HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kematian Orca Di Penangkaran

Efratania Margaretha Mahasiswi Semester 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Lentera24.com - Pada Kamis, 9 Maret 2023, Orca be...

Efratania Margaretha Mahasiswi Semester 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Lentera24.com - Pada Kamis, 9 Maret 2023, Orca berumur 47 tahun di taman hiburan MarineLand, Kanada bernama Kiska mati. Kiska dijuluki sebagai “Paus paling kesepian di dunia” lantaran merupakan paus terakhir di taman hiburan tersebut. Pasalnya kelima anak Kiska mati di usia muda dan sejak 2011 Kiska sendirian di penangkaran. Juru bicara otoritas lokal menyampaikan bahwa telah dilakukan nekropsi pada Kiska namun tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai penyebab kematiannya. Sementara itu, aktivis hewan -Whale Sanctuary Project- mengatakan bahwa infeksi bakteri adalah penyebab dari kematian Kiska. Kiska ditangkap di perairan Islandia pada tahun 1979 saat masih sangat muda bersama Orca lain bernama Keiko. Kisah Keiko juga tidak bisa dibilang lebih beruntung dari Kiska. Keiko -yang berarti "Yang Beruntung" dalam bahasa Jepang– mulai membintangi tiga film "Free Willy" pada tahun 1993. Film tersebut menceritakan tentang manusia yang simpatik membantu membebaskan paus pembunuh yang telah lama ditawan. Hingga pada Juli 2002, Keiko dilepaskan kembali ke perairan Islandia. Namun sayang, tidak lama, Keiko mati di umur 27 tahun setelah tiba-tiba terserang pneumonia.

Orca (Orcinus orca, juga dikenal sebagai paus pembunuh) merupakan bagian dari perdagangan komersial cetacea di seluruh dunia dan merupakan spesies cetacea ketiga yang paling sering terkurung setelah lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) dan paus beluga (Delphinapterus leucas). Cetacea merupakan mamalia laut (marine mammals) yang tidak memiliki tungkai belakang (hind limbs) serta mengandalkan pergerakan ekor secara vertikal untuk bergerak. Semua jenis paus dan lumba-lumba, termasuk pesut, porpois (porpoise), dan paus berparuh (beaked whales), yang tinggal di perairan laut, payau, atau tawar termasuk dalam satwa cetacea. Banyak orang mengira bahwa Orca adalah paus. Namun pada kenyataannya Orca masuk dalam famili Delphinidae yang artinya Orca masuk dalam kelompok lumba-lumba dan merupakan anggota terbesar dari famili Delphinidae. Di alam liar, Orca memangsa anjing laut, ikan, dan burung laut. Orca dapat hidup di laut dengan adaptasi pada berbagai kondisi dan bermigrasi menyesuaikan suhu. Hingga sekarang, secara global, tercatat 55 orca terkurung dalam kolam penangkaran. (https://inherentlywild.co.uk/captive-orcas, terakhir diakses 22 Maret 2023). 

Terlepas dari kemajuan dalam bidang kedokteran dan keperawatan hewan, penangkaran tidak akan lebih baik daripada habitat asli di laut bebas. Orca penangkaran akan terpisah dari kawanan aslinya dan lingkungan tempat hidup akan memengaruhi perilaku, kemampuan sosial, psikis, hingga kesehatan fisik Orca. Terbukti dengan laporan perilaku abnormal, gejala stress, penyakit tidak biasa, kematian tidak wajar, hingga kematian sebelum waktunya. Orca memiliki ukuran otak yang relatif besar sehingga otak Orca (dan Cetacea lainnya) dapat menunjukkan karakteristik yang lebih spesifik terkait dengan kecerdasan, kesadaran, dan emosi yang dapat memengaruhi kemampuan mereka menyesuaikan diri untuk hidup. Dengan kecerdasannya, Orca menjadi salah satu spesies yang sangat sosial. Dan sebagai spesies yang sangat sosial, Orca sangat bergantung pada kawanannya. Orca bahkan mampu mengekspresikan emosi, dibuktikan oleh laporan panggilan kontak jarak jauh ketika terpisah dari kawanan, perilaku berduka, dan perilaku membantu (epimeletic). Kawanan menjadi penopang kehidupan Orca di laut lepas. Pada kasus Orca penangkaran, Orca ditangkap saat masih muda dan dipisahkan dari kawanannya kemudian dipaksa hidup dalam kawanan buatan. Padahal, Orca merupakan spesies yang perlu waktu lama untuk benar-benar bisa hidup sendiri tanpa indukan. Hal tersebut dapat memicu stress. Pada Kiska, dilaporkan adanya perilaku tidak normal pasca kehilangan kelima anaknya. Perilaku menyakiti diri sendiri dengan menabrakkan diri pada dinding kolam, dan hal ini juga bukanlah laporan pertama pada penangkaran di seluruh dunia. 

Kawanan buatan pada penangkaran juga berpengaruh pada perilaku Orca. Lingkungan buatan menyebabkan agresifitas Orca meningkat dan pertarungan yang tak bisa dihindari sering terjadi. Laporan penyerangan manusia oleh Orca penangkaran -padahal tidak ada riwayat penyerangan manusia oleh Orca bebas- menjadi bukti peningkatan agresifitas Orca di penangkaran. Terlebih pada kolam yang terlampau sempit, Orca tidak bisa menghindari pertikaian. Kurungan yang terlampau sempit juga berpengaruh pada psikis Orca yang notabenenya tergolong hewan cerdas dan suka menjelajah. Karakteristik kolam penangkaran yang tidak memiliki kesan alami, mononton, dan sempit dapat membuat Orca bosan yang dapat mengakibatkan stress. 

Kondisi kolam penangkaran juga akan berpengaruh pada kondisi fisik dimana Orca akan lebih mudah terserang penyakit. Meskipun tidak pada populasi Orca yang hidup bebas, penyakit yang ditularkan nyamuk dilaporkan telah membunuh setidaknya dua Orca. Hal ini dikarenakan kolam yang tergolong sempit bagi Orca membuat Orca sering berada di permukaan sehingga memungkinkan adanya gigitan nyamuk. Selain itu, penyakit akibat air kolam dengan segala obat atau antibiotik yang digunakan juga akan memengaruhi kesehatan Orca. Dilaporkan juga, kerusakan gigi pada Orca penangkaran karena bor perawatan dan karena perilaku abnormal menggigiti benda-benda keras kolam yang merupakan gejala stress.

Dengan keadaan memprihatinkan tersebut, bukan hal baru jika Orca memiliki harapan hidup rendah. Hingga saat ini, tercatat sudah 175 Orca mati dalam penangkaran (https://inherentlywild.co.uk/deceased-orcas, terakhir di akses 22 Maret 2023). Hal ini menjadi masalah baru mengingat populasi Orca terancam punah dan proses reproduksi Orca lama serta bayi yang dilahirkan tidak banyak. Salah satu upaya yang bisa dilakukan sebagai solusi adalah dengan melepas-liarkan. Namun pelepasan juga merupakan opsi yang harus didukung oleh komitmen, teknologi yang lebih modern, serta tenaga dokter hewan yang mumpuni, terlebih pada Orca yang lahir di penangkaran. Dukungan dari masyarakat global dalam penyelesaian permasalahan ini juga sangat diperlukan. Edukasi kepada masyarakat mengenai efek buruk penangkaran Orca sebagai kepentingan komersial atau hiburan juga seharusnya lebih disemarakkan. Perlu adanya sinergi untuk menyelamatkan Orca dari penderitaan dalam penangkaran. ***