HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Pandangan Resesi 2023 Bagi Perekonomian Indonesia

Fatihatul Farah Semester 5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com - Resesi merupakan ancaman besar bagi ...

Fatihatul Farah Semester 5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Lentera24.com - Resesi merupakan ancaman besar bagi perekonomian dunia. Melonjaknya harga energi akibat dampak perang Rusia melawan Ukraina merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya resesi global.

Menteri Keuangan Republik Indonesia periode 2013-2014 Chatib Basri menyatakan keyakinannya atas kemampuan Indonesia untuk meredam ancaman resesi 2023 dengan syarat dapat mempertahankan konsumsi swasta sebesar 50 persen dari Produk Domestik Bruto.


Dia mengatakan pemerintah dan perusahaan swasta, serta masyarakat, harus tetap mengeluarkan uang agar Indonesia dapat menjaga konsumsi swasta yang dibutuhkan. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan bantuan keuangan masyarakat, seperti Bantuan Langsung Tunai dan Program Keluarga Harapan, berada pada jalur yang memungkinkan masyarakat mampu membelanjakan uangnya.

Bagaimana Pandangan Resesi 2023 Bagi Perekonomian Indonesia?

“jika konsumsi swasta bisa dijaga di 50 persen dari PDB, maka ekonomi akan tetap tumbuh, mungkin tidak sampai 5 persen tapi sekitar 4,9 persen. Saya optimistis Indonesia tidak akan terkena dampak serius dari resesi global yang akan datang," ujarnya.

Menteri Keuangan Republik Indonesia 2010-2013 dan Gubernur Bank Indonesia 2013-2018 Agus Martowardojo mencontohkan perlunya sinkronisasi antara kebijakan moneter dan fiskal agar perekonomian dapat tumbuh dengan baik tahun depan.

“Situasi seperti ini pernah kita alami di tahun 2013. Saat itu, sebagai Gubernur Bank Indonesia, saya berkoordinasi dengan Pak Chatib yang mana saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan untuk melakukan sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal difokuskan pada mengejar stabilitas lebih dari pertumbuhan," katanya.

Ia memuji perekonomian Indonesia yang cukup tangguh menghadapi ancaman resesi global yang dibuktikan dengan neraca perdagangan yang positif dalam tujuh triwulan terakhir, cadangan devisa yang besar, dan tingkat inflasi yang rendah. Hal itu menunjukkan bahwa fondasi perekonomian Indonesia sangat kuat.

Karena itu penting bagi pemerintah menjaga stabilitas ekonomi guna membendung arus keluar modal. Ekonom Bank Dunia Habib Rab mengatakan inflasi yang tinggi akan menimbulkan kesulitan terbesar bagi ekonomi global di tahun depan. Namun, tambahnya, Bank Dunia menilai tidak semua negara akan terkena dampak parah dari ancaman resesi global yang membayangi.

“Indonesia, Vietnam dan Malaysia tidak mungkin terkena dampak besar dari resesi global ini. Inflasi di negara-negara ini kemungkinan akan naik tahun ini menjadi delapan persen, tetapi pada 2023 akan turun menjadi empat atau lima persen. Yang harus diantisipasi adalah penurunan ekonomi negara-negara maju di G7 dan China sebesar 1 persen akan berdampak pada ekonomi negara-negara Asia Tenggara sekitar 0,5-1 persen," ujarnya.

Habib menyarankan Indonesia dan sejumlah negara berkembang fokus pada tiga hal, yakni pengetatan suku bunga, mengatasi tekanan pasar eksternal, dan menjaga agar utang tidak membengkak. Itulah Pemabahasan tentang Pandangan Resesi 2023 Bagi Perekonomian Indonesia.***