkan reaksi.
Pertanyaan muncul sebagai tanda ketertarikan pendengar terhadap topik yang sedang kita diskusikan. Oleh karena itu, pertanyaan memegang peranan penting dalam proses komunikasi, terutama dalam hubungan antara pasangan suami istri, di mana pertanyaan dapat menjadi elemen yang melumasi kebahagiaan cinta.
Semakin lama hidup bersama, perasaan menjadi reda dan komunikasi pun berkurang. Jika dibiarkan terus berlarut-larut, akan berujung kepada keadaan yang tidak diinginkan, sementara yang baiknya adalah pujian yang pantas kita terima. Dalam berkomunikasi, kita saling memberi pujian untuk memperkuat hubungan kita, terutama dalam proses belajar di mana kita perlu memberi pujian kepada pengajar agar ia merasa senang dan semangat dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dalam berkomunikasi, penting juga untuk merangkai lelucon agar suasana terasa santai dan mendengar tetap semangat setiap 20 menit sekali.
Di bab 4, terdapat sepuluh aturan komunikasi yang disampaikan oleh penulis yang perlu diingat. Ada yang mengatakan bahwa tiga puluh detik di bibir setara dengan tiga puluh tahun di hati. Satu kata yang terucap bisa memiliki dampak besar pada kehidupan orang lain.
Penulis juga mengingatkan bahwa, kita saat ini hidup di era yang selalu berganti. Tidaklah memadai hanya dengan menggali satu sumur, oleh sebab itu optimalisasi penggalian perlu dilakukan serta diiringi dengan kemampuan dalam menyajikan berbagai jenis olahan dalam berbagai aspek. Semakin luas citra diri yang Anda bentuk, semakin panjang juga Anda bertahan. Hal yang terpenting dalam bab ini adalah konsep "Belajar Terus untuk Meraih Kesuksesan Jangka Panjang", di mana Anda akan mampu mencapai kesuksesan jangka panjang dengan terus-menerus belajar.
Di dalam buku ini, selain membahas teori-teori tentang cara berbicara yang tepat dan efektif, oh suhu juga memberikan motivasi kepada pembaca dengan kasus-kasus inspiratif. Hal ini bertujuan agar pembaca merasa lebih positif dan percaya diri dalam mengungkapkan bakatnya ketika berbicara. Contoh yang diberikan juga dapat dianggap realistis, karena kebanyakan individu yang dijadikan contoh adalah para artis atau pembawa acara yang telah terkenal dalam acara televisi Korea.
Keunggulan buku ini dapat dilihat dari dua segi:
Dari sisi fisik, tampilan sampul buku ini sangat menarik karena terbuat dari bahan yang tebal dan kuat sehingga tidak mudah rusak.
Non fisik: Buku ini menggunakan bahasa yang sederhana untuk memudahkan pembaca memahami. Kalimat-kalimatnya ringkas dan jelas, serta dilengkapi contoh-contoh keberhasilan komunikasi dari tokoh terkemuka dalam bidangnya.
- Salah satu kelemahan dari buku ini adalah ketiadaan gambar yang dapat membuat pembaca merasa bosan.
Adalah fakta bahwa cara kita berbicara menjadi penilaian pertama seseorang terhadap kita. Bahkan, menurut sebuah kutipan dalam buku ini, sebuah statistik menunjukkan bahwa sebanyak 66% perusahaan memilih karyawan baru mereka berdasarkan kesan pertama.
Dengan membaca buku ini, kita akan memperoleh pengetahuan tambahan tentang cara membangun personal branding yang unggul dengan memperbaiki gaya bicara, menciptakan kesan positif terhadap orang lain, serta memahami bahwa perubahan dalam kehidupan bisa dimulai dari perubahan dalam gaya berbicara kita.***
Pada tanggal 26 Oktober 2024, di Malang. (Davina Bilqis Selanova)