HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Tingginya Angka KDRT di Indonesia, Apa Kabar Psikologis Anak?

Rini Surya Ningsih Sihotang Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung Lentera24.com - Bicara tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangg...

Rini Surya Ningsih Sihotang Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung
Lentera24.com - Bicara tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), tentunya yang pertama kita harus tau apa itu KDRT. Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 

Menurut data dari KemenPPPA, hingga Oktober 2022 sudah ada 18.261 kasus KDRT di seluruh Indonesia, sebanyak 79,5% atau 16.745 korban adalah perempuan. Selain data tersebut, yang bisa kita soroti dari data dari KemenPPPA itu adalah KDRT juga menimpa laki-laki sebanyak 2.948 menjadi korban.

Istilah KDRT sebagaimana ditentukan pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) tersebut seringkali disebut dengan kekerasan domestik. Kekerasan domestik sebetulnya tidak hanya menjangkau para pihak dalam hubungan perkawinan antara suami dengan istri saja, namun termasuk juga kekerasan yang terjadi pada pihak lain yang berada dalam lingkup rumah tangga. 

Dimana Pihak lain itu adalah:
1) anak, termasuk anak angkat dan anak tiri; 
2) orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan suami, istri dan anak karena hubungan darah, perkawinan (misalnya: mertua, menantu, ipar dan besan), persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga serta 
3) orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. 

Siapapun sebetulnya berpotensi untuk menjadi pelaku maupun korban dari kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku maupun korban kekerasan dalam rumah tangga pun tidak mengenal status sosial, status ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, suku maupun agama.

Lalu apakah KDRT berdampak bagi psikologis Anak??

Tentunya KDRT sangatlah berdampak bagi psikologis Anak, dalam kasus KDRT sendiri sebenarnya Anaklah yg paling dirugikan. Bukan hanya menyaksikan peristiwa KDRT tersebut bisa memberi ketakutan pada anak, korban KDRT yang sering kali merupakan orang yang menjadi pengasuh anak juga menjadi tidak responsif, dan tidak bisa memberikan perhatian yang dibutuhkan anak. Itulah mengapa KDRT bisa memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan mental anak. 

Berikut adalah dampak KDRT bagi psikologis anak:
1. Menyebabkan kecemasan
Anak-anak korban KDRT akan selalu merasa gelisah melihat kekerasan yang sering dilakukan salah satu orangtua mereka terhadap yang lain. Mereka juga bisa hidup dengan perasaan cemas setiap hari, karena tidak tahu kapan serangan fisik atau verbal berikutnya terjadi di rumah mereka. Hal ini bisa menyebabkan anak mengalami gangguan kecemasan. Bagi anak-anak dibawah umur yang menyaksikan KDRT, mereka tidak jarang mengalami kemunduran mental dan dapat mengakibatkan anak memiliki sifat antisosial dan mungkin bergumul dengan rasa bersalah. 

2. Gangguan stres pasca trauma
Dampak KDRT lainnya yang juga cukup mengkhawatirkan adalah adanya risiko gangguan stres pasca trauma pada anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan kekerasan tersebut. Meski terhindar dari kekerasan fisik, trauma yang ditimbulkan dari KDRT cukup menyebabkan perubahan berbahaya pada perkembangan otak anak. Perubahan-perubahan ini bisa menyebabkan mimpi buruk, perubahan pola tidur, kemarahan, sifat lekas marah, sulit berkonsentrasi, dan anak-anak kadang-kadang berpotensi melakukan kembali aspek-aspek pelecehan traumatis yang mereka amati pada orang lain.

3. Depresi
Seorang anak yang memiliki kecemasan akibat tumbuh besar dalam lingkungan yang tidak sehat dan penuh kekerasan, bisa bertumbuh menjadi orang dewasa yang mengidap depresi. Trauma menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga secara rutin membuat anak berisiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, gangguan konsentrasi, dan gejala depresi lainnya hingga dewasa.

Mengingat ada banyak dampak buruk KDRT bagi psikologis anak, penting bagi orangtua untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Perbedaan pendapat dan argumen memang tidak bisa dihindari dalam rumah tangga, tapi cobalah untuk bertengkar secara sehat dan tidak di depan anak. Bila perlu, orang tua bisa mencari bantuan profesional untuk membantu menyelesaikan masalah rumah tangga. Dengan begitu, orang tua bisa menciptakan lingkungan yang sehat dan aman di dalam rumah untuk tumbuh kembang anak yang sehat dan bahagia. ***