HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Nilai Pancasila Dalam Tradisi Wiwitan, Upacara Panen Padi Di Bantul

Umi Latifah Mahasiswa Semester 2 Fakultas Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta Lentera24.com - Pancasila merupakan sistem filos...

Umi Latifah Mahasiswa Semester 2 Fakultas Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta


Lentera24.com - Pancasila merupakan sistem filosofi negara Indonesia yang berdasarkan pada lima sila sebagai perwujudan dari aktualisasi diri masyarakat dan bangsa. Pancasila sendiri merupakan nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa di Nusantara dan memiliki nilai dasar kehidupan manusia yang diakui secara universal dan berlaku sepanjang zaman. Semakin majunya kehidupan manusia mengakibatkan bergesernya perspektif budaya yang sedikit-demi-sedikit nilai-nilai lima sila menjadi pudar dan berdampak pada sistem kehidupan yang tidak lagi mempertimbangkan keTuhanan, musyawarah, keadilan dan persatuan Republik Indonesia.

Tradisi wiwitan merupakan upacara panen padi yang dilakukan oleh petani menjelang panen padi. Masih dijumpai petani yang melestarikan kebudayaan ini yaitu di daerah Bantul tepatnya di desa Nogosari, Kelurahan Gilangharjo, Kecamatan Pandak. Lingkungan geografis inilah yang menjadi salah satu faktor utama terbentuknya aneka macam suku bangsa, budaya, bahasa dan adat istiadat. Kebudayaan Jawa terkenal akan berbagai falsafah dan nilai-nilai luhur dibalik setiap tradisi yang dijalankan oleh masyarakatnya.

Ditinjau dari nilai kebudayaan, tradisi wiwitan ini dapat dilihat dari berbagai aspek nilai Pancasila. Pada Sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai yang terkandung dalam tradisi ini merupakan salah satu ungkapan rasa syukur para petani kepada Tuhan atas nikmat berupa keberhasilan menanam padi hingga proses panen. Tradisi wiwitan ini dimaksudkan sebagai kegiatan Mujahadah atau doa bersama untuk kelancaran dan keberkahan petani, dengan harapan mendapat hasil panen bagus dan harga yang tinggi. Karena tentunya selama masa itu pasti dijumpai berbagai masalah yang petani hadapi dari segi cuaca, lingkungan, hama dan lain sebagainya. Masyarakat meyakini bahwa tiada zat yang lebih kuasa dari Tuhan Yang Maha Esa. Proses wiwitan ini dilaksanakan di sawah dan dipimpin oleh mbah kaum atau orang yang tertua di kampung tersebut. Mbah kaum memulai prosesi dengan berdoa, lalu dilanjutkan memotong sebagian padi sebagai tanda padi sudah siap dipanen.

Pada Sila Kedua yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Tradisi ini membuat petani di Nogosari tidak lupa untuk sedekah atas limpahan panen yang dihasilkan. Sedekah ini sebagai wujud rasa kemanusiaan dan solidaritas sosial yang selaras dengan sila kedua. Tidak hanya itu, melalui tradisi ini juga tali siraturahmi menjadi terjaga. Petani ini pun mengajak dan mengizinkan masyarakat untuk ikut menikmati nasi dan lauk yang sudah dipersiapkan. Makanan yang dihidangkan pun tentunya makanan tradisional yang pada umumnya berisi nasi gurih, ingkung ayam kampung, sayur nangka, kerupuk, tahu tempe bacem, teri, peyek serta jajan kecil, telur, dan biasanya dibungkus dengan daun pisang yang biasanya disebut takir.

Pada Sila Ketiga yakni Persatuan Indonesia, dapat dilihat dari semangat gotong royong yang tercermin dari persiapan hingga terlaksananya tradisi wiwitan yang khidmat dan lancar. Dalam mempersipakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh petani dalam tradisi wiwitan ini, tentunya petani mebutuhkan bantuan dari tetangga sekitar untuk membantu memasak dan lain sebagainya. Tradisi gotong royong di desa-desa memang masih sangat kental. Semangat gotong royong inilah yang patut kita sebagai generasi muda contoh.

Pada Sila Ke-empat yakni Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, ini memiliki makna bahwa negara Indonesia harus mengutamakan musyawarah untuk mengambil keputusan. Ketika petani tradisional mendapatkan permasalahan atau berbeda pendapat mengenai sistem tanam, mereka akan menyelesaikannya dengan musyawarah sehingga menciptakan rasa kekeluargaan yang tinggi. Contoh hal tersebut adalah ketika menentukan hari bertanam.

Pada Sila Ke-lima yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sikap petani yang mengajak dan mengizinkan masyarakat sekitar tanpa memandang ras, suku, dan agama menjadikan tradisi wiwitan ini sebagai salah satu wadah bersatunya masyarakat. Seluruh masyarakat sekitar yang hadir dapat ikut menikmati dan ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan para petani ini.

Tugas besar pemuda adalah mewariskan nilai-nilai ideal dalam hal ini tradisi wiwitan pada upacara panen padi. Nilai-nilai ideal tersebut beberapa diantaranya adalah gotong royong, identitas jati diri, budaya, musyawarah, nasionalisme, persatuan dan kesatuan, kerjasama, dan sebagainya. Nilai-nilai yang diidealkan inilah kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Kesimpulannya, tradisi wiwitan menjelang panen padi ini merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan petani hingga menjelang panen yang dikemas dalam kearifan budaya lokal. Dari kebudayaan ini banyak hal yang dapat dipetik bahwa masyarakat diharapkan dapat rutin menyelenggarakan tradisi yang dimiliki, ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan budaya lokal, memperkenalkan dan mengajarkan kepada generasi berikutnya. Pemerintah setempat juga diharapkan dapat menyelenggarakan tradisi atau budaya lokal yang dimiliki, mengadakan pesta budaya dalam kurun waktu tertentu, dan memberikan penghargaan kepada masyarakat yang melestarikan kebudayaan yang dimiliki, serta mempublikasikasikan kebudayaan yang dimiliki melalui media cetak maupun media elektronik. 

Sebagai sarana pendidikan untuk generasi selanjutnya, pelaksanaan tradisi wiwitan ini dapat melatih generasi penerus agar terus mejaga dan melestarikan tradisi yang ada di daerahnya. Dengan upacara adat wiwitan ini, generasi muda dapat ikut menikmati dan mempelajari filosofi yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks ini, seorang pemuda memiliki peran dan fungsi yang sangat signifikan sebagai mediator untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila. Melalui tradisi wiwitan yang telah mendasar oleh masyarakat jawa ini diharapkan pemuda juga dapat menguri-uri atau menjadikan budaya wiwitan ini menjadi budaya yang melekat. ***