HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Realita Kurikulum Merdeka

Meutya Faiha Adila Maharani Semester 1 Progam Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya ...

Meutya Faiha Adila Maharani
Semester 1 Progam Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya

Lentera24.com - Kebingungan dalam implementasi kurikulum Merdeka membuat gap antara guru dan siswa karena seringnya berganti kurikulum yang selalu direvisi. Apakah dengan sering bergantinya kurikulum dapat memajukan pendidikan Indonesia? Tapi pada kenyataan tidak membuat kemajuan secara signifikan dalam dunia pendidikan Indonesia. Sering berubah-ubah kurikulum yang ada, membuat tenaga pendidik dan siswa harus cepat beradaptasi karena banyak aspek yang kompleks jika berbicara perihal kurikulum.

Esensi dari kurikulum Merdeka adalah meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan menghasilkan generasi masa depan yang kuat secara intelektual, karakter, dan memiliki semangat yang tinggi sebagai pembelajar sepanjang hayat (life long learning). Oleh sebab itu cakupan dari kurikulum Merdeka ada beberapa aspek yaitu kompetensi, pelaksanaan pembelajaran yang fleksibel dan karakter pelajar Pancasila. Sedangkan spiritnya yaitu pihak satuan pendidikan, guru, dan peserta didik. 

Dalam kurikulum Merdeka peserta didik diberikan keleluasaan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Satuan pendidikan dituntut untuk bekerjasama dan berkolaborasi dengan pihak yang berkepentingan dalam dunia pendidikan seperti industri, perguruan tinggi, praktisi, dan Masyarakat agar terciptanya Merdeka belajar.

Asumsi awal terciptanya kurikulum Merdeka adalah sebagai sebuah jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang melekat pada dunia pendidikan di Indonesia. Artinya dengan kurikulum Merdeka diharapkan peserta didik berkembang sesuai bakat, minat, dan potensi yang ada dalam diri peserta didik masing-masing. 

Sedangkan saat ini kurikulum Merdeka belum sepenuhnya berjalan secara optimal. Dapat dikatakan kurikulum Merdeka saat ini belum bisa menjadi jawaban dari semua permasalahan yang melekat pada pendidikan di Indonesia. Jika menelisik ke belakang, kurikulum yang lahir sebelum kurikulum Merdeka belum menjadi jawaban atas persoalan pendidikan di Indonesia.

Dikutip dari website Progamme for Internasional Student Assessment (PISA) mengungkapkan bahwa Skor PISA Indonesia pada 2018 untuk bidang literasi membaca mendapatkan poin 371, sedangkan 2022 menurun menjadi 359. 

Skor literasi matematika 2018 mendapatkan 379 turun menjadi 366 pada tahun 2022. Skor literasi sains pada tahun 2018 memperoleh 379 turun menjadi 366 di tahun 2022 

Data tersebut seharusnya menjadi bahan evalusi untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Jika kurikulum Merdeka implementasinya tidak lebih baik dari kurikulum sebelumnya tidak akan bisa menjadi jawaban atas permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini. 

Bergantinya menteri pendidikan berganti pula kurikulum pendidikannya. Hal ini tidak sepatutnya terjadi. Menteri pendidikan dan jajarannya harus mampu memikirkan kurikulum dengan jangka panjang.  

Kemudian menteri selanjutnya mampu mengoptimalkan kembali kurikulum ke arah yang lebih baik bukan mengganti kurikulum, agar meminimalisir kebingungan antara guru dan siswa. 

Jika di dalam dunia pendidikan masih mempunyai mindset bahwasanya ganti Menteri ganti kurikulum pada akhirnya akan terjadi perubahan kurikulum secara terus menurus.***