HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Beras di Daerah Pertanian Utama

Sherly Alya Kanesya Mahasiswi Prodi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Lentera24...

Sherly Alya Kanesya Mahasiswi Prodi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Lentera24.com - Fenomena global yang dikenal sebagai perubahan iklim berdampak besar pada banyak hal, termasuk sektor pertanian. Sebagai salah satu tanaman pangan utama, produksi beras sangat rentan terhadap perubahan iklim. Beras tidak hanya merupakan sumber makanan pokok bagi miliaran orang di seluruh dunia, tetapi juga merupakan komoditas penting bagi perekonomian banyak negara. Dampak perubahan iklim terhadap produksi beras di daerah pertanian utama menjadi semakin nyata dan mendesak untuk ditangani. Perubahan iklim sangat berdampak pada produksi beras, yang merupakan salah satu komoditas pangan utama di dunia. Di satu sisi, beberapa wilayah mengalami curah hujan berlebih yang menyebabkan banjir, sementara di sisi lain, beberapa wilayah mengalami kekeringan berkepanjangan. Kondisi ini mengganggu siklus tanam dan panen beras, mengurangi hasil panen, dan menurunkan kualitas produk. Perubahan suhu, pola curah hujan, dan kejadian cuaca ekstrem menyebabkan daerah pertanian utama yang bergantung pada produksi beras mengalami kesulitan besar dalam mempertahankan produktivitas. Ketahanan pangan global sekarang berada dalam bahaya. Cuaca ekstrem yang melanda banyak negara, termasuk Indonesia, menunjukkan masalah pangan yang serius di kemudian hari. Berbagai aspek kehidupan dipengaruhi oleh perubahan iklim, yang sulit untuk dihindari. Kemampuan dan dinamika produksi pertanian dipengaruhi oleh perubahan dan anomali iklim. Perubahan iklim yang paling banyak mempengaruhi ketahanan pangan adalah pergeseran musim hujan atau kemarau, yang sangat mempengaruhi pola dan waktu tanam tanaman semusim, terutama tanaman pangan. Kegiatan manusia adalah penyebab utama pemanasan global saat ini (antropogenik).

Peningkatan suhu global juga memiliki dampak langsung pada tanaman padi. Suhu yang lebih tinggi, terutama selama fase kritis seperti pembungaan dan pengisian biji, dapat mengurangi hasil panen secara signifikan. Perubahan iklim ditandai tidak hanya suhu yang semakin tinggi tetapi juga curah hujan yang semakin berkurang dan tidak menentu. Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian memiliki lebih dari satu permasalahan mulai dari sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian, hingga aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat. Namun perubahan iklim global belum memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi pangan khususnya beras di wilayah Sulawesi Utara. 

Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan produksi padi diatas 5% setiap tahunnya. Namun dengan adanya perubahan iklim global yang pasti akan memberikan dampak terhadap pemantapan ketahanan pangan secara nasional maupun regional khususnya di Sulawesi Utara, maka perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif dalam rangka memenuhi ketersediaan dan kebutuhan pangan khusus beras di masa yang akan datang, antara lain dengan melihat kemampuan dan dinamika produksi pertanian yang dipengaruhi oleh perubahan dan anomali iklim. Peristiwa cuaca ekstrem ini dapat merusak infrastruktur pertanian, termasuk saluran irigasi dan jalan tani, serta mengakibatkan kehilangan hasil panen. 

Upaya melakukan antisipasi merupakan penyiapan arah dan strategi, program dan kebijakan dalam rangka menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim. Adaptasi merupakan upaya penyesuaian teknologi, manajemen dan kebijakan di sektor pertanian dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Program adaptasi lebih difokuskan penyesuaian waktu dan pola tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman, dan salinitas, teknologi panen hujan, serta teknologi irigasi. Menghadapi dampak perubahan iklim, diperlukan langkah-langkah adaptasi yang komprehensif. 

Beberapa strategi adaptasi yang dapat dilakukan antara lain: 

Pertama, Perbaikan Sistem Irigasi: Meningkatkan efisiensi sistem irigasi untuk menghemat penggunaan air. Teknologi seperti irigasi tetes dan pengelolaan air berbasis komunitas dapat membantu mengatasi kekeringan. 

Kedua, Praktik Pertanian Berkelanjutan: 

Menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan, seperti System of Rice Intensification (SRI), yang dapat meningkatkan hasil panen dengan penggunaan air yang lebih sedikit. 

Ketiga, Rehabilitasi dan Peningkatan Infrastruktur: 

Memperkuat infrastruktur pertanian, termasuk saluran irigasi dan jalan tani, untuk mengurangi kerusakan akibat cuaca ekstrem. Keempat, Edukasi dan Pelatihan Petani: Memberikan edukasi dan pelatihan kepada petani mengenai teknik adaptasi terhadap perubahan iklim dan praktik pertanian berkelanjutan.

Berikut adalah data dan fakta tambahan yang relevan untuk analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi beras di daerah pertanian utama: 

Pertama, peningkatan suhu, FAO melaporkan bahwa setiap kenaikan suhu sebesar 1°C dapat mengurangi hasil panen padi hingga 10%, sebuah studi oleh International Rice Research Institute (IRRI) menemukan bahwa kenaikan suhu malam hari yang disebabkan oleh perubahan iklim mengurangi hasil padi di beberapa wilayah di Asia hingga 10-20%. 

Kedua, variabilitas curah hujan, perubahan pola curah hujan telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas banjir dan kekeringan, misalnya banjir besar di Thailand pada tahun 2011 merusak lebih dari 1,6 juta hektar sawah dan menyebabkan penurunan produksi padi sekitar 6 juta ton. 

