Ifa Wahyu Ningsih Mahasiswi Semester 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com - Kenaikan harga barang ke...
Lentera24.com - Kenaikan harga barang kerap kali dikeluhkan oleh sebagian masyarakat. Fenomena ini dalam kacamata ekonomi dikenal dengan nama inflasi. Secara garis besar, fenomena inflasi kerap kali dikaitkan dengan adanya peningkatan terhadap permintaan bagi barang dan jasa pada suatu pasar sehingga menyebabkan adanya kenaikan harga. Inflasi berkaitan erat dengan hukum permintaan, yang menyatakan bahwasanya harga barang ataupun jasa menjadi penentu terhadap besarnya permintaan pada suatu produk. Meskipun menjadi suatu fenomena yang kerap dikeluhkan oleh masyarakat, nyatanya pada skala makro, inflasi merupakan fenomena yang lumrah, bahkan cenderung dibutuhkan.
Inflasi adalah fenomena yang memengaruhi semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berkelanjutan. Inflasi memiliki dampak positif dan negatif terhadap perekonomian, dan memahami bagaimana inflasi memengaruhi berbagai sektor ekonomi sangat penting bagi pemerintah mana pun untuk dapat menerapkan kebijakan yang efektif yang dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko inflasi.
Dampak utama inflasi tampak jelas pada penurunan daya beli konsumen. Ketika tingkat harga umum naik, jumlah uang yang sama dapat membeli lebih sedikit dan biaya hidup meningkat. Hal ini dipandang sebagai konsekuensi negatif utama dari inflasi dan sering disebut sebagai alasan utama mengapa inflasi perlu dikendalikan. Inflasi juga dapat berdampak negatif pada bisnis, karena kenaikan harga mengurangi jumlah barang yang dapat dibeli orang dan pada gilirannya mengurangi margin keuntungan. Akibatnya, perusahaan mungkin terpaksa memberhentikan pekerja atau mengurangi upah agar tetap menguntungkan.
Di saat yang sama, inflasi juga dapat berdampak positif pada perekonomian. Inflasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mendorong investasi, memberikan insentif bagi bisnis untuk berinvestasi dalam teknologi baru dan meningkatkan produksi. Peningkatan permintaan yang diakibatkan oleh kenaikan harga juga dapat meningkatkan lapangan kerja dan upah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan belanja konsumen. Hal ini dapat menciptakan “siklus yang baik” di mana pertumbuhan ekonomi didorong oleh kenaikan harga dan upah.
Inflasi juga dapat bermanfaat bagi sektor-sektor ekonomi tertentu. Sebagai contoh, kenaikan harga dapat menguntungkan sektor perbankan dengan meningkatkan nilai aset yang dimiliki oleh bank, dan juga dapat menguntungkan mereka yang memiliki utang jangka panjang, karena nilai utang mereka terkikis oleh inflasi. Hal ini dapat menguntungkan pemerintah, karena dapat membantu mereka mengurangi beban utang.
Jika inflasi terlalu rendah, hal ini dapat menyebabkan stagnasi ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan, penurunan upah, dan penurunan investasi dan inovasi. Inflasi yang rendah juga dapat menyebabkan peningkatan nilai tukar, yang dapat berdampak negatif pada ekspor. Untuk mencegah stagnasi ekonomi, penting untuk menjaga inflasi pada tingkat yang sesuai.
Untuk mengelola Inflasi, pemerintah umumnya menggunakan beberapa kebijakan yang berbeda. Kebijakan - kebijakan tersebut termasuk penyesuaian suku bunga, perubahan pengeluaran pemerintah, dan perpajakan. Bank sentral juga dapat menggunakan instrumen kebijakan moneter seperti operasi pasar terbuka untuk mengendalikan jumlah uang beredar dan, pada gilirannya, tingkat inflasi. Pemerintah juga dapat menerapkan kebijakan fiskal seperti perpajakan, perubahan pengeluaran pemerintah, dan transfer untuk mengurangi jumlah uang yang tersedia untuk dibelanjakan dan mengurangi tingkat inflasi.
Apabila mengambil konteks kasus Indonesia, inflasi merupakan fenomena yang kerap dipandang sinis oleh masyarakat. Kenaikan harga umumnya dikaitkan dengan semakin lesunya daya beli masyarakat. Meski demikian, sejatinya tingkat inflasi Indonesia masih terbilang normal, bahkan cenderung rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 Indonesia hanya mengalami inflasi sebesar 5,51%. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang mencapai angka 6.5%, atau bahkan Turki yang mencapai 64.27%.
Penyebab inflasi di Indonesia dapat dikaitkan dengan beberapa faktor. Pertama, upaya Pemerintah untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, seperti memotong subsidi bahan bakar dan meningkatkan belanja infrastruktur, telah meningkatkan permintaan barang dan jasa, yang menyebabkan kenaikan harga. Kedua, jumlah penduduk Indonesia yang besar telah berkontribusi pada peningkatan permintaan barang dan jasa, yang menyebabkan kenaikan harga lebih lanjut.
Inflasi di Indonesia juga rutin terjadi pada setiap periode hari raya, seperti Idul Fitri dan Natal karena tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa pada periode tersebut. Terakhir, besarnya sektor informal di Indonesia telah menyulitkan pemerintah untuk mengendalikan harga.
Dampak dari inflasi di Indonesia dapat bersifat positif dan negatif. Dari sisi positif, inflasi dapat meningkatkan aktivitas ekonomi karena harga-harga barang dan jasa meningkat, yang mengarah pada penjualan yang lebih tinggi dan peningkatan laba. Peningkatan aktivitas ekonomi ini dapat bermanfaat bagi perekonomian, karena dapat meningkatkan investasi dan kesempatan kerja. Di sisi negatifnya, inflasi dapat menyebabkan peningkatan biaya hidup, karena harga barang dan jasa naik. Hal ini dapat berdampak buruk pada daya beli masyarakat, yang mengarah pada peningkatan kemiskinan dan ketimpangan.
Secara keseluruhan, tingkat inflasi di Indonesia dari tahun 2014-2022 diperkirakan akan tetap berada dalam kisaran target 4,5-5,5%. Hal ini disebabkan oleh upaya Pemerintah untuk menahan kenaikan harga, seperti memperkenalkan kontrol harga pada beberapa bahan pokok dan mendorong persaingan di pasar konsumen. Meskipun inflasi dapat berdampak positif dan negatif terhadap perekonomian, penting untuk memastikan bahwa tingkat inflasi tetap berada dalam kisaran yang ditargetkan, untuk memastikan bahwa perekonomian tidak terkena dampak negatif dari kenaikan harga.***