Oleh Ayu Anzal Fitri Mahasiswi Semester 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta Lentera24....
Oleh Ayu Anzal Fitri Mahasiswi Semester 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta
Lentera24.com - Sampah plastik yang sering kita gunakan dan dipakai hanya sebentar atau sekali dua kali pemakaian setelah itu di buang, yang tidak dikelola dengan baik atau berakhir dan menumpuk
di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), akibatnya akan menghasilkan gas metana, salah satunya yaitu Gas Rumah Kaca (GRK), dampaknya bisa mendorong pemanasan global dan perubahan iklim, produksi plastik Indonesia merupakan salah satu produsen plastik terbesar di dunia.
Produksi plastik mencapai sekitar 6 juta ton per tahun pada tahun 2020.
Sistem pengelolaan sampah di Indonesia belum sepenuhnya efektif. Sebagian besar daerah masih mengalami kesulitan dalam pengelolaan dan daur ulang sampah plastik. Sebagian besar sampah plastik di Indonesia berakhir di sungai, lautan, dan lahan-lahan terbuka, menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius.
Polusi plastik memiliki dampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pencemaran air dan tanah, kerusakan ekosistem laut, dan bahaya bagi hewan laut yang tertelan sampah plastik merupakan beberapa dampak negatif dari polusi plastik. Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mengatasi masalah sampah plastik dengan mengeluarkan kebijakan dan program-program pengelolaan sampah. Program ini mencakup kampanye kesadaran, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan dorongan untuk meningkatkan daur ulang.
Meskipun upaya telah dilakukan, masalah sampah plastik di Indonesia masih menjadi tantangan besar yang memerlukan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam mengelola dan mengurangi polusi plastik.
Kampanye kebersihan dari sampah plastik memang sedang marak disuarakan mengingat angka Global Warming yang terus meningkat. Hasil dari polusi udara, darat, hingga laut menjadi musuh utama, salah satunya adalah sampah plastik, bahkan mengakibatkan banjir, kekeringan panjang, tanah longsor, kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia.
Dampak sampah plastik sangat merugikan bagi hewan- hewan yang ada laut dan ekosistem menjadi masalah berkepanjangan. Kebutuhan masyarakat atas produk yang mudah dan gampang di dapatkan di berbagai tempat menjadi salah satu masalah besar. Rata – rata produk baik kebutuhan masyarakat kebanyakan masih menggunakan kantong plastik. Baik beberapa barang dagang seperti di pasar swalayan, pusat perbelanjaan, dan toko-toko kecil lainnya. 80% sampah yang ada di laut adalah plastik, fakta menarik tentang sampah ialah keberadaan sampah plastik yang ada di laut.
Jumlah sampah di laut seluruh dunia hampir mencapai 9 juta ton setiap tahunnya dan 80% termasuk sampah berbahan plastik. Senyawa kimia ialah bagian dari bahan utama plastik membuatnya tahan lama dari berbagai kekuatan alam. Seorang penelitian menyatakan bahwa kantong plastik akan tetap berwujud sekurang-kurangnya 10-15 tahun.
Tentunya tidak akan dapat diperkirakan waktu dalam memerlukan sampah untuk dapat terurai. akibatnya banyak sampah plastik yang ada di laut itu merusak ekosistem laut contohnya air laut menjadi tercemar. 17 milyar sampah plastik dari supermarket, tempat perbelanjaan yang ada di seluruh dunia merupakan sumber utama terjadinya gunung sampah. Hal ini dikarenakan banyaknya makanan siap saji yang dibungkus dengan plastik dan styrofoam. Kemudian kantong plastik juga digunakan untuk membungkus barang yang dibeli. Hal ini yang menyebabkan supermarket penghasil sampah plastik terbesar di dunia.
Fakta menarik tentang sampah ini memberikan sebuah teguran bagi supermarket untuk mengurangi penggunaan bahan plastik. Hal ini membuat pemerintah memberikan peraturan bahwa setiap kantong plastik di supermarket dikenai biaya Rp. 200, perak peraturan ini lah tentunya bukan masalah nominal uang yang akan dikeluarkan, tetapi usaha pemerintah dalam mengelola pengurangan pemakaian kantong plastik.
Penumpukan sampah plastik yang sangat miris di liat atau di pandang, apalagi bagi dunia. Indonesia juga merupakan salah satu bagian negara yang memiliki peredaran sampah plastik yang banyak, apalagi di laut. Salah satunya sering di temukan kura –kura yang terjebak pada sampah plastik di bagian leher atau kakinya yang terlilit oleh sampah plastik dampaknya susah mencari makanan dan secara ga langsung membunuh perlahan hewan-hewan yang ada di laut.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Data dari Geotimes tahun 2016 yang dilansir dari lingkunganhidup.co menyebutkan bahwa sampah di Jakarta mencapai 6.500 ton per hari dan 13% dari sampah tersebut adalah sampah plastik. Di Bali, angkanya mencapai 10.725 ton per hari, sedangkan di Palembang, angkanya naik tajam dari 700 ton per hari menjadi 1.200 ton per hari.
