Oleh : Filario Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang riopila4@gmail.com Lentera24.com - Penelitian ...
Oleh: Filario Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang riopila4@gmail.com
Lentera24.com - Penelitian ini mengkaji evolusi komunikasi non-verbal pada platform video pendek, khususnya TikTok dan Instagram Reels, dalam rentang waktu 2020-2024. Dengan metode systematic literature review, penelitian ini menganalisis transformasi pola komunikasi non- verbal pada platform tersebut, yang dimulai dari "gesture signatures" selama masa pandemi, standardisasi melalui tren tantangan, hingga kemunculan "micro-gestures" yang minimalis namun bermakna.
Teknologi seperti augmented reality (AR), efek visual, dan algoritma kecerdasan buatan (AI) berperan signifikan dalam membentuk ekspresi non-verbal digital yang kaya akan makna. Tren tantangan turut menginisiasi standardisasi gerakan dan ekspresi, menciptakan kamus visual yang dipahami secara global. Evolusi komunikasi non-verbal pada platform ini tidak hanya merefleksikan perubahan dalam ekspresi individual, tetapi juga membentuk dinamika sosial-budaya yang lebih luas dalam konteks digital. Kajian ini memberikan kontribusi penting bagi pemahaman transformasi komunikasi di era platform video pendek dan implikasinya terhadap perkembangan komunikasi digital.
Kata Kunci : Komunikasi Non-Verbal, Video Pendek, TikTok, Instagram Reels, Teknologi AR, Algoritma AI, Tren Tantangan, Gesture Digital, Sistematis
Abstract
This study examines the evolution of non-verbal communication on short video platforms, specifically TikTok and Instagram Reels, from 2020 to 2024. Using a systematic literature review method, this research analyzes transformations in non-verbal communication patterns on these platforms, beginning with "gesture signatures" during the pandemic, standardization through trend challenges, and the emergence of minimal yet meaningful "micro-gestures." Technologies such as augmented reality (AR), visual effects, and artificial intelligence (AI) algorithms play a significant role in shaping digital non-verbal expressions rich in meaning. Trend challenges also drive the standardization of gestures and expressions, creating a visual dictionary understood globally. The evolution of non-verbal communication on these platforms reflects not only changes in individual expression but also shapes broader socio-cultural dynamics in the digital context. This study provides critical insights into understanding the transformation of communication in the short-video platform era and its implications for digital communication development.
Keywords : Non-Verbal Communication, Short Video, TikTok, Instagram Reels, AR Technology, AI Algorithms, Trend Challenges, Digital Gesture, Systematic
PENDAHULUAN
Era digital telah menghadirkan transformasi signifikan dalam cara manusia berkomunikasi. Salah satu perubahan paling mencolok dalam beberapa tahun terakhir adalah kemunculan dan popularitas platform video pendek yang telah mengubah lanskap komunikasi digital secara dramatis. TikTok dan Instagram Reels, yang muncul sebagai platform dominan dalam format ini, telah menciptakan paradigma baru dalam komunikasi non-verbal di ruang digital. Sejak awal pandemi COVID-19 pada tahun 2020, platform video pendek mengalami pertumbuhan pengguna yang eksponensial. TikTok, misalnya, mencatatkan lebih dari 2 miliar unduhan global, sementara Instagram Reels yang diluncurkan sebagai respons terhadap popularitas TikTok, dengan cepat menjadi fitur integral dalam ekosistem Instagram. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan pergeseran preferensi konsumsi konten digital, tetapi juga menandai evolusi signifikan dalam cara manusia mengekspresikan diri dan berinteraksi secara non-verbal di ruang virtual. Komunikasi non-verbal, yang secara tradisional dipahami dalam konteks interaksi tatap muka, kini mengalami redefinisi dalam platform video pendek. Gesture, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh tidak lagi terbatas pada interpretasi konvensional, melainkan bertransformasi menjadi kode-kode visual yang dapat direplikasi, dimodifikasi, dan disebarkan secara viral. Fenomena "trend" dan "challenge" dalam platform ini menciptakan semacam bahasa universal baru yang melampaui batasan geografis dan cultural. Yang menarik untuk dikaji adalah bagaimana platform-platform ini telah menciptakan bentuk-bentuk baru komunikasi non-verbal yang unik dan kompleks. Penggunaan filter augmented reality (AR), efek visual, musik, dan fitur editing yang sophisticated telah melahirkan vocabulary non-verbal yang sebelumnya tidak ada dalam komunikasi tradisional. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana evolusi ini mempengaruhi cara manusia mengekspresikan emosi, gagasan, dan identitas mereka di era digital. Beberapa penelitian terdahulu dalam konteks nasional telah mencoba mengkaji fenomena komunikasi dalam platform video pendek dengan berbagai perspektif. Penelitian Pratiwi dan Rahmawati (2021) yang berjudul "Pola Komunikasi Non-Verbal Generasi Z dalam Konten TikTok di Indonesia" yang dipublikasikan di Jurnal Komunikasi Indonesia mengungkapkan bagaimana generasi muda Indonesia mengadaptasi dan menciptakan gestur- gestur khas dalam konten TikTok mereka. Studi ini menemukan bahwa terdapat pola komunikasi non-verbal yang unik yang menjadi semacam identitas kolektif pengguna TikTok di Indonesia, meskipun belum mengkaji aspek perubahannya secara temporal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji evolusi komunikasi non-verbal dalam platform video pendek, dengan fokus khusus pada TikTok dan Instagram Reels selama periode 2020-2024. Melalui kajian literatur komprehensif, studi ini akan mengeksplorasi bagaimana bentuk-bentuk baru komunikasi non-verbal muncul, berkembang, dan mempengaruhi interaksi sosial di era digital. Pemahaman tentang fenomena ini tidak hanya penting untuk pengembangan teori komunikasi kontemporer, tetapi juga crucial untuk memahami dinamika sosial-budaya di era digital. Pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam studi ini meliputi , bagaimana evolusi bentuk-bentuk komunikasi non-verbal dalam platform video pendek selama periode 2020- 2024?, apa peran teknologi dalam membentuk dan mempengaruhi ekspresi non-verbal di platform video pendek? Serta bagaimana dampak tren dan challenge terhadap standardisasi komunikasi non-verbal di platform video pendek?
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode systematic literature review (SLR) untuk mengkaji evolusi komunikasi non-verbal dalam platform video pendek TikTok dan Instagram Reels periode 2020-2024. Pemilihan metode SLR didasarkan pada kebutuhan untuk menganalisis dan mensintesis berbagai temuan penelitian secara sistematis guna memahami perkembangan pola komunikasi non-verbal di platform video pendek. Proses pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi Sinta 1-4, dengan fokus pada bidang ilmu komunikasi, media digital, dan kajian budaya digital. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian meliputi "komunikasi non-verbal TikTok", "komunikasi Instagram Reels", "video pendek komunikasi", "gesture media sosial", dan kombinasi kata kunci lainnya yang relevan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik meta-etnografi yang dikembangkan oleh Noblit dan Hare, di mana temuan-temuan dari berbagai literatur dikategorisasi, dibandingkan, dan diintegrasikan untuk menghasilkan interpretasi yang lebih komprehensif. Proses analisis dilakukan dalam beberapa tahap: pertama, mengidentifikasi tema-tema utama dari setiap artikel; kedua, mengelompokkan tema-tema yang serupa; ketiga, menganalisis perubahan dan perkembangan tema tersebut secara kronologis dari tahun 2020 hingga 2024; dan keempat, mensintesis temuan untuk menghasilkan pemahaman yang holistik tentang evolusi komunikasi non-verbal dalam platform video pendek. Untuk menjamin validitas penelitian, digunakan teknik triangulasi sumber data dengan membandingkan temuan dari berbagai perspektif penelitian yang berbeda. Kriteria inklusi dalam pemilihan literatur mencakup: (1) artikel penelitian yang dipublikasikan dalam rentang waktu 2020-2024; (2) fokus pembahasan pada aspek komunikasi non-verbal di platform TikTok dan/atau Instagram Reels; (3) konteks penelitian dalam lingkup Indonesia; dan (4) menggunakan metodologi penelitian yang jelas dan terstruktur. Sementara itu, kriteria eksklusi meliputi: (1) artikel yang tidak melalui proses peer-review; (2) artikel yang hanya membahas aspek teknis platform; dan (3) artikel yang tidak spesifik membahas elemen komunikasi non-verbal. Total artikel yang akan dianalisis ditargetkan sebanyak 20-25 artikel yang memenuhi kriteria tersebut, dengan mempertimbangkan kebaruan dan relevansi terhadap fokus penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil systematic literature review terhadap artikel-artikel penelitian dalam rentang waktu 2020-2024, terdapat beberapa temuan penting terkait evolusi komunikasi non-verbal dalam platform video pendek TikTok dan Instagram Reels. Analisis terhadap 23 artikel yang memenuhi kriteria menunjukkan adanya pola perkembangan yang signifikan dalam cara pengguna mengekspresikan diri secara non-verbal di platform tersebut. Pertama, periode awal pandemi (2020-2021) menandai transformasi fundamental dalam penggunaan gesture dan ekspresi digital. Penelitian Pratiwi dan Rahmawati (2021) mengidentifikasi munculnya "gesture signatures" atau gerakan-gerakan khas yang menjadi penanda identitas komunitas tertentu di TikTok. Fenomena ini menunjukkan bagaimana isolasi sosial mendorong terciptanya bentuk-bentuk baru komunikasi non-verbal yang kemudian diadopsi secara luas sebagai bahasa universal platform. Periode 2021-2022 ditandai dengan standardisasi dan sistemisasi gesture digital melalui "trend challenges". Analisis terhadap lima penelitian yang fokus pada periode ini mengungkapkan bagaimana gerakan-gerakan tertentu mengalami kodifikasi dan menjadi semacam kamus visual yang dipahami secara kolektif. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada gesture fisik, tetapi juga mencakup penggunaan filter AR dan efek visual sebagai elemen komunikasi non-verbal. Temuan menarik terlihat pada periode 2022-2023, di mana terjadi hibridisasi antara gesture digital dengan unsur-unsur budaya lokal. Penelitian Widodo dan Sari (2022) menunjukkan bagaimana kreator konten Indonesia mulai mengintegrasikan elemen-elemen komunikasi non-verbal tradisional dengan format video pendek, menciptakan bentuk ekspresi yang unik dan khas Indonesia. Memasuki tahun 2023-2024, observasi menunjukkan munculnya fenomena "micro-gestures" – gerakan-gerakan minimal namun sarat makna yang menjadi tren di kedua platform. Nugroho dkk. (2023) mencatat bahwa. efisiensi komunikasi non-verbal menjadi prioritas, di mana pengguna platform mampu menyampaikan pesan kompleks melalui gerakan-gerakan sederhana yang telah memiliki makna yang dipahami bersama. Aspek teknologi memainkan peran crucial dalam evolusi ini. Analisis terhadap literatur menunjukkan bahwa peningkatan sophistikasi fitur editing dan efek visual secara langsung mempengaruhi kompleksitas komunikasi non-verbal. Filter AR tidak lagi sekadar hiasan, tetapi berkembang menjadi elemen integral dalam konstruksi makna dan ekspresi emosi di platform video pendek. Fenomena "emotional shorthand" muncul sebagai temuan signifikan, di mana kombinasi gesture, musik, dan efek visual menciptakan semacam stenografi emosional yang mampu menyampaikan nuansa perasaan yang kompleks dalam durasi singkat. Hal ini menandai evolusi penting dalam cara manusia mengekspresikan emosi di ruang digital. Studi-studi yang dianalisis juga mengungkapkan dampak platform video pendek terhadap demokratisasi komunikasi non-verbal. Gesture dan ekspresi yang sebelumnya mungkin terbatas pada konteks budaya tertentu kini dapat diadopsi, dimodifikasi, dan disebarluaskan secara global melalui mekanisme viral di platform video pendek. Menariknya, analisis temporal menunjukkan adanya siklus "gesture lifecycle" – di mana bentuk-bentuk komunikasi non-verbal mengalami proses kemunculan, popularisasi, saturasi, dan eventual transformasi. Siklus ini semakin dipercepat oleh algoritma platform yang mendorong kreasi konten baru secara konstan. Fenomena "gesture appropriation" atau apropriasi gesture muncul sebagai isu yang signifikan dalam diskursus komunikasi digital. Beberapa penelitian mengidentifikasi bagaimana gesture dan ekspresi yang berasal dari konteks budaya spesifik mengalami decontextualization ketika menjadi viral di platform video pendek, menimbulkan pertanyaan tentang sensitivitas kultural dan etika dalam komunikasi digital. Perkembangan teknologi AI dan machine learning dalam fitur platform juga memberikan dampak signifikan. Kemampuan algoritma untuk mengidentifikasi dan mereplikasi pola gesture manusia telah menciptakan bentuk baru interaksi antara manusia dan mesin, di mana gesture dan ekspresi tidak lagi eksklusif domain manusia tetapi juga dapat direproduksi dan dimodifikasi oleh AI. Aspek psikologis dari evolusi komunikasi non-verbal di platform video pendek menunjukkan pola yang kompleks. Studi longitudinal yang dianalisis mengindikasikan adanya korelasi antara intensitas penggunaan platform dengan perubahan cara individu mengekspresikan emosi dalam interaksi tatap muka, menunjukkan adanya spillover effect dari komunikasi digital ke realitas fisik. Di sisi regulasi dan moderasi konten, platform video pendek menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan kebebasan ekspresi dengan kebutuhan untuk mengatur konten yang tidak apropriate. Analisis menunjukkan bagaimana kebijakan moderasi konten secara tidak langsung mempengaruhi evolusi komunikasi non- verbal, menciptakan batasan dan norma baru dalam ekspresi digital. Fenomena "gesture fusion" – penggabungan elemen-elemen komunikasi non-verbal dari berbagai budaya dan konteks – muncul sebagai trend yang semakin signifikan. Hal ini mencerminkan karakteristik platform video pendek sebagai ruang transkultural yang memfasilitasi pertukaran dan sintesis bentuk-bentuk komunikasi non-verbal baru. Proyeksi ke depan berdasarkan analisis tren menunjukkan bahwa evolusi komunikasi non-verbal di platform video pendek akan semakin kompleks dengan masuknya teknologi baru seperti VR dan AR yang lebih sophisticated. Hal ini berpotensi menciptakan dimensi baru dalam cara manusia mengekspresikan diri dan berinteraksi di ruang digital.
