HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Menelusuri Mitos Primbon Jawa Melalui Lensa Film "Primbon": Antara Budaya dan Pemahaman Non Ilmiah

Lentera24.com - tahukah kamu bahwa istilah " primbon " berasal dari bahasa Jawa, dan Merujuk pada kitab yang mengandung ramalan,...

Lentera24.com - tahukah kamu bahwa istilah " primbon " berasal dari bahasa Jawa, dan Merujuk pada kitab yang mengandung ramalan, aturan, dan petuah untuk membantu kehidupan orang sehari-hari, lho.  Menurut (Hartono, 2016) kitab primbon adalah kitab yang masih digunakan dalam rujukan untuk menentukan perjodohan, membuat rumah, pindah rumah, kelahiran bayi, bepergian, menentukan hari yang baik untuk membeli hewan ternak, bercocok tanam, mengetahui sifat manusia, mengetahui watak hari orang meninggal dunia, dan sebagainya.

Penulis: Jefa Febria Mahendra, 
Semester 2, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universita Brawijaya

Mitos Primbon dalam Konteks Budaya Jawa

Primbon Mitos merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari masyarakat Jawa selama berabad-abad. Mitos-mitos ini sering kali diwariskan secara turun-temurun dan diyakini memiliki kekuatan untuk mempengaruhi nasib dan keberuntungan seseorang. Bagi masyarakat Jawa, primbon bukan sekadar kumpulan kepercayaan, tetapi juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya dan cara pandang mereka terhadap dunia.


Representasi Mitos Primbon dalam Film "Primbon"

Sebuah film berjudul “ Primbon ” yang menceritakan tentang keluarga Jawa yang merupakan keturunan Ningrat yang masih sangat kental dengan tradisi kerajaan. Melalui film “ Primbon ” ini penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga memberikan ruang bagi penonton untuk menyimpulkan dan memahami lebih jauh tentang hubungan antara manusia dan alam semesta menurut persektif primbon. Dalam konteks ini, kita dapat melihat bagaimana mitos primbon di masyarakat Jawa, representasinya dalam film, dan pemahaman kita tentang pengetahuan non-ilmiah yang terkait.


Pemahaman Pengetahuan Non Ilmiah

Pemahaman orang Jawa tentang primbon sering kali didasarkan pada keyakinan dan pengalaman turun-temurun daripada pengetahuan ilmiah yang didukung oleh bukti empiris. Misalnya, petunjuk primbon dapat mempengaruhi keputusan seseorang tentang apa yang harus mereka lakukan, tanpa mempertimbangkan faktor ilmiah yang mungkin relevan. Ini menunjukkan gaya berpikir non-ilmiah yang ditetapkan pada kebiasaan dan kepercayaan. Seperti contoh adegan di film “ Primbon ” yang memberi tahu penonton bahwa ada tanggal dan hari yang membawa kesialan pada orang yang lahir pada tanggal atau hari yang kurang bagus menurut kitab Primbon tersebut. 


Refleksi Tentang Manusia dan Alam Semesta

Salah satu aspek yang menarik dari film “ Primbon ” adalah cara ia merangsang refleksi tentang hubungan antara manusia dan alam semesta. Primbon Mitos sering kali mencerminkan keyakinan tentang keseimbangan alam dan energi kosmik yang mempengaruhi kehidupan manusia. Dalam film ini, penonton diperkenalkan pada cara-cara di mana masyarakat Jawa memahami dan berinteraksi dengan alam melalui primbon , termasuk penggunaan ramalan untuk merencanakan masa depan atau tanda-tanda alam sebagai pertanda baik atau buruk. 


Ada salah satu adegan dalam film “Primbon” yang menurut saya sangat mempengaruhi penonton untuk berpikir bahwa tidak ada salahnya untuk percaya atau mengantisipasi kejadian berdasarkan kepercayaan Kitab Primbon, yaitu ketika omanya Rana, salah satu tokoh utama di film tersebut melarang Rana untuk pergi ke hutan karena menurut Primbon , hari tersebut adalah hari sialnya Rana. Namun, karena Rana tidak percaya dengan hal tersebut, ia tetap teguh pada pendiriannya untuk pergi ke hutan bersama temannya, Janu. Ternyata yang berhasil pulang hanya Janu, sedangkan Rana hilang secara tiba-tiba di hutan yang pada kenyataannya Rana sudah meninggal.  Itu dia beberapa informasi terkait dengan mitos Primbon Jawa yang dapat dikaitkan dengan film “ Primbon ”. Sekarang, yuk kita cari tahu tentang macam-macam isi Primbon Jawa.


Macam-macam Isi Primbon

Watak Seseorang 

Menurut Primbon, watak seseorang dilihat dari tanggal lahirnya. Perhitungan tersebut dilakukan dengan perhitungan tanggal dan hari dalam kalender Jawa. Tidak hanya menggunakan hari biasa seperti dari senin sampai minggu, melainkan jiga dengan pasaran jawa yaitu Legi, Pahing, Won, Wage dan Kliwon. Dalam praktiknya, perhitungan watak ini biasa dipergunakan untuk mencari karakter jodoh. Misalnya, orang yang lahir pada hari Kliwon diyakini memiliki sifat " Wisa Marta Durjana ". Sifat ini mencerminkan sifat yang bisa berubah-ubah antara baik dan buruk.


Hari Baik dan Hari Buruk

Primbon Jawa juga dipergunakan seseorang untuk mengetahui hari baik dan hari buruk. Menurut kepercayaan orang Jawa, terdapat tiga sifat hari baik dan empat sifat hari buruk. Dijelaskan dalam primbon, ada tiga sifat hari yang dianggap baik, di antaranya adalah bulan rahayu yang berarti bulan baik, bulan sarju yang berarti bulan sedang, dan anggara kasih. Sementara itu, ada juga empat sifat hari yang dianggap buruk, yaitu hari taliwangke dan samparwangke yang berarti hari sengkala, serta hari kunarpawarsa dan sangarwarsa yang mempunyai arti tahun bencana. Biasanya perhitungan hari baik dan hari buruk ini dilakukan sebelum seseorang mengambil keputusan atau melakukan suatu kegiatan penting. Pasalnya, orang Jawa percaya bahwa acara yang baik harus dilaksanakan di hari yang baik pula, seperti melangsungkan pernikahan, membangun rumah, dan sebagainya.


Kejadian Alam

Selain diyakini untuk mengetahui watak seseorang dan menentukan hari baik dan buruk, Primbon Jawa juga diyakini bisa meramalkan kondisi alam dan bencana alam. Salah satunya adalah gempa bumi yang terjadi selama bulan Ramadhan. Menurut buku Primbon Jawa Serbaguna oleh R. Gunasasmita, gempa yang terjadi selama bulan Ramadhan baik di siang atau malam hari memiliki arti yang berbeda. Menurut primbon, jika gempa terjadi di siang hari selama bulan Ramadhan atau bulan puasa, itu menandakan bahwa banyak orang akan merasa prihatin dan sedih. Untuk mengatasinya, kita harus mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Sebaliknya, primbon Jawa mengatakan bahwa gempa bumi yang terjadi pada malam hari selama bulan Ramadhan menandakan bahwa banyak orang akan pindah.***