HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Dampak Adanya Pembangunan TOL Kediri - Tulungagung

Rayhan Jordhy Styawan Mahasiswa Semester 1 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com - Permasalahan pembangunan perkotaa...

Rayhan Jordhy Styawan Mahasiswa Semester 1 Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang


Lentera24.com - Permasalahan pembangunan perkotaan saat ini sangat kompleks untuk dihadapi dan seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap berbagai aspek khususnya lingkungan hidup. Pembangunan perkotaan memerlukan kawasan untuk ruang hidup dan aktivitas. Salah satu permasalahan pembangunan perkotaan adalah kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas terjadi ketika situasi lalu lintas di jalan raya menjadi tidak stabil, munculnya hambatan menyebabkan penurunan kecepatan berkendara yang relatif cepat, dan relatif membatasi kebebasan bergerak. Masalah kemacetan ini sering terjadi pada daerah dengan intensitas aktivitas tinggi dan penggunaan lahan tinggi. 

Pemanfaatan lahan dapat berupa perumahan, industri, pertanian, perkebunan, tempat wisata, dan lain-lain. Penggunaan dan perolehan lahan lokal berkaitan erat dengan aktivitas masyarakat dan pertumbuhan penduduk. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan semakin intensifnya aktivitas masyarakat, kebutuhan akan pengadaan tanah juga meningkat secara signifikan. Perolehan tanah juga terjadi melalui perpindahan dari tempat asal ke tempat tujuan. Ketika mobilitas meningkat, diperlukan lebih banyak lalu lintas dan infrastruktur untuk mengakomodasi hal tersebut.

Pembangunan Tol Kediri - Tulungagung bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah yang dilalui jalan tersebut sehingga mendorong pertumbuhan sektor ekonomi, pariwisata, dan industri. Proyek pembangunan jalan tol ini merupakan bagian dari Program Percepatan Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Timur dan mendukung proyek strategis nasional Bandara Doho Kediri. Seiring berjalannya waktu, perekonomian Jawa Timur akan semakin membaik seiring dengan tumbuhnya perekonomian dunia. 

Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh pertumbuhan industri khususnya di kota Kediri dan Tulungagung. Meskipun Bina Marga secara berkala meningkatkan kelas dan kapasitas jalan yang ada, hal ini mengakibatkan peningkatan lalu lintas kendaraan pada jaringan jalan dan kemacetan yang melebihi kapasitas jalan yang tersedia.

Badan Pengelola Jalan meminta agar permasalahan ini dicermati dan melalui kajian yang dilakukan diketahui perlu adanya pembangunan jalan tol di sekitar Kota Kediri, termasuk Jalan Tol Kediri - Tulungagung. Jalan Tol Kediri - Tulungagung merupakan bagian dari jalan tol non Transjawa yang masuk dalam proyek strategis nasional. 

Jalan Tol Kediri - Tulungagung dibangun untuk mendorong kegiatan dan perekonomian di wilayah selatan Jawa Timur serta menciptakan potensi peningkatan perekonomian dengan mendukung konektivitas ke Bandara Kediri.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan jalan tol ini antara lain terganggunya kestabilan lingkungan, timbulnya pencemaran udara, pencemaran suara dari alat-alat berat, karena pengerjaan proyek tersebut siang malam tanpa henti sehingga berdampak pada perekonomian. Komunitas lokal dan kehidupan sosial di sekitar lokasi pembangunan jalan tol yang dilakukan pembukaan lahan.

Pembangunan jalan tol dan perubahan kondisi sosial ekonomi di sekitar lokasi pembangunan jalan tol yang dilakukan pembukaan lahan. Kondisi sosial tersebut meliputi perubahan kebiasaan masyarakat dan cara berinteraksi dengan orang lain, sedangkan perubahan kondisi perekonomian meliputi perubahan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pembangunan jalan tol yang lahannya telah dibuka. Sejumlah permasalahan sosial yang terkait dengan pembangunan jalan tol Kediri-Tulungagung telah menyebabkan perubahan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat sekitar pembangunan jalan tol tersebut.

