HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Klaim Bahwa Habib di Indonesia Bukan Keturunan Nabi Tidak Ilmiah

Oleh: Muhamad Izuddin, Lc, Mahasiswa Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam Semester 2 UIN Syarif Hidayatullah  Lentera24.com - Beberapa wak...

Oleh: Muhamad Izuddin, Lc, Mahasiswa Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam Semester 2 UIN Syarif Hidayatullah 

Lentera24.com - Beberapa waktu yang lalu sempat viral dalam media sosial mengenai isu para habib yang ada di Indonesia bukanlah keturunan Rasulullah. Viral-Nya isu ini bermula dari pernyataan Kiai Imaduddin Usman dalam artikel hasil penelitiannya yang bertajuk, pengakuan para Habib sebagai keturunan Nabi belum terbukti secara Ilmiah. Bagian sentral tuduhan Kiai Imaduddin Usman ialah keputusan Ubaidillah dan anaknya Ba’alwi dalam mata rantai keturunan Rasulullah. Bahwasannya Kiai Imaduddin Usman tidak menemukan nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib bin Ali al-Uraidli bin Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein, cucu Rasulullah SAW pada tujuh kitab al-Ansab terdahulu yang ditelitinya. Nama Ba’alawi dan Ubaidillah baru ditemukan pada karangan-karangan kitab Ansab abad 13 Hijriah ke atas. 


Lebih lanjut, menurut Kiai Imaduddin, para pentahqiq kitab-kitab Ansab pada abad 1 Hijriah itu telah melakukan semacam pemalsuan dengan memasukkan nama Ubaidillah beserta anaknya, Ba’alawi dalam silsilah keturunan Ahmad Isa. Tuduhan ini dikarenakan kedua nama itu tidak pernah ada sebelumnya pada kitab-kitab Ansab terdahulu. Dengan kata lain, para Habaib yang ada di Indonesia bukanlah keturunan Nabi karena datuk mereka Ba’alawi bin Ubaidiilah terputus dalam silsliah keturunan Nabi. 


Namun, di sini penulis tidak berfokus menjawab polemik Kiai Imaduddin Usman ini. Penulis akan berkonsentrasi lebih pada aspek kesejarahan masa Rasulullah, Ali dan Fatimah untuk merekonstruksi bagaimana keturunan Rasulullah ini terbentuk. Untuk itu penulis akan menarik kembali ke masa Rasulullah dan interaksinya Bersama istri-istri beliau.


Semasa hidup Rasulullah, Rasulullah diketahui mempunyai sembilan wanita yang berstatus sebagai istri beliau hingga akhir hayatnya. Kesembilan istri itu antara lain: Khadijah, Aisyah, Saudah, Hafsah, Ummu Habibah binti Abi Sufyan, Ummu Salamah, Zainab binti Juhsy, Juwairiah, Safiyyah binti Huyay, dan Maimunah binti Harits. Kendati demikian, dari kesembilan istri yang ada, Ummul Mukminin Khadijah adalah satu-satunya istri Rasulullah yang memberikannya penyambung darah.      


Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid adalah istri pertama Rasulullah dan satu-satunya istri Rasulullah yang tidak dimadu nya. Dari pernikahannya, Khadijah melahirkan dua orang anak laki-laki dan empat perempuan. Dua anak lelaki tersebut adalah Qasim, dan Abdullah at-Tahir al-Mutahhir, sedangkan empat anak perempuan lainnya yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah. Kedua putera Rasulullah tersebut meninggal di usia belia sedangkan empat puteri beliau hidup hingga dewasa dan menikah. Selain dari Khadijah, Rasulullah memiliki seorang anak lainnya yang bernama Ibrahim dari gundiknya, Mariah al-Qibtiyyah. Namun, seperti dua saudara seayahnya, Ibrahim juga wafat di usia muda.


Dengan demikian, hanya Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum saja dari anak-anak Rasulullah yang hidup hingga dewasa dan menikah. Meskipun begitu dari ketiga puteri Rasulullah selain Fatimah tidak ada dari ketiganya yang meneruskan darah keturunan. Adapun Ruqayyah yang dinikahi Usman bin Affan meninggal di usia belianya. Sementara itu Ummu Kultsum yang dinikahi Usman setelah wafatnya Ruqayyah melahirkan seorang anak namun meninggal di usia dini. Sedangkan Zainab yang menikah dengan Abu Ash Laqith mempunyai seorang anak yang bernama Umamah, menikah dan punya anak. Sayangnya keturunan Umamah tidak berhasil dilacak. Dengan demikian, Fatimah adalah satu-satunya yang mewariskan silsilah keturunan Rasulullah. Meskipun Fatimah adalah seorang perempuan, namun keturunannya tetap merepresentasikan silsilah keturunan Rasulullah yang masih eksis hingga saat ini. Diriwayatkan Imam Suyuthi, dari Fatimah az-Zahra, Rasulullah SAW bersabda:

كلُّ بني آدمَ ينتمونَ إلى عَصَبةٍ إلا وَلَدَ فَاطِمةَ فأنا وَليُّهُم وأنا عَصَبَتُهم

“Setiap anak yang dilahirkan ibunya bernasab kepada ayahnya, kecuali anak-anak dari Fatimah, akulah wali mereka, akulah nasab mereka, dan akulah ayah mereka”. (Jami’ as-Sagir: 6275).


