HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Skeptisisme Tentang Pikiran Orang Lain

Erika Y.S. Siahaan Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika Semester 1 Universitas Pendidikan Indonesia Lentera24.com - Satu hal yang m...

Erika Y.S. Siahaan Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika Semester 1 Universitas Pendidikan Indonesia

Lentera24.com - Satu hal yang menjadikan manusia berbeda dari makhluk lainnya sehingga menjadi sesuatu yang istimewa yaitu akal pikir. Akal pikir sebagai bekal manusia menjalani kehidupannya. Kemampuan berpikir merupakan kemampuan menggunakan akal pikiran dengan sebaik – baiknya secara rasional sehingga buah pemikiran dapat bernilai dan bermanfaat. Rene Descartes, seorang filsuf, matematikawan, dan juga ilmuwan pernah mengatakan Cognito Ergo Sum yang berarti bahwa aku berpikir, maka aku ada. 


Kesadaran akan keberadaan kita disebuah situasi memacu kita untuk tetap berpikir akan hal – hal yang bisa saja terjadi. Kesadaran tersebutlah yang akan membuat kita terjaga dan meminimalisir sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.


Tercipta sebagai makhluk sosial, membuat kita tidak dapat hidup seorang diri saja. Tentunya setiap hari akan bertemu orang dan berinteraksi. Di saat proses interaksi berlangsung, maka tidak jarang (paling sedikit dua pemikiran) terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat terjadi karena adanya keraguan akan pernyataan lawan bicara atau bisa disebut skeptis. Berdasarkan KBBI, skeptis diartikan sebagai kurang percaya; ragu – ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya), sedangkan skeptisisme adalah aliran (paham) yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan).


Secara umum skeptis dapat diartikan sebagai sebuah sikap yang penuh keraguan, kurangnya perasaan percaya dan curiga terhadap suatu hal. Skeptis bagaikan koin yang memiliki dua sisi, yaitu sisi positif dan negatif. Sisi negatif dari skeptis adalah di saat seseorang skeptis yang berlebihan terhadap pemikiran orang lain tanpa alasan yang mendasar. Sehingga, dapat menimbulkan sebuah perdebatan yang berkepanjangan namun tidak memberikan hasil apapun atau biasa disebut dengan debat kusir. Sedangkan sisi positif skeptis terutama terhadap pengetahuan adalah memperluas pengetahuan dengan mencari tahu semua ketidaktahuan. Dalam memperluas pengetahuan sangat penting bagi seseorang untuk selalu mengkonfirmasikannya kepada seseorang yang ahli dibidangnya sehingga pengetahuan yang diterima dapat diandalkan.


Hasil dari sebuah pemikiran yang diharapkan adalah sebuah kebenaran. Namun, fakta berkata bahwa kebenaran akan sesuatu itu tidak mutlak. Disini lah peran skeptis bekerja dalam menggali informasi. Contoh : Seseorang mengatakan sebuah kulkas kosong (karena tidak ada makanan dan minuman). Namun, seseorang yang lain mengatakan bahwa kulkas itu tidak kosong karena ada isinya yaitu udara. Pernyataan yang kedua bisa saja salah, namun tidak dapat juga dengan serta merta dibenarkan. Pada kasus tersebut penting bagi kita untuk mengetahui istilah konstektual lingkungan yang dibahas.


Oleh sebab itu, diperlukan keterampilan berpikir secara filsafat sehingga kita dapat memandang lebih luas dan memperkecil blind spot dalam berargumen. Berpikir secara filsafat merupakan keaktifan akal dalam mecari dan mendalami pengetahuan. Dengan kemampuan ini, kita dapat menyatukan sepenuhnya pengetahuan yang kita miliki tentang bagaimana kita sebagai mahkluk yang berpikiran dan berperilaku yang semestinya.***

Source :

Pritchard Duncan. 2018. What is This Thing Called Knowledge? Fourth Edition.Routledge:New York