HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Isu Ancaman Keuangan Negara Dalam Menghadapi Resesi Global 2023

Hertya Dwi Handayani Mahasiswi Semester 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis   Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com - P...

Hertya Dwi Handayani Mahasiswi Semester 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang


Lentera24.com - Peringatan dini akan munculnya resesi global menjadi perhatian bagi seluruh negara di dunia. Isu ini diperkuat ketika banyak institusi finansial dunia seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) ikut mendengungkan isu ini. Isu ini bermula ketika banyak negara di dunia menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan tingkat inflasi. Bank Amerika Serikat (THE FED) terus melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir dan diprediksi akan mencapai 3-4% yang merupakan suku bunga tertinggi di Amerika dalam 15 tahun terakhir.

Bank Sentral Inggris juga ikut menaikkan suku bunga sebesar 2,25% yang menjadi suku bunga tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Terakhir Uni Eropa menetapkan suku bunga tertingginya dalam 11 tahun terakhir yaitu 1,25%. Meskipun banyak ekonom yang mengatakan Indonesia jauh dari kata resesi, bukan berarti resesi global tidak akan memberi dampak kepada Indonesia. Penguatan ekonomi akan menjadi penting dalam meminimalisir ancaman ini.

Beberapa pemicu kemungkinan resesi global tahun 2023 adalah: 
Pertama, pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 memang sudah mulai mereda, dan banyak negara yang sudah membebaskan warganya untuk beraktivitas seperti biasa. Namun, pada periode antara wabah Covid-19 di awal tahun 2020 hingga awal 2022, aktivitas ekonomi global turun tajam. Masing-masing negara lebih fokus merespons Covid-19 dan memberlakukan pembatasan aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global juga mengalami kontraksi. Pada saat yang sama, banyak negara yang melindungi pangan dari wabah Covid-19 yang berkepanjangan yang telah menaikkan harga pangan karena pasokan yang tidak mencukupi. Indonesia juga mengalami resesi di penghujung tahun 2020 akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu tahun 2023 mendatang diprediksi masih banyak negara yang belum sembuh total dari dampak Covid-19.

Kedua, perang Rusia-Ukraina. Ekonomi global belum pulih karena pandemi Covid-19, dan perang Rusia-Ukraina pecah. Perang Rusia-Ukraina yang dimulai Februari 2022 lalu telah merugikan PDB dunia sebesar $2,8 triliun. Perang Rusia-Ukraina mengganggu rantai pasokan global, memicu krisis, terutama di sektor pangan dan energi, yang pada gilirannya mempercepat inflasi. Perang Rusia-Ukraina adalah faktor utama dibalik perkiraan resesi global pada 2023. 

Ketiga, tingkat inflasi yang tinggi. Dalam Pembaruan Outlook Ekonomi Dunia Juli 2022, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi estimasi inflasi global karena harga pangan dan energi serta ketidakseimbangan pasokan-permintaan. Inflasi diperkirakan mencapai 6,6% tahun ini di negara maju dan 9,5% di negara berkembang. Angka estimasi inflasi terbaru tersebut naik masing-masing sebesar 0,9 dan 0,8 poin (dalam persen) dibandingkan dengan estimasi sebelumnya pada bulan April 2022 (Bisnis Indonesia, 28 September 2022). 

Tekanan inflasi global beriringan dengan tingginya harga beberapa komoditas pangan dan energi (minyak mentah, gas alam, dan batu bara) akibat gangguan rantai pasokan akibat perang Rusia-Ukraina. Merespon akan hal ini, negara-negara dunia sudah menarik stimulus fisal dan moneternya dengan tujuan mitigasi dampak inflasi. 

Keempat, kenaikkan suku bunga. Selama tahun 2022, Bank of England menaikkan suku bunga acuan sebesar 200 basis poin. Pada saat yang sama, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 300 basis poin. Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% (Kompas, 28 September 2022). Kenaikan suku bunga acuan secara simultan oleh bank sentral di seluruh dunia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan dapat menyebabkan resesi global. Potensi ancaman dari resesi tahun 2023 mendatang haruslah disikapi dengan bijak. 

Langkah antisipatif haruslah diambil agar kinerja perekonomian tetap terjaga. Walaupun perekonomian bangsa Indonesia sedang tumbuh positif, kita tidak boleh lengah akan resesi. Apabila realisasi resesi global benar muncul maka ekonomi bangsa ini juga akan terjerumus ke dalam jurang yang dalam. Dalam tulisan ini, akan ditawarkan serta dibahas langkah-langkah kebijakan solutif untuk menangkal dampak ekstrim dari resesi global 2023.

Terdapat solusi untuk menghadapi ancaman resesi global yaitu penerapan Green Economy. Green Economy menerapkan kebijakan, digitalisasi UMKM, Ketahanan Pangan, Penguatan Arsitektur Kesehatan Global dan juga Transisi Energi Berkelanjutan. 

Digitalisasi UMKM dan pemberian insentif pajak telah berlangsung. Sedangkan Penguatan Arsitektur Kesehatan Global dan Transisi Energi Berkelanjutan mulai terdapat perencanaan untuk penggarapan. Digitalisasi UMKM diterapkan dengan adanya Fintech berlandaskan Payment Gateway dan Digital Marketing. Ketahanan pangan dapat melalui kebijakan fiskal untuk pemberian insentif perpajakan bea masuk pupuk dan pajak hasil pertanian. 

Peningkatan arsitektur kesehatan global diwujudkan dengan melalui program fokus terhadap distribusi kebutuhan kesehatan publik, pembiayaan kesiagapan pandemi, dan tata kelola kesehatan global. Transisi energi berkelanjutan fokus pada akses, teknologi, pendanaan, penerapan pajak karbon, dan perencanaan penerapan karbon.***