HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Penerapan Strict Parents Terhadap Pola Pikir Anak, Akankah Berdampak Pada Masa Depan Mereka?

Irawan Faizin (Foto : Ist) Terdengar familiar, istilah strict parents kerap kita jumpai terutama di kalangan anak muda sekarang. Adapun pare...

Irawan Faizin (Foto : Ist)

Terdengar familiar, istilah strict parents kerap kita jumpai terutama di kalangan anak muda sekarang. Adapun parents berarti orang tua, sedangkan strict memiliki beberapa makna. Dikutip dari Cambridge Dictionary, strict artinya keras dengan adanya batasan terhadap kebebasan seseorang dalam bersikap bahkan cenderung memberikan hukuman apabila seseorang tidak patuh.Yang pada dasarnya, strict bermakna sangat kaku atau ketat. Dengan demikian, strict parents atau yang akrab dikenal sebagai pola asuh secara otoriter ini merupakan tindakan yang dilakukan orang tua dalam mendidik secara ketat, kaku, atau secara keras membatasi anak dalam berinteraksi secara terbuka, dalam bersikap dan menghukum apabila tidak patuh terhadap aturan yang diberikan sehingga tanpa adanya kebebasan hak sebagai seorang anak. 

Dalam hal ini, orang tua juga biasanya menuntut, tanpa memberi responsif pada anak yang dimana mereka lebih cenderung mengomel atau meneriaki anak-anak mereka daripada memberi dukungan dan pujian. Terkadang orang tua menganggap ini suatu bentuk dari ketegasan orang tua terhadap anaknya dengan berbagai alasan, ada yang baik maupun ada yang hanya untuk mementingkan diri sendiri. Terkadang beberapa orang tua yang ketat memiliki harapan yang tinggi. Dengan menerapkan pola asuh ini, mereka berharap untuk mengajarkan anak menjadi orang yang disiplin sehingga bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

Dalam psikologi pula, orang tua yang ketat terhadap anaknya didefinisikan sebagai orang tua yang menempatkan standar serta adanya tuntutan yang besar terhadap anak, tergantung pada keyakinan disiplin orang tua dan tanggap terhadap kebutuhan anak mereka. Orang tua memandang anak berdasarkan akademik sebagai prioritas dan menilai keefektifan pengasuhan mereka melalui prestasi anak-anak mereka di sekolah. Pola asuh seperti ini terkesan terlalu memaksa sehingga seorang anak harus menghasilkan prestasi akademik yang tinggi. Biasanya terjadi di beberapa budaya, seperti di banyak Negara Asia.

Sebenarnya strict parents tidak hanya dipandang buruk melainkan memiliki sisi positif jika diterapkan dengan wibawa. Ketika orang tua memberi dukungan dengan hangat dan responsif terhadap anak-anaknya, mereka adalah orang tua berwibawa. Meskipun menetapkan standar yang tinggi, mereka menghargai pemikiran yang mandiri dan mengizinkan anak-anak untuk menentang aturan mereka yang salah atau adanya umpan balik agar anak tidak segan untuk bersuara. Namun, kebanyakan orang tua yang menerapkan strict parents ini dengan tidak berwibawa, mereka adalah orang tua yang keras, besikap acuh, tidak tanggap dan tidak mendukung anak-anak mereka. 

Aturan yang mereka berikan pun terlalu ketat dan sewenang-wenang sehingga mereka hanya mengizinkan anaknya untuk melakukan sesuatu berdasarkan keputusan mereka tanpa adanya pendapat dari anak dan itu seolah dibungkam. Sehingga strict parents seperti inilah yang mempengaruhi pola pikir anak yang cenderung berperilaku buruk. Hal seperti itu berbanding terbalik terhadap pasal 45 UU No. 1 Tahun 1974 yang berbunyi (1)kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya, (2)kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Dalam pasal tersebut, seorang anak harus mendapatkan didikan baik dari orang tuanya tanpa adanya ancaman terhadap hak-hak mereka sebagai seorang anak.

Lalu, dilihat dari perspektif seorang anak, akankah mengancam masa depan mereka apabila strict parents terus diterapkan?

Berdasarkan persoalan di atas, penerapan strict parents dominan membawa dampak negatif bagi anak. Berikut dampak yang dialami anak dengan diterapkannya pola asuh ini : 1) Pola pikir anak menjadi tertutup terhadap dunia luar dalam lingkup sosial; 2) Tidak bahagia, tidak bisa mandiri dan rentan terjadinya depresi; 3) Anak  bisa terkena gangguan psikis sehingga cenderung melakukan hal-hal di luar dugaan seperti berbohong bahkan bullying; 4) Membuat anak menjadi tidak percaya diri dan takut menyuarakan pendapat; dan 5) Sulit dalam bergaul dan berbaur di lingkungan masyarakat. 

Strict parents hanya akan merugikan bagi anak-anak, karena hal ini mengacu pada masalah perilaku, harga diri rendah, masalah pengendalian diri, dan masalah kesehatan mental yang terjadi pada anak mengakibatkan post traumatic stress disorder atau PTSD yang dimana terjadinya gangguan mental dengan perasaan trauma yang akan terus terbawa hingga anak beranjak dewasa yang bisa merenggut masa depan mereka. 

Strict parents ini, jika sudah sangat menjurus terhadap pola pengasuhan otoriter sebaiknya orang tua menghindari gaya pengasuhan ini. Sebab berdampak buruk pada mental anak. Menurut penelitian di University of Georgia dalam jurnal Developmental Psychobiology bahwa strict parents menyebabkan stres pada anak. Mengutip dari apa yang dipublikasikan Michigan State University, banyak orang tua yang menjadi strict parents berasal dari faktor kebangsaan, budaya, atau latar belakang etika mereka. Mereka yang memiliki paham strict parents beranggapan bahwa mendidik anak dengan ketat adalah cara terbaik untuk menjaga anak-anak selalu dalam pengawasan dan pengendalian orang tua, dilansir dari dosenpsikologi.com (23/05)

Oleh karena itu, sebagai orang tua, mendidik anak dengan tegas merupakan hal wajar agar anak bisa menjadi orang yang memiliki pendirian. Namun, jangan batasi mereka dalam mengekspresikan diri karena dukungan orang tua merupakan kunci utama dalam kesuksesan seorang anak. Akan lebih baik lagi untuk menghindari pola asuh ini agar anak bisa mengembangkan potensi dirinya lebih jauh tanpa adanya batasan orang tua karena anak memiliki nilai masing-masing dalam dirinya dan tidak selalu berpatokan pada akademik. Jika anak sudah terlanjur mengalami strict parents, lakukanlah penyembuhan terutama kepada anak yang beranjak remaja. Kehilangan masa remaja sebab orang tua yang terlalu keras dalam mendidik bisa menimbulkan luka yang sulit disembuhkan. Mencari bantuan dalam mendukung untuk melalui perjalanan penyembuhan adalah ide yang bagus. Psikolog bisa menjadi tempat agar mengetahui cara menghadapi strict parents.[]***

Pengirim : 

Irawan Faizin, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung, email : irawansmc5@gmail.com