Ruliyana Mahasiswi Semester 1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Lentera24.com - Perlu kita ketahui bahw...
Ruliyana Mahasiswi Semester 1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lentera24.com - Perlu kita ketahui bahwasanya Palestina merupakan sebuah negara yang secara de jure telah merdeka dan berdaulat di kawasan Timur Tengah. Sejarah negara ini sangat kompleks dan berkaitan erat dengan konflik Israel-Palestina sehingga pada tahun 1947 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang membagi wilayah Palestina menjadi dua negara terpisah, yaitu negara Arab dan Yahudi. Namun pihak pemimpin Arab-Palestina menolak resolusi tersebut, sehingga setelah berdirinya negara Israel pada tahun 1948, terjadi perang antara masyarakat Muslim dan Yahudi di Palestina dan Israel berhasil mengalahkan pasukan Arab dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.
Bagaimana kondisi perekonomian Palestina sebelum terjadinya perang Palestina Israel? Sudah tidak ada lagi pemberitaan tentang perang antara Palestina Israel yang terus berkelanjutan dan semakin memanas. Perang yang terjadi sejak pembentukan negara Israel pada tahun 1948 dan pengklaiman wilayah yang saling berselisih antar kedua pihak terkait tanah yang merekrut orang-orang palestina.
Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel sudah menjadi awal pertikaian yang sangat kompleks dan kontroversial selama beberapa tahun terakhir, konflik militer dan politik yang sudah berlangsung selama berabad-abad ini banyak melibatkan berbagai peristiwa sejarah. Konflik antar kedua pihak ini banyak memberikan dampak negatif terutama pada Palestina yang sangat terdampak, salah satu sektor yang sangat terdampak dan sangat jelas terkena dampaknya yaitu dalam sektor perekonomian.
Sebelum adanya perang antara Palestina dan Israel perekonomian negara palestina memiliki agraris yang berkembang dengan persentase 7,2% setiap tahunya selama 1940-an. Negara palestina memiliki potensi ekonomi yang cukup besar diantaranya dalam sektor pertanian, palestina memiliki tanah yang subur dan cocok untuk pertanian, mereka menghasilkan produk pertanian seperti zaitun, jeruk, anggur, dan sayuran. Pertanian ini merupakan salah satu sektor utama dalam perekonomian negara ini.
Hal lain yang mendukung perekonomian Palestina yaitu industri Manufaktur meskipun sektor yang relatif kecil ini memiliki potensi yang signifikan, pariwisata warisan budaya dan sejarah juga menjadi sumber bagi negara ini, situs yang bersejarah dan keagamaan ini menjadi daya tarik bagi wisatawan asing maupun lokal, hal ini juga di dukung dengan populasi negara Palestina yang relatif muda dan terdidik. Banyak penduduk Palestina yang memiliki keterampilan dan potensi untuk berkontribusi dalam perekonomian. Juga ekonomi Palestina didukung dengan tingkat kemiskinan yang cukup rendah yaitu dengan 47% populasi Palestina berkeluarga ke bawah kelompok kemiskinan pada tahun 1960.
Tetapi kondisi perekonomian negara Palestina sudah tidak sebaik dulu lagi, sebagai negara yang terus dilanda konflik berkepanjangan perekonomian negara ini semakin menurun dan tak stabil sehingga negara ini banyak mengandalkan bantuan internasional, selain karna perang perekonomian Palestina semakin berburuk karena adanya pandemi virus Covid-19.
Mengutip laporan dari Bank Dunia pada Kamis 13 Mei 2021 pandemi Covid-19 membuat ekonomi Palestina sangat terpukul. Tahun 2019 saja sebelum pandemi mulai merebak secara global, pertumbuhan di negara ini hanya 1 persen. Dampak perang Gaza pada tahun 2023 diperkirakan akan meningkatkan tingkat kemiskinan antara 20% dan 40%, tergantung pada kondisi sosial-ekonomi dan durasi perang.
Pertumbuhan ekonomi Palestina diproyeksikan akan terus melemah pada tahun 2023 dan tahun-tahun mendatang dengan pertumbuhan nominal PDB, tingkat kemiskinan diperkirakan mencapai 61% pada tahun 2020 hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Palestina pada tahun 2022 dan 2023 sangat sulit.***