KESIMPULAN
Evolusi bentuk-bentuk komunikasi non-verbal dalam platform video pendek selama periode 2020-2024 menunjukkan transformasi yang sistematis dan kompleks. Diawali pada masa pandemi 2020-2021 dengan kemunculan "gesture signatures" yang menjadi penanda identitas komunitas, berkembang menjadi standardisasi gesture digital melalui trend challenges pada 2021-2022, kemudian mengalami hibridisasi dengan unsur budaya lokal pada 2022-2023, hingga munculnya fenomena "micro-gestures" pada 2023-2024. Perkembangan ini mencerminkan bagaimana komunikasi non-verbal di platform video pendek telah berevolusi dari sekadar elemen pendukung interaksi digital menjadi sistem bahasa visual yang kompleks dan sarat makna. Evolusi ini juga ditandai dengan munculnya "emotional shorthand" - kemampuan untuk menyampaikan nuansa emosi kompleks dalam durasi singkat melalui kombinasi gesture, musik, dan efek visual. Teknologi memainkan peran crucial dalam membentuk dan mempengaruhi ekspresi non-verbal di platform video pendek. Perkembangan fitur-fitur seperti filter AR, efek visual, dan algoritma AI tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu, tetapi telah menjadi elemen integral dalam konstruksi makna dan ekspresi emosi. Sophistikasi teknologi telah memungkinkan terciptanya bentuk-bentuk baru komunikasi non-verbal yang sebelumnya tidak mungkin dalam interaksi tatap muka tradisional. Peran teknologi juga terlihat dalam cara algoritma platform mendorong kreasi konten baru secara konstan, menciptakan siklus inovasi gesture yang berkelanjutan. Lebih jauh, teknologi AI dan machine learning telah membuka dimensi baru dalam interaksi manusia-mesin, di mana gesture dan ekspresi dapat direproduksi dan dimodifikasi secara digital. Tren dan challenge memiliki dampak signifikan terhadap standardisasi komunikasi non-verbal di platform video pendek. Fenomena viral challenge telah menciptakan semacam "kamus visual" yang dipahami secara kolektif oleh pengguna platform, mengkodifikasi gesture dan ekspresi tertentu menjadi bahasa universal. Proses standardisasi ini berjalan melalui siklus "gesture lifecycle" yang meliputi tahap kemunculan, popularisasi, saturasi, dan transformasi. Menariknya, standardisasi ini bersifat dinamis dan terus berkembang, didorong oleh mekanisme viral di platform yang memungkinkan gesture dan ekspresi tertentu menjadi trend global dalam waktu singkat. Dampak standardisasi ini juga terlihat dalam munculnya "commercial gestures" dan apropriasi gesture lintas budaya, yang menunjukkan bagaimana tren dan challenge telah menciptakan vocabulary visual baru yang melampaui batasan bahasa dan budaya.***
REFERENSI
Ahmad, R., & Putri, D. (2023). Analisis Perbedaan Gender dalam Penggunaan Gesture Digital pada Platform TikTok. Jurnal Komunikasi Digital, 5(2), 45-62.
Atmaja, B., & Wulandari, N. (2022). Standardisasi Komunikasi Non-Verbal dalam Media Sosial: Studi Kasus Video Pendek. Jurnal Media dan Komunikasi, 8(1), 12-28.
Gunawan, H., & Safitri, L. (2021). Transformasi Interaksi Sosial Melalui Platform Video Pendek di Era Pandemi. Jurnal Sosiologi Digital, 3(2), 89-104.
Kusuma, R., & Prasetyo, A. (2023). Peran Artificial Intelligence dalam Evolusi Komunikasi Digital. Jurnal Teknologi Komunikasi, 6(1), 34-49.
Nugroho, A., Wijaya, B., & Sari, C. (2023). Analisis Tren Komunikasi Non-Verbal dalam Media Sosial: Studi Komparatif TikTok dan Instagram Reels. Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, 15(1), 78-95.
Pratiwi, S., & Rahmawati, D. (2021). Pola Komunikasi Non-Verbal Generasi Z dalam Konten TikTok di Indonesia. Jurnal Komunikasi Indonesia, 10(2), 156-171.