HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Perudungan di Dunia Pendidikan Indonesia Semakin Marak

Deka Lihayati Mahasiswi Semester 3 Prodi: Pendidikan Jasmani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudera Langs a    Lentera24...

Deka Lihayati Mahasiswi Semester 3 Prodi: Pendidikan Jasmani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudera Langsa
  

Lentera24.com - Berbicara tentang pendidikan sekolah adalah tempat bagi anak untuk belajar menimba ilmu, serta membantu pembentukan karakter positif pada anak hingga dewasa. Kenyataannya, akhir-akhir ini sering sekali terjadi tindak kekerasan di dunia pendidikan baik dari tingkat SD, SMP maupun SMA.

Perundungan merupakan jenis kekerasan spesifik yang seringkali hadir tanpa disadari didalam suatu relasi sosial. Perundungan dapat terjadi dalam berbagai konteks seperti pernah melihat orang lain melakukan kekerasan, kesalahan pola asuh keluarga yang terlalu keras, pernah menjadi korban perudungan, kurang mendapatkan perhatian dari keluarga dan ingin memiliki kekuasaan dan memegang kendali.

Perundungan kini mejadi problem yang sangat besar di dalam dunia pendidikan tepatnya di Indonesia karena dari tahun-tahun sebelumnya semakin banyak kasus yang terjadi. 

Dari fakta di lapangan salah satu kasus perudungan di tingkat sekolah dasar sangat lah miris seperti yang terjadi di Jawa Timur tepatnya di Gresik seorang siswa kelas 2 SD mengalami buta permanen pada mata kanannya, di duga ditusuk oleh kakak kelasnya, kejadian yang sama juga terjadi di Kabupaten Lampung siswa SD menjadi korban perudungan pelaku diduga berkata kata kasar terhadap korban dan dikabarkan korban mengalami trauma.

Jaringan Pemantau Pendidikan (JPPI) mencatat sepanjang Januari –Agustus 2023 terdapat 379 anak usia sekolah menjadi korban kekerasan fisik dan perudungan di lingkungan sekolah.

“Apa yang salah dengan semua ini? Siapa yang seharusnya bertangung jawab atas kejadian seperti ini?” Pelaku perudungan mulai dari teman sekelas, kakak kelas, adik kelas, hingga preman yang ada disekitar sekolah.

Lokasi yang biasa terjadi mulai dari ruang kelas, toilet, kantin, halaman sekolah, pintu gerbang, bahkan diluar pagar sekolah. Waktu kejadiannya berlangsung didalam kelas dan diluar kelas dari pagi hingga pulang sekolah.
 
Perudungan ternyata tidak hanya memberi dampak negatif pada korban ,melainkan juga pada para pelaku seperti meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademik dan tindakan bunuh diri juga menurunkan skor tes kepintaran dan kemampuan analisis para siswa siswi.

“Bagaimana mencegah dan menangulangi perilaku perudungan disekolah?”

Menurut saya semua orang bisa menjadi korban atau malah menjadi pelaku perudungan. Untuk diperlukan kebijakan menyeluruh yang melibatkan seluruh komponen sekolah mulai dari guru, siswa, kepala sekolah sampai pada orang tua siswa, yang bertujuan untuk dapat menyadarkan seluruh komponen sekolah tentang bahaya terselubung dari perilaku perudungan.

Kebijakan tersebut dapat berupa program anti perudungan disekolah dengan cara menggiatkan pengawasan terhadap segala aktivitas siswa, juga pemahaman konseksensi serta komunikasi yang dilakukan sosialisasi juga memasang sepanduk, slogan dan stiker yang bertemakan bahaya perudungan kesemuanya ini dilakukan dengan tujuan paling tidak dapat meminimalisir atau bahkan menghentikan keseluruhan perilaku perudungan.

Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan sekolah bukan lagi tempat yang menakutkan dan membuat trauma melainkan menjadi tempat yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi siswa, juga merangsang keinginan untuk belajar, bebas bersosialisasi dan mengembangkan semua potensi baik akademik, sosial, emosional dan spiritualnya. Dan sekolah dapat menjadi tempat paling aman untuk siswa serta guru dalam proses belajar dan mengajar. ***