Grace Alda Marthasari Siahaan, Mahasiswa Semester 2 Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik, Universitas Negeri ...
Grace Alda Marthasari Siahaan, Mahasiswa Semester 2 Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Yogyakarta
Lentera24.com - Penanaman nilai karakter sangat diperlukan bagi semua orang, tidak hanya untuk anak usia dini dan remaja tetapi juga untuk orang dewasa. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang karakter yang dimiliki oleh seorang anak, salah satunya tentu berasal dari unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Peranan keluarga terutama orang tua menjadi dasar penting bagaimana karakter anak kedepannya akan berkembang di lingkup sosial yang lebih luas dalam kehidupan masyarakat.
Faktor peranan orang tua dalam perkembangan karakter anak tidak semata-mata hanya dalam konteks yang dapat dilihat secara eksplisit saja, namun juga faktor abstrak lainnya seperti latar belakang dan status sosial yang dimiliki oleh orang tua. Biasanya status sosial orang tua dilihat dari segi sosial ekonominya.
Peranan status sosial orang tua tersebut menimbulkan stratifikasi sosial pada anak yang akhirnya akan mempengaruhi ke segala aspek kehidupan anak termasuk perkembangan karakternya. Akibat peranan status sosial orang tua, kemudian menempatkan seorang atau sekelompok anak pada kedudukan tertentu di masyarakat yang tergambar dari tingkat penghormatan yang diterimanya.
Meskipun tidak terjadi dalam semua kasus, namun pada dasarnya anak dengan kondisi peranan sosial ekonomi orang tua yang tidak kuat atau rendah kerap kali lebih banyak merasakan kesulitan di masyarakat. Hal tersebut kemudian membentuk karakter anak seperti rasa rendah diri dan hilangnya percaya diri, merasa gagal mencapai keinginan, perasaan tidak mampu dan cenderung menarik diri secara sosial.
Sedangkan sebaliknya, peranan orang tua dengan latar belakang dan status sosial ekonomi yang tinggi secara tidak langsung akan membentuk karakter anak yang meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain. Hal ini dikarenakan mereka merasa bahwa tingginya status sosial orang tua akan memudahkan mereka melakukan sesuatu, sehingga cenderung menimbulkan karakter pada anak yang menganggap enteng dan semena-mena di lingkungan masyarakat.
Hal-hal tersebut sekali lagi memang tidak terjadi di dalam semua kasus, namun secara logika dan alamiah kecenderungan rata-rata yang terjadi dan dirasakan di masyarakat ialah seperti halnya yang disebutkan diatas. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa contoh kasus pelanggaran yang pernah terjadi di masyarakat yang melibatkan anak pejabat yang orang tuanya sudah pasti memiliki status sosial yang tinggi.
Contoh kasusnya seperti pada tahun 2013 seorang anak Jenderal Polisi yang sengaja menabrak puluhan siswa lantaran tidak terima ditegur seorang satpam sekolah. Selanjutnya, kasus pada awal Januari 2023 dimana seorang anak anggota DPRD Wajo melalukan aksi pukul tukang parkir lantaran tidak terima disuruh memindahkan letak parkir mobilnya karena dapat mengganggu akses pelanggan lainnya.
Selain dua contoh kasus diatas, terdapat lagi contoh kasus anak pejabat pada akhir Februari 2023 yang masih menjadi topik pembicaraan yaitu kasus penganiayaan yang dilakukan oleh anak pejabat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Akibat mencuatnya kasus tersebut di berbagai media, terkuak fakta-fakta terkait karakter yang dimiliki anak pejabat tersebut, seperti kerap kali menggunakan nama orang tuanya ketika hendak melakukan atau membereskan sesuatu masalah.
Kasus-kasus ini merupakan salah satu bentuk contoh yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh peranan status sosial orang tua terhadap karakter anak di lingkungan masyarakat. Namun terlepas dari status sosial yang dimiliki orang tua maupan anak, penanaman nilai karakter yang baik diharapkan dapat selalu ditekankan untuk diterapkan kedalam diri setiap orang terutama dalam menjalankan kehidupan di lingkungan masyarakat. ***