HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Mencari Solusi Krisis Air Bersih Di Indonesia: Studi Terhadap Strategi Pengelolaan Air Bersih Di Jepang

Oleh Winda Diyanti Mahasiswi Semester 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan  Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Lentera24....

Oleh Winda Diyanti Mahasiswi Semester 1
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Lentera24.com - Krisis air bersih masih menjadi masalah serius yang dihadapi Indonesia hingga saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, akses terhadap air bersih di beberapa daerah masih sangat minim. Sebagai contoh, Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya memiliki akses air bersih sebesar 32,7% untuk rumah tangga perkotaan dan 9,39% untuk perdesaan (BPS, 2018). Provinsi Maluku dan Papua juga menghadapi kondisi serupa dengan akses air bersih di bawah 50%.

Secara nasional, baru sekitar 73% rumah tangga Indonesia yang memiliki akses terhadap air minum layak menurut Kementerian PUPR pada 2018 (KemenPUPR, 2018). Artinya, puluhan juta penduduk Indonesia belum mendapat akses air bersih. Tentu saja kondisi ini sangat memprihatinkan dan ironis jika mengingat Indonesia merupakan negara dengan curah hujan tropis yang melimpah.

Faktanya, sebagian besar air hujan di Indonesia justru mengalir sia-sia ke laut karena buruknya infrastruktur penampungan dan distribusi air. Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya investasi untuk membangun sarana seperti bendungan dan saluran irigasi. Akibatnya, air dari musim penghujan yang seharusnya dapat disimpan untuk musim kemarau, malah mengalir percuma tanpa dimanfaatkan dengan baik.

Tentu saja krisis air bersih ini membawa dampak besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai contoh, warga di Kabupaten Lombok Tengah harus berjalan ratusan meter untuk mendapatkan air bersih. Hal ini sangat merepotkan dan menyita banyak waktu yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk aktvitas produktif lainnya. 

Dampak jangka panjangnya adalah menurunnya produktivitas dan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk belajar dari negara lain yang sukses dalam pengelolaan air bersih. Salah satu contohnya adalah Jepang, yang mampu menyediakan akses air bersih hampir 100% meski memiliki curah hujan lebih rendah dari Indonesia. Bahkan, air keran di sejumlah kota seperti Tokyo langsung dapat diminum tanpa perlu dimasak terlebih dahulu.

Jepang membangun infrastruktur penyediaan air yang sangat massif dan merata, mulai dari bendungan, instalasi pengolahan air, hingga jaringan pipa distribusi ke setiap rumah Pembangunan ini tentu saja membutuhkan investasi besar baik dari pemerintah maupun sektor swasta. Negara Jepang juga menerapkan teknologi pengolahan air mutakhir seperti filtrasi membran, ozonisasi, ultraviolet, hingga desalinasi. Teknologi ini mampu menghasilkan air bersih dengan kualitas sangat tinggi dan aman dikonsumsi tanpa perlu dimasak lagi.

Negara ini juga melakukan pemanfaatan kembali air limbah setelah melalui proses pengolahan dan standarisasi sehingga layak digunakan untuk berbagai keperluan seperti penyiraman tanaman atau kebutuhan industri. Tingkat daur ulang air limbah di Jepang mencapai lebih dari 20%(Unesco, 2017). 

Selain itu Jepang juga melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan pipa distribusi air secara berkala untuk meminimalkan kebocoran. Pipa-pipa tua diganti sehingga aliran air menjadi lebih efisien. Pemerintah Jepang dan perusahaan air aktif melakukan  kampanye menghemat air kepada seluruh lapisan masyarakat.

Penetapan tarif air di negara ini juga terjangkau sehingga masyarakat tidak perlu mengeksploitasi air tanah secara berlebih. Penerapan regulasi yang ketat terkait pengelolaan air bersih beserta  pengawasan rutin untuk memastikan kepatuhan. Selain itu negara ini memprioritaskan pemanfaatan air permukaan daripada air tanah untuk mencegah penurunan tanah. Riset dan pengembangan teknologi air bersih terus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi. 

Pemerintah juga menanamkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan hemat dalam penggunaan air sejak dini. Sehingga dengan strategi-strategi itu Jepang mampu menjamin pasokan air bersih berkelanjutan.

Beberapa metode pengolahan air yang bisa digunakan PDAM. Pertama, yaitu sistem kloronisasi, cara ini dilakukan dengan membubuhkan khlor sebagai disinfektan. Sistem saringan pasir lambat, dapat terbentuknya lapisan film di atas saringan pasir, dan menjernihkan air secara biokimia. 