Dari pernikahan Fatimah az-Zahra dengan Ali, lahir empat anak yaitu: Zainab, Ummu Kultsum, Hasan dan Husein. Dalam tradisi Arab, hanya laki-laki saja yang dianggap mewariskan keturunan dari ayahnya, maka dari itu keturunan Zainab dan Ummu Kultsum dianggap terputus. Adapun keturunan Hasan dan Husein, dari keduanya inilah keturunan Rasulullah tersebar ke penjuru dunia dan masih eksis hingga saat ini. Meskipun, di Mesir secara eksklusif, menganggap keturunan Zainab binti Ali sebagai bahagian dari keturunan Rasulullah yang masih eksis hingga saat ini.  

Ilustrasi Rangkaian Putera-Puteri Ali bin Abi Talib dan Fatimah

Penyelidikan komparatif terhadap keturunan Hassan dan Husein menyuguhkan banyak cabang-cabang, baik dari jalur Hasan maupun Husein. Masing-masing mengakari banyaknya kakek moyang para Ahlul Bait saat ini. Dari Hasan bin Ali saja, terdapat total enam cucu, satu dari Zaid bin Hasan, dan lima lainnya dari Hasan 2 (Hasan bin Hasan bin Ali). Masing-masing dari total keenam cucu Hasan tersebut mempunyai banyak keturunan. Sebagai contoh Musa al-Jun bin Abdullah al-Mahd bin Hasan 2, mempayungi banyak keturunan al-Hasani di generasi-generasi berikutnya. Bagaimana tidak, Musa al-Jun mempunyai setidaknya sepuluh orang anak mulai dari Muhammad, Idris, Ali, Salih, Yusuf, Hasan, Ahmad, Yahya al-Naqib, Muhammad al-Asgar, dan Daud. 


Lebih lanjut, beberapa dari kesepuluh putera Musa al-Jun memiliki beberapa keturunan, seperti Muhammad al-Akbar punya lima anak, Idris bin Musa punya empat orang anak, Salih punya tiga anak, dan seterusnya. Di sisi seberang pada jalur Zaid bin Hasan bin Ali, terdapat Hasan Sya’ranif, ayahanda dari rumpun-rumpun al-Hasani pada generasi berikutnya.


Keturunan Husein bin Ali juga tidak berbeda kasusnya, dari Puteranya yang terkenal seperti Ali Zainal Abidin diketahui mempunyai enam orang anak, di antaranya adalah Muhammad al-Baqir, ayahanda daripada Ja’far al-Sadiq. Dari Ja’far al-Sadiq, lahir beberapa anak yang menjadi figure kakek dari rumpun al-Husaini, seperti Musa al-Kadzim, Ismail, Muhammad al-Ma’mun, Ishaq, dan Ali al-Uraidy. Musa al-Kadzim termasuk yang paling banyak mengakari banyak silsilah keturunan Nabi. Setidaknya, ada sebelas putera Musa al-Kadzim yang mempunyai keturunan. Kesebelas itu antara lain: Abu Hasan Ali Rida, Ibrahim, Abbas, Ismail, Muhammad, Abdullah, Ubaidillah, Hasan, Ja’far, Ishaq, dan Hamzah. Beberapa puteranya, seperti Ali Rida’ diketahui mempunyai lima anak laki-laki dan seorang Perempuan.


Perlu digaris bawahi, melalui jalur Ali Uraidli bin Ja’far inilah keturunan Rasulullah SAW dari Hadramaut, Yaman berasal. Berdasarkan data dari Rabithah Alawiyyah, para Habib yang ada di Indonesia ini mempunyai mata rantai keturunan yang bersambung kepada Ba’alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Uraidli al-Husaini. Kedua tokoh ini, yaitu Ba’alawi dan Ubaidillah adalah yang menjadi sumber tuduhan Kiai Imaduddin Usman atas terputusnya mata rantai keturunan Rasulullah dimana Kiai Imaduddin Usman tidak menemukan nama keduanya. Wallahu A’lam.***


Referensi: Abu Naim al-Asbahani, Ma;rifah al-Sahabah, (Mekah: Darul Watan li al-Nasyr)

Fakhruddin al-Razi. Syajarah al-Mubarakah, Tahqiq: Sayyid Mahdi al-Raja’I (Iran, Markaz Samahah Ayatullah Udzma, 1998).

Ibnu Abd Dar. Isti’ab fi Ma’rifati as-Sahabah, (Ordon: Dar Al-I’lam, 2002).

Jamaluddin Ali. Umdah al-Talib as-Sugra fi Nasb Ali Abi Talib, Tahqiq: Sayyid Mahdi al-Raja’i (Iran, Markaz Samahah Ayatullah Udzma, 2009).

Tawbih, Miftahul. Historiografi Etnis Arab di Indonesia, (Pasuruan: Journal Multicultural of Islamic Education, Vol.5, No.2, April 2022).

https://dorar.net/h/jMuBddxa