Muhammad Ziyad Izzatul Fath Mahasiswa Semester 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com - Akhir-akhir in...
Muhammad Ziyad Izzatul Fath Mahasiswa Semester 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
Lentera24.com - Akhir-akhir ini banyak sekali perbincangan mengenai resesi yang akan terjadi pada tahun 2023, lalu apa pengertian dari resesi itu sendiri? Apa saja dampak yang dihasilkan dari resesi tersebut? Langkah apa saja yang bisa disiapkan untuk menghadapi resesi tersebut.
Resesi dalam pengertian ekonomi adalah ketika perputaran ekonomi sebuah negara menjadi buruk atau menurun. Atau dalam pengertian lain bisa diartikan bahwa ekonomi suatu negara mengalami penurunan yang signifikan dalam produktivitas, pengangguran, dan pertumbuhan pendapatan nasional. Resesi biasanya terjadi ketika ada penurunan permintaan agregat, yaitu jumlah total barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam suatu negara. Penurunan permintaan agregat ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kejatuhan harga komoditas, kenaikan suku bunga, atau kegagalan sistem keuangan.
Tanda-tanda umum dari resesi adalah penurunan tingkat produktivitas, jumlah pengangguran yang meningkat, dan pertumbuhan pendapatan nasional yang melambat. Namun tidak semua penurunan ekonomi merupakan resesi. Resesi didefinisikan sebagai penurunan yang signifikan dan terus-menerus dalam produktivitas dab pendapatan nasionall selama beberapa periode berturut-turut. Para ahli ekonomi memiliki pandangan yang beragam terkait dengan resesi dan bagaimana cara terbaik untuk mengatasinya.
Beberapa diantaranya berpendapat bahwa resesi merupakan bagian alami dari siklus bisnis, yang merupakan hasil dari faktor-faktor seperti kelebihan produksi dan kelebihan kapasitas. Mereka berpendapat bahwa resesi dapat diatasi dengan mengurangi intervensi pemerintah dan membiarkan pasar bekerja secara alami untuk menstabilkan ekonomi. Sementara itu, ahli ekonomi lainnya berpendapat bahwa resesi dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang lebih kompleks seperti kegagalan sistem keuangan atau krisis harga komoditas, yang dapat memerlukan intervensi pemerintah yang lebih aktif untuk mengatasinya. Mereka mungkin juga menekankan pentingnya mengelola fiskal dan kebijakan moneter secara bijaksana untuk mencegah terjadinya resesi atau mempercepat pemulihan ekonomi setelah terjadi resesi.
Para ahli ekonomi juga mungkin berbeda pendapat tentang cara terbaik untuk mengatasi resesi. Beberapa diantaranya mungkin menekankan pentingnya meningkatkan belanja pemerintah untuk menstimulasi permintaan agregat, sementara yang lainnya mungkin lebih menyukai pendekatan yang lebih menekankan pada pengurangan pajak atau mengurangi beban regulasi untuk memotivasi perusahaan untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja.
Lalu, apakah Indonesia akan terkena resesi pada tahun 2023? Perdebatan terkait dengan resesi 2023 masih hangat sekali diperbincangkan oleh petinggi negara hingga para ahli ekonomi di Indonesia. Salah satu mantan wakil Indonesia yaitu Jusuf Kalla atau yang akrab dipanggil “JK” memberikan peringatan kepada kepala menteri keuangan Indonesia, Sri Mulyani untuk tidak memberikan narasi yang menakut-nakuti publik. Mantan wakil presiden Indonesia tersebut meyakini bahwa Indonesia cukup tangguh atau yakin untuk menghadapi krisis ini. Beliau memiliki pandangan yang berbeda bahwa Indonesia berbeda dari negara lain, pada dasarnya Indonesia dapat memenuhi kebutuhan energi dan pangan secara mandiri.
Terlepas dari perkataan JK, apakah ada Indikator yang membuat Indonesia bisa melewati krisis ini. Dasarnya negara-negara yang akan mengalami resesi ini adalah negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, dan negara-negara Eropa lainnya. Lalu, mengapa negara yang masih berkembang seperti Indonesia tidak terkena dampak tersebut? Apa yang membuat Indonesia memungkinkan tidak mengalami resesi?
Sri Mulyani percaya diri dengan menyebut bahwa perekonomian Indonesia masih cukup sehat dan aman dari ancaman resesi. Hal itu didasarkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 yang berada di jalur positif dan inflasi yang masih terkontrol. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01 persen pada kuartal I 2022 lalu. Inflasi pun masih terkendali di level 4,35 persen pada Juni kemarin.
"Kita (Indonesia) relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risiko (potensi resesi) 3 persen," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers di Nusa Dua, Rabu (13/7), mengamini survei yang dilakukan Bloomberg soal potensi resesi negara-negara dunia.
Sri Mulyani bahkan mengklaim daya tahan ekonomi Indonesia lebih kuat ketimbang negara-negara lain yang sudah masuk resesi, seperti AS hingga China yang ekonominya melambat pada kuartal II 2022.
Daya tahan ekonomi Indonesia bisa menjadi lebih kuat dibanding negara-negara lain yang sudah masuk resesi, seperti AS, China, dll adalah karena masih banyaknya perusahaan-perusahaan UMKM yang ada di Indonesia, mengapa UMKM tidak terpengaruh oleh adanya resesi? Perusahaan UMKM tidak begitu membutuhkan sebuah proyektil atau material yang dijual pada pasar dunia, sehingga ketika terjadi sebuah resesi pada negara-negara maju, Indonesia masih bisa bertahan terhadap hal tersebut. ***