Yuwavviddin Azka Mahasiswa Semester 1 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com - Media online biasanya identik dengan a...
Lentera24.com - Media online biasanya identik dengan anak muda. Media online lebih sering digunakan oleh generasi muda yaitu generasi Z. Lain halnya dengan media sosial, generasi kedua Z juga lebih sering menggunakannya dibandingkan pendahulunya. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) telah mengumumkan hasil survei online pengguna Internet Indonesia periode 2019-2020. Hasilnya, jumlah pengguna Internet di Indonesia meningkat menjadi 73,7 persen dari jumlah penduduk atau 196,7 juta pengguna pada kuartal kedua tahun ini. Kondisi ini jelas berdampak besar terhadap perilaku masyarakat di media. Dan dalam hal ini tidak lepas dari dampak signifikan media sosial sebagai sarana meningkatkan elektabilitas calon presiden, khususnya GEN Z.
Pemanfaatan Media Sosial Untuk Meningkatkan Elektabilitas Capres 2024
Media sosial mempunyai potensi sebagai alat kampanye karena hampir semua kalangan menggunakan media sosial. Berkat media sosial, berita mudah menyebar ke mana-mana. Berdasarkan kampanye-kampanye sebelumnya, media sosial memberikan dampak yang signifikan terhadap pembentukan persepsi yang mempengaruhi perilaku pemilih pada khususnya GEN Z.
Saat ini platform yang paling banyak digunakan adalah Tiktok, Instagram, dan Twitter, dan buzzer masing-masing calon presiden sedang gencar - gencarnya berkampanye di ketiga platform tersebut. Hingga Desember 2023, Anies Baswedan memiliki 410.800 pengikut di akun resmi Tiktok dan 6,2 juta pengikut di akun Instagram, sedangkan Prabowo Subianto tidak memiliki akun resmi Tiktok namun memiliki pengikut dominan di Instagram dengan 6,7 juta pengikut dan Tiktok resmi Ganjar. Pranowo memiliki 7,1 juta pengikut dan akun Instagramnya memiliki 6,4 juta pengikut.
Berikut adalah peran penting media sosial dalam kampanye politik:
1. Menciptakan kesadaran: Media sosial menyediakan platform bagi kandidat untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan pesan kampanyenya kepada pemilih. Hal ini memungkinkan para kandidat untuk membangun kesadaran yang kuat sebelum kampanye resmi dimulai.
2. Komunikasi dengan pemilih: Media sosial memungkinkan komunikasi langsung antara kandidat dan pemilih. Kandidat dapat dengan cepat menjawab pertanyaan, mendengarkan komentar dan menjawab pertanyaan penting bagi pemilih.
3. Penyebaran informasi: Platform media sosial memungkinkan para kandidat untuk dengan cepat dan efektif berbagi informasi kampanye, video, dan pesan politik kepada para pemilih. Hal ini dapat memicu reaksi cepat dan mendalam di kalangan pemilih.
4. Penggalangan Dana: Kandidat sering menggunakan media sosial untuk menggalang dana kampanye. Mereka dapat langsung menjangkau pendukung dan penggemar serta mendukung kampanye mereka secara finansial.
Tantangan dalam dunia media sosial Meskipun peran media sosial sangat penting dalam kampanye politik, terdapat juga tantangan yang harus diatasi pada musim pemilu 2024:
1. Desinformasi: Media sosial sering digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau misinformasi. Sangat penting untuk menciptakan mekanisme yang efektif untuk mendeteksi dan menangani desinformasi.
2. Masalah Privasi: Masalah privasi pemilih adalah masalah yang serius. Kampanye politik harus mengikuti pedoman dan etika dalam pengumpulan dan penggunaan data pemilih.
3. Gelembung filter: Media sosial sering kali menciptakan “gelembung filter”. Dimana para pemilih hanya dihadapkan pada pandangan-pandangan yang sesuai dengan keyakinan mereka, sehingga menghambat dialog politik yang sehat.
Strategi Anies Rasyid Baswedan. Dimulai dari calon presiden peringkat pertama, Anies Baswedan. Calon presiden yang diusung Muhaimin Iskandar dan menyebut dirinya AMIN ini memanfaatkan berbagai media sosial untuk berkampanye dan berinteraksi dengan masyarakat. Media sosial mencakup misalnya. Tiktok, Instagram, X. Konten yang diunggah Anies di media sosial juga sangat beragam.
Misalnya, akun TikTok Anies Baswedan memuat video dirinya berpidato di acara publik, menjawab pertanyaan, atau bahkan menjalani aktivitas sehari-hari baik sendiri maupun bersama keluarga. Ada juga video yang dibuat menggunakan elemen populer saat ini, seperti suara dengan ekspresi Korea disertai video orang menangis.
Unggahan terbaru terjadi saat Anies Baswedan mengunggah foto dirinya hendak menonton serial anime One Piece bersama keluarganya. Anies juga bercerita mengenai strateginya menarik perhatian generasi muda dengan rutin bertemu generasi muda dan menjaring masukan mereka untuk program kerja ke depan.
Strategi Prabowo Subianto. Berikutnya adalah calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto. Media sosial yang digunakan Prabowo tidak jauh berbeda dengan Anies yakni Instagram, X, YouTube, dan Facebook. Konten yang diunggah Prabowo juga sangat beragam. Tentang apa yang dia lakukan dengan komunitas, apa yang dia lakukan dengan kucing peliharaannya, apa yang dia lakukan sebagai perwakilan Gibran, bahkan postingan tentang makanan yang berbeda.
Foto Prabowo yang terlihat lebih santai belakangan ini pun sempat terpublikasi di media sosial dan menarik banyak pengguna media sosial untuk melihatnya. Kampanye yang dilakukan Prabowo tidak hanya dilakukan oleh dirinya dan tim suksesnya, namun juga oleh para relawannya.
Melansir Bisnis.com, sebagai informasi pada 28 Oktober hingga 26 November 2023, laporan Meta Ad Gallery menampilkan halaman “Prabowo Subianto”; pengeluaran iklannya paling banyak yaitu Rp.356.232.665 dengan 78 iklan. Prabowo menggunakan strategi yang mengedepankan program-program yang mendukung generasi muda, seperti pengembangan ekonomi kreatif dan kesempatan generasi muda untuk lebih berpartisipasi dalam politik.
Strategi Ganjar Pranowo. Calon presiden nomor urut tiga terakhir adalah Ganjar Pranowo. Media sosial yang digunakan Ganjari pun tak berbeda dengan Anies dan Prabowo alias Tiktok, Instagram, X. Konten yang diunggah Ganjari juga sangat beragam. Tentang aktivitasnya bersama masyarakat, aktivitasnya bersama keluarga, aktivitasnya sebagai perwakilan Mahfud MD dan lain-lain. Strategi Ganjar adalah dengan melibatkan putranya Alam Ganjar dalam kegiatan kampanyenya. Ia merasa mendapat tanggapan dari teman-teman masa kecilnya yang merupakan bagian dari pemilih muda.
Peneliti komunikasi politik Nina Andriana dari Pusat Kajian Kebijakan BRIN mengatakan, sejak awal musim kampanye resmi, masing-masing tim calon presiden berlomba-lomba menciptakan citra melalui konten media sosial. TPN hanya memperlihatkan yang gemoy-gemoy dari prabowo, kemudian anies hanya yang intelektual saja, kemudian rekam jejak ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah tidak kelihatan. Hanya kulitnya-kulitnya saja yang diterima oleh anak muda. Sehingga anak muda hanya memilih berdasarkan emosi, tidak lagi secara rasional.***