“Ada pula sistem saringan pasir cepat, yaitu pengendapan dengan menggunakan senyawa kimia, dan saringan cepat. Kemudian, terakhir dengan sistem pengolahan air bersih yang dilengkapi dengan pengolahan khusus,” tuturnya. 

Menurutnya, karena adanya unsur-unsur khusus pada air baku, misalnya pada kasus air dengan kandungan besi tinggi. Diperlukan pengolahan preklorinasi, pengaturan pH, dan metode pengolahan dengan bakteri besi.

Nusa menyampaikan penggunaan teknologi pengolahan air di atas, sudah memenuhi persyaratan sebagai air minum. “Menurut saya teknologi itu dapat dipertanggungjawabkan, apalagi kalau air bakunya sudah bagus. Apapun air bakunya, sebetulnya bisa diproses untuk menjadi air minum,” katanya". 

" Pengolahan air secara menyeluruh, sangat penting untuk menghindari biaya tinggi. Baik biaya industri, maupun biaya sosial. Strateginya, kita harus memilih sumber air, teknologi pengolahan yang tepat, ekonomis, dan memenuhi baku mutu”. Metode saringan pasir lembut ini merupakan metode konvensional dalam proses pengolahan air.

Metode ini cocok untuk air dengan tingkat kekeruhan yang tidak terlalu tinggi. Metode saringan pasir lambat ini menggunakan empat bagian utama yaitu bagian penyadap, bagian penampung, bagian saringan pasir, dan bagian penampung air bersih. Keuntungan menggunakan metode ini adalah bebas dari penggunaan bahan kimia dan biaya operasional yang murah. Tetapi dibalik kelebihan terdapat beberapa kekurangan pada metode ini, seperti kecepatan penyaringannya rendah, tidak efektif jika digunakan pada air dengan tingkat kekeruhan tinggi, dan cara  membersihkan filter harus dilakukan secara manual.

Adapun Metode lain untuk pengolahan air yang lebih efektif yaitu Metode pengolahan air dengan menggunakan desalinasi air laut sangat cocok bagi warga yang berada di daerah dekat laut. Prinsip metode pengolahan air dengan metode ini yaitu penghilangan garam sehingga air dapat menjadi tawar dan berkualitas baik. Cara yang dapat digunakan untuk mengolah air laut menjadi air tawar adalah dengan menggunakan Mesin reverse osmosis.

Jepang sangat sukses dalam penyediaan air bersih yang berkelanjutan kepada seluruh lapisan masyarakatnya. Kunci utama yang mendasari keberhasilan Jepang dalam pengelolaan air bersih ini adalah investasi infrastruktur air minum yang sangat masif dan merata di seluruh wilayah negeri matahari terbit tersebut. 

Pemerintah Jepang membangun bendungan - bendungan raksasa,  instalasi pengolahan air yang megah, serta jaringan distribusi dan pipa-pipa air minum yang mengalir hingga ke setiap rumah warga. Investasi besar-besaran ini tentu saja memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit, baik yang bersumber dari pemerintah pusat maupun daerah, BUMN terkait pengelolaan air minum, sektor swasta, hingga badan usaha asing. Namun, Jepang yakin bahwa air bersih yang berkualitas merupakan kebutuhan vital setiap orang, sehingga bersedia menggelontorkan investasi yang diperlukan demi terciptanya ketahanan dan kemandirian air minum jangka panjang bagi rakyatnya.

Selain membangun infrastruktur fisik penyediaan air minum, Jepang juga menerapkan beragam teknologi mutakhir dalam mengolah air baku menjadi air minum yang berkualitas tinggi. Mulai dari teknologi filtrasi membran, ozonisasi, radiasi ultraviolet, hingga proses desalinasi air laut telah digunakan secara luas pada instalasi pengolahan air di Jepang. 

Berkat teknologi canggih ini, air minum hasil olahan memiliki kualitas sangat baik dan aman dikonsumsi langsung tanpa perlu dimasak atau direbus terlebih dahulu. Bahkan, tingkat keamanan dan kualitasnya mampu melampaui standar air minum kebanyakan negara maju lainnya. Dengan penerapan teknologi mutakhir, penyediaan air minum yang merata dan berkualitas tinggi dapat terwujud secara efisien.

Kesimpulannya Krisis air bersih merupakan tantangan besar bagi Indonesia saat ini. Untuk mengatasinya, Indonesia perlu belajar dari negara-negara yang sukses mengelola air bersih seperti Jepang. Dengan menerapkan strategi serupa yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia,
diharapkan akses air bersih bagi seluruh masyarakat Indonesia dapat terwujud. Namun tentu saja, diperlukan kerja keras dan komitmen bersama dari berbagai pihak.***