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), sebanyak 100 gerai anggota Aprindo selama setahun menghasilkan 10,95 juta lembar sampah kantong plastik atau setara dengan 65,7 Ha kantong plastik. Jumlah ini bisa disetarakan dengan 60 kali luas lapangan sepakbola.
Banyak sampah plastik yang tersebar di berbagai tempat, termasuk laut, tanah, hingga dataran tinggi sekalipun. Sampah sendiri berpindah dari beberapa cara, untuk laut sendiri mengikuti arus sungai hingga akhirnya berjalan hingga ke laut lepas. Saat berada di laut, sampah akan mengikuti berbagai aliran laut dan akan tersebar secara lambat namun pasti. Persebaran di laut sendiri akan menjadi bahaya bagi biota laut hingga ekosistemnya.
Dampak sampah plastik di laut, Laut menjadi salah satu bagian yang terdampak akan penyebaran sampah plastik. Dengan penyebaran yang masif tentu membutuhkan penanganan sedini mungkin. Ada banyak biota laut yang rusak ekosistemnya akibat penyebaran sampah plastik. Beberapa kasus menemukan perut paus yang terisi oleh berton sampah yang dianggap sebagai makanan. Sang paus secara tidak sengaja terdampar ke laut seakan membawa kembali sampah yang berada di laut lepas.
Kasus ini menjadi fokus banyak lembaga swadaya masyarakat atau non-profit untuk memberikan jalan keluar, salah satunya pengurangan penggunaan plastik, plastik daur ulang, hingga penggunaan kantong plastik yang mudah terurai Tidak hanya biota laut, sektor wisata yang diisi oleh masyarakat sebagai sumber penghasilan juga terdampak cukup keras. Dengan banyaknya sampah plastik dan rusaknya ekosistem laut, maka daya tarik wisata akan berkurang drastis.
Sampah yang merusak laut juga akan membuat para turis menolak untuk meramaikan daerah tersebut. Alhasil, masyarakat sekitar yang bekerja di sektor wisata akan mengalami penurunan pendapatan pengaruhi Kesehatan SDA Laut, Biota laut yang rusak akibat dari sampah plastik juga akan berdampak pada sektor ekonomi terlebih Sumber Daya Alam (SDA) di laut seperti ikan.
Kandungan sampah plastik yang sulit terurai akan berubah sebagai polutan. Kandungan mikroplastik akan terdapat pada ikan yang hendak dikonsumsi atau dipasarkan, tentu bila tidak sesuai standar bisa saja hasil tangkapan ikan tidak mampu dikonsumsi atau bahkan diekspor ke beberapa negara.
Pengaruh Perubahan Iklim, Pemanasan global yang menjadi fokus lain selain sampah plastik juga ada kaitannya. Pasalnya, sampah plastik merupakan produk petroleum yang berkontribusi atas pemanasan global. Saat plastik dibuat dan dimusnahkan juga menghasilkan karbondioksida sehingga lapisan atmosfer menipis serta meningkatkan emisi karbon di dalam bumi.
Menjaga Sumber Air dan Pengurangan Sampah Plastik. Sumber air juga bisa terdampak dengan penyebaran samp ah plastik, bahkan di beberapa daerah perkotaan sudah tidak disarankan untuk mengonsumsi air tanah di area tersebut. Selain karena banyaknya sampah, kandungan mikroplastik akan merugikan kesehatan saat dikonsumsi. Negara Finlandia memiliki sistem daur ulang yang kuat.
Mereka memiliki fasilitas daur ulang modern yang memungkinkan mereka untuk mendaur ulang sebagian besar sampah plastik mereka. Inovasi dalam pengelolaan sampah, mereka mendorong inovasi dalam teknologi pengelolaan sampah, termasuk pengembangan teknologi untuk mendaur ulang plastik yang sulit didaur ulang.
Sistem deposit untuk botol plastik Finlandia memiliki sistem deposit untuk botol plastik, di mana konsumen mendapat uang kembali ketika mereka mengembalikan botol plastik mereka. Ini mendorong masyarakat untuk mengembalikan botol plastik ke tempat daur ulang, mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke lingkungan.
Kesadaran masyarakat mereka juga memiliki program pendidikan yang kuat dan kampanye kesadaran masyarakat untuk mengajak orang untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Daerah air pegunungan menjadi satu - satunya sumber air yang masih aman dikonsumsi mengingat minim polutan bak dari limbah industri maupun limbah rumah tangga. Namun perlu juga penjagaan ketat agar manfaatnya bisa dirasakan ke semua orang.
Selain membuang sampah plastik, bisa juga dengan pengurangan sampah plastik semisal produk daur ulang. Maka itu mulai dari sekarang kita harus mengurangi sampah plastik seperti membeli barang di supermarket dengan membawa kantong belanja sendiri dari rumah, membawa tumbler apabila ingin membeli minuman di luar, tidak menggunakan sedotan plastik lebih baik menggunakan sedotan stainless karna dengan harganya yang murah juga sangat membantu mengurangi sampah.
Mulai dari hal – hal kecil seperti ini apabila semua orang melakukannya maka sampah plastik akan menurun kalo bukan kita siapa lagi.***