Di India, perubahan pola monsun menyebabkan ketidakpastian musim tanam, mengakibatkan penurunan produktivitas hingga 15% di beberapa daerah pertanian utama. Data dan fakta tambahan ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang dampak perubahan iklim terhadap produksi beras di daerah pertanian utama, serta menunjukkan urgensi dan pentingnya implementasi strategi adaptasi dan mitigasi untuk menjaga ketahanan pangan di masa depan.

Berikut adalah penjelasan, contoh-contoh, dan argumentasi tentang dampak perubahan iklim terhadap produksi beras yaitu: 

Pertama, di India, penurunan produksi beras di negara bagian Punjab dan Haryana. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu selama fase kritis pembungaan dan pengisian biji padi telah mengurangi hasil panen, curah hujan yang tidak teratur juga mengganggu jadwal irigasi. 

Menurut saya, tanpa tindakan adaptasi yang signifikan, produksi padi di India dapat mengalami penurunan yang substansial mengingat negara ini adalah salah satu produsen dan konsumen beras terbesar di dunia. 

Kedua, di Vietnam, delta mekong yang merupakan lumbung padi Vietnam mengalami peningkatan salinitas air. Kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim menyebabkan intrusi air asin ke sungai-sungai di delta, mengurangi kualitas air untuk irigasi dan merusak tanaman padi yang sensitif terhadap garam. 

Menurut saya, Vietnam perlu mengembangkan infrastruktur pengelolaan air yang lebih baik dan varietas padi tahan salinitas untuk mempertahankan produksi beras yang tinggi. 

Ketiga, di Indonesia, perubahan pola curah hujan di Jawa dan Sumatera mengganggu musim tanam. Musim kemarau yang lebih panjang dan curah hujan yang lebih intens menyebabkan banjir dan kekeringan yang merugikan produksi padi. Sebagai contoh banjir besar pada tahun 2020 menyebabkan kerusakan pada ribuan hektar sawah di Jawa Tengah. Implementasi sistem peringatan dini dan pengelolaan air yang lebih baik diperlukan untuk membantu petani mengantisipasi dan merespon kondisi cuaca ekstrem.

Berikut adalah beberapa saran dan solusi untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap produksi beras di daerah pertanian utama : 

Pertama, meningkatkan investasi dalam penelitian untuk mengembangkan varietas padi yang tahan terhadap suhu tinggi, kekeringan, banjir, dan salinitas. 

Kedua, mempercepat distribusi dan adopsi varietas padi tahan iklim di kalangan petani melalui program penyuluhan dan insentif. 

Ketiga, mengadopsi teknologi irigasi hemat air seperti irigasi tetes, irigasi sprinkler, dan system pengelolaan air yang lebih efisien. 

Keempat, melakukan konservasi dan pemulihan sumber daya air, seperti pembenahan saluran irigasi dan pembangunan waduk untuk penyimpanan air. 

Kelima, menerapkan system rotasi tanaman untuk menjaga kesuburan tanah dan mengurangi risiko hama dan penyakit. 

Keenam, integrasi pohon dan tanaman pangan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, mengurangi erosi, dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. 

Ketujuh, menggunakan teknik pengolahan tanah minimal untuk menjaga struktur tanah dan mengurangi kehilangan air melalui evaporasi. 

Kedelapan, mengadakan pelatihan untuk petani mengenai teknik adaptasi perubahan iklim, seperti waktu tanam yang tepat, manajemen air, dan penggunaan varietas tahan iklim. 

Sembilan, mendorong penggunaan teknologi pertanian cerdas, seperti aplikasi cuaca, sensor tanah, dan drone untuk pemantauan lahan. 

Sepuluh, memberikan subsidi dan insentif untuk penggunaan teknologi irigasi hemat air dan varietas tahan iklim. 

Sebelas, menerapkan kebijakan yang mendukung adaptasi perubahan iklim dalam sektor pertanian, seperti penyusunan peta risiko iklim dan strategi adaptasi regional.

Dua belas, menyediakan akses ke kredit dan asuransi pertanian untuk melindungi petani dari risiko kegagalan panen akibat perubahan iklim. 

Tiga belas, membangun sistem informasi iklim yang dapat diakses oleh petani untuk mendapatkan informasi terkini tentang kondisi cuaca dan prediksi iklim. 

Empat belas, mendorong kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga penelitian untuk pengembangan dan implementasi teknologi adaptasi iklim. 

Lima belas, bekerjasama dengan negara-negara lain untuk berbagi pengetahuan, teknologi, dan sumber daya alam dalam mengahadapi dampak perubahan iklim. Implementasi saran dan solusi ini dapat membantu mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap produksi beras, meningkatkan ketahanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan petani di daerah pertanian utama.

Perubahan iklim telah membawa dampak signifikan terhadap produksi beras di daerah pertanian utama. Perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu, naiknya permukaan air laut, dan serangan hama serta penyakit telah mengganggu siklus tanam dan panen, menyebabkan ketidakstabilan produksi, dan mengancam ketahanan pangan. Untuk mengatasi tantangan ini, langkah-langkah adaptasi yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah dan petani sangat diperlukan. 

Pengembangan varietas padi tahan iklim, penerapan teknologi pertanian modern, diversifikasi pertanian, edukasi dan pelatihan petani, serta dukungan kebijakan pemerintah adalah kunci untuk memastikan keberlanjutan produksi beras dan ketahanan pangan di masa depan. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat mengurangi dampak perubahan iklim dan memastikan ketersediaan pangan untuk generasi mendatang.***