HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Fluktuasi Harga Cabai Merah di Padang Jelang Akhir Tahun

Realita Putri Alfianti Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB University Lentera24.com - Cabai merah merupakan komoditas yang memiliki pel...

Realita Putri Alfianti Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB University

Lentera24.com - Cabai merah merupakan komoditas yang memiliki peluang pasar cukup besar, namun seringkali mengalami fluktuasi harga. Fluktuasi harga disebabkan tingginya konsumsi cabai merah oleh masyarakat Indonesia khususnya di Padang terutama pada hari-hari besar seperti bulan Ramadhan dan Idul Fitri, namun tidak disertai dengan peningkatan produksi cabai merah pada saat musim hujan. Harga cabai merah yang mengalami fluktuasi, hal ini tidak mengurangi konsumsi masyarakat di Kota Padang. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2023), Konsumsi rumah tangga di Kota Padang terhadap komoditas cabai merah sebesar 0.137 per kilogram tahun 2022 yang mengalami peningkatan dari tahun 2021 sebesar 0.133 per kilogram. Fluktuasi harga cabai merah di Padang disajikan pada gambar 1. 
Gambar 1. Rata-rata per minggu harga cabai merah di Kota Padang Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), 2023

Gambar 1 menunjukkan bahwa harga cabai merah mulai merangkak naik dari bulan Oktober sebesar Rp.37,500 hingga bulan Desember yang mencapai Rp.80,000 per kilogramnya. Harga cabai merah tersebut jauh di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) di tingkat konsumen, yakni Rp.37,000 - Rp.55,000 per kilogramnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh perubahan iklim menjelang hari Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan terpantau harga cabai naik sebesar 10.34% dikarenakan musim hujan (PIHPS, 2023). 

Harga rata-rata per minggu periode Januari hingga Desember 2023 cukup berfluktuasi. Fluktuasi harga cabai merah dapat memengaruhi tingkat inflasi di Indonesia (Rahmanta, 2020). Tingkat inflasi merupakan kecendrungan kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus. Jika harga dalam negeri meningkat, maka inflasi juga akan mengalami peningkatan (BPS, 2022). 

Salah sub kelompok sayuran yang menyumbang inflasi adalah cabai merah. Cabai merah tetap menjadi komoditas dominan dalam menyumbang inflasi setiap tahunya. Pada tahun 2020, cabai merah menjadi komoditas yang menyumbang inflasi sebesar 0.06% , kemudian tahun 2021 cabai merah juga menjadi pemicu inflasi dengan nilai sebesar 0.17% dan hingga tahun 2023 cabai merah tetap menjadi komoditas yang menyjmbang inflasi utama yaitu sebesar 0.19% (BPS, 2023). 

Melonjaknya harga cabai merah di Kota Padang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain banyaknya permintaan terhadap cabai merah terutama pada hari besar keagamaan, hari libur nasional, perubahaan cuaca dan musim serta tahun baru. 

Tingginya permintaan terhadap komoditas ini tentu akan menyebabkan kesulitan dalam menyediakan stok yang akan berdampak kepada harga di tingkat konsumen (Lestari dan Rahmadi, 2022). 

Peningkatan harga cabai merah karena sedikitnya jumlah produksi yang dihasilkan, karena bertepatan dengan musim penghujan. Sejalan dengan pendapat, Edy Priyono menghadiri rapat koordinasi di Kantor Staff Presiden terkait pengendalian harga cabai pada 14 Desember 2023, menyebutkan bahwa upaya jangka pendek untu mengatasi kenaikan harga cabai merah dan rawit sulit dilakukan. Hal ini dilatarbelakangi produksi cabai yang mengalami penurunan dan musim tanam yang mundur akibat dampak El Nino. 

Tantangan kenaikan harga cabai merah dan stabilisasi pasar dapat dipertahakan untuk keuntungan bersama konsumen, produsen dan pemerintah akan diperoleh jika petani dan pemerintah dapat merencanakan produksi pertanian dengan lebih baik, termasuk mengambil langkah-langkah antisipasipatif terhadap kemungkinan perubahan cuaca ekstrem, untuk mengurangi risiko fluktuasi harga di masa mendatang. 

Diversifikasi tanaman dan inovasi dalam pertanian juga perlu dilakukan, dengan penggunana teknologi pertanian modern dan inovasi lainnya dapat membantu meningkatkan produktvitas dan resistensi tanman terhadap kondisi cuaca ekstream sehingga dapat mengurangi dampak buruk produksi. Program edukasi konsumen dapat membantu memahamkan masyarakat tentang fluktuasi harga pasar dan memberikan wawasan mengenai alternatif yang dapat diambil selama periode kenaikan harga. ***