Dalam proses pembebasan lahan tersebut, Pemerintah Kediri akan terlebih dahulu membayarkan ganti rugi (UGR) kepada beberapa pemilik lahan yang terkena dampak. 

Namun tidak diperbolehkan di wilayah lain seperti Kota Kediri dan Kota Tulungagung. Diketahui bahwa sebagian proses pembayaran UGR sedang dilaksanakan di Kecamatan Banyakan dan pengumpulan data untuk verifikasi dan validasi kini diwajibkan di kabupaten lain.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembangunan jalan tol Kediri-Tulungagung memberikan dampak terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat. Hal ini jelas berdampak besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat. Aktivitas perpindahan penduduk yang terkait dengan pembebasan lahan mempengaruhi aktivitas bisnis normal dan hubungan sosial masyarakat lokal. Untuk mendukung kelancaran proses pembangunan, penyelenggara proyek pembangunan jalan tol sepakat memberikan kompensasi kepada warga sekitar.

Dampak Sosial dan Ekonomi Akibat Penggusuran

Dampak Sosial
Dampak penggusuran jelas tidak mudah dirasakan warga terdampak Pada tahun 2015, total terjadi 113 penggusuran yang melibatkan 8.145 kepala keluarga. Pasalnya, jumlah penggusuran untuk satu keluarga beranggotakan empat orang sebanyak 32.580 orang. Alasan penggusuran karena warga yang tinggal di kawasan itu telah kehilangan tempat tinggalnya. Rumah mereka dibongkar dan lahannya digunakan kembali atau dikembalikan ke fungsi semula.

Namun bukan hanya itu saja, dampak terbesarnya adalah hilangnya mata pencaharian. Sebagian besar korban bekerja di sektor informal. Namun karena negara menyediakan perumahan untuk pindah ke tempat tinggal baru, maka korban penggusuran harus beradaptasi dengan tempat tinggal baru dan lingkungan baru. Perubahan, pergeseran norma sosial, terjadi karena salah satu korban penggusuran yang pindah ke rumah susun mempunyai norma sosial yang berbeda. Kemudian terjadilah akulturasi budaya. Proses akulturasi budaya tentu memerlukan waktu yang lama.

Selain itu, tentunya sebagian penghuni apartemen relokasi sektor pendidikan juga memiliki anak yang masih bersekolah. Artinya, warga tersebut diberikan pilihan untuk melakukan perjalanan jauh dan tetap tinggal di sekolah lamanya, atau pindah ke sekolah baru dan lingkungan baru. Sebagian besar korban ini memilih untuk terus bersekolah di lokasi sebelumnya hingga lulus. Namun, warga yang melakukan relokasi seringkali merasa tidak puas dengan pilihan ini karena mahalnya biaya transportasi. Berbeda dengan keluarga yang mengantar anaknya ke sekolah, membelikan mobil, atau menyewakan kos untuk anaknya sehingga tidak perlu lagi antar jemput anaknya setiap hari.

Dampak Ekonomi
Perubahan pendapatan yang dirasakan warga terdampak bencana yang direlokasi juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap pendapatannya, misalnya saja penjualan dengan pendapatan 150.000 rupiah per hari turun menjadi 50.000 rupiah.

Solusi dan cara warga memanfaatkan uang tersebut secara hemat untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Kemampuan menghemat uang untuk barang sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan anda. Jadi, jika dulu hanya dikonsumsi sehari sekali saat membeli sembako, kini dikonsumsi dua hingga tiga hari sekali.

Sebaliknya keluarga yang ingin membeli kebutuhan seperti kebutuhan sekunder, memilih untuk tidak berbelanja dan mengurangi kebutuhan tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan lain yang lebih penting.***