Penulis Rita Nuryati Mahasiswi Semester 1 Jurusan Syariah dan Ekonimi Islam, Program Studi Ekonomi Syariah STAIN Bengkalis Lentera24.com - ...
Lentera24.com - Akibat banjir yang terjadi sejak Rabu (14/12) lalu, menyebabkan petani cabai di Kelurahan Pergam, mengalami gagal panen. Hal itu disebabkan tanaman cabai yang sudah memasuki masa panen terendam banjir, akibatnya petani merugi jutaan rupiah. Kondisi ini diperparah belum surutnya banjir yang menggenangi lahan pertanian hingga Jum’at (16/12) kemarin.
Karmidi
(72), petani cabai Kelurahan Pergam mengaku, lebih dari 10.000 batang cabai
merah keriting miliknya siap panen terendam banjir. Hingga kemarin, tanaman
cabai masih terendam air, dan dipastikan tanaman itu akan mati. Padahal modal
untuk menyemai, mempersiapkan lahan hingga masa panen perdana, sudah dihabiskan
sebesar Rp.30 juta dengan luas lahan sekitar 3840 m2. Ketika masa
panen perdana, tiba-tiba banjir datang dan merendam tanaman cabai miliknya.
“Memang
kondisi cuaca yang seperti sekarang ini mau bilang apa semuanya tergantung alam,
hanya bisa pasrah saja. Padahal saat masa tanam cuaca cukup bagus tiba masa
panen hujan lebat sampai banjir.” keluh Karmidi(72) (16/12).
Karmidi
juga mengatakan bahwa banjir tersebut bukan hanya karena hujan saja,tetapi juga
dikarenakan air kanal yang dibuka menyebabkan semakin besarnya curah air yg
menggenangi perkebunannya.
“Penyebabnya
bukan karna hujan saja, tetapi dibukanya air kanal sehingga air semakin tinggi ditambah
lagi dengan hujan yang berketerusan” tuturnya.
Cabai
tidak tahan air. Bila tanaman terendam air satu hari satu malam,lalu besoknya
panas siang hari, mengakibatkan daun rontok dan buah muda jatuh. Karenanya
petani hanya bisa memanen yang tua. Sementara cabai yang tersisa, yakni yang
masih hijau, terpaksa dipanen dini.
Berbeda
bila situasi normal, petani sejatinya bisa memetik cabai dengan jarak 2-3 hari
sekali. “Kalau di awal Desember ini bisa panen, sampai akhir Januari nanti
masih bisa panen lagi” tutur Karmidi(72).
“Saat
ini mau tidak mau yang hijau-hijau juga terpaksa dipanen, karena jika dibiarkan
saja akan busuk dan layu. Jika dipanen juga bisa dijual dengan harga
Rp.20.000/Kg, dari pada tidak dapat hasil sama sekali” Ucap Karmidi(72), Jum’at
(16/12).
Teknik
pemasaran yang digunakan juga bermacam-macam ada yang dijual ketempat
along-along sayuran, ada juga yang dijual secara online. “Cabai hijau yang
dipanen diambil sama penjual along-along sayuran, ada juga yang dijual sama
anak menggunakan facebook”. Tuturnya.
Karmidi
mengatakan bahwa cabai hijau yang dipanen karna dampak banjir sudah mencapai seratusan
kiloan. Sedangkan jika panen normal tanaman cabainya ditargetkan bisa mencapai
6-7 Ton. Dibandingkan dengan panen tahun lalu yang sangat meraup keuntungan
besar karna tidak adanya dampak banjir seperti ini. Karmidi merasa sangat rugi
besar karena banjir yang melanda perkebunannya.
“Sudah
seratus kiloan lebih cabai hijau dipetik, karena jika tidak dipetik maka akan
busuk begitu saja dengan batang dan daunnya yang sudah mulai layu”. Ungkap
Karmidi(72), Jum’at (16/12).***