HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

TANTANGAN INDUSTRI SEMEN DI ERA 5.0

Naufal Zhafif Narendra Mahasiswa Semester 1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lentera24.com - Ban...

Naufal Zhafif Narendra Mahasiswa Semester 1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta




Lentera24.com - Banyak dari masyarakat awam belum mengetahui bahwa semen merupakan salah satu produk hasil tambang, karena bentuknya yang berbeda dari batu atau mineral lainnya dan sudah di olah terlebih dahulu hingga menjadi semen. Semen merupakan produk olahan dari batu kapur atau batu gamping (limestone). Batu kapur ini merupakan salah satu komoditas tambang yang termasuk dalam Bahan Galian Industri (BGI).


Dalam pembuatan semen, terdapat sejumlah bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan produk semen tersebut, seperti batu kapur (Limestone), merupakan bahan utama dalam pembuatan semen, pasir silica (silica sand), pasir besi (iron sand), tanah liat, gypsum dan abu terbang (fly ash).


Industri semen di Indonesia saat ini masih mengalami kondisi kelebihan pasokan atau over supply. Kondisi ini sudah dirasakan sejak lama, tepatnya pada 2016 lalu. Dari data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) total kapasitas terpasang industri semen di 2021 mencapai 116 juta ton. Pada 2020 lalu penjualan semen dalam negeri dan ekspor hanya 71,78 juta ton, dengan tingkat utilisasi atau pemanfaatan dari kapasitas produksi hanya mencapai 61,7%. Artinya masih ada sisa kapasitas produksi lagi mencapai 45 juta ton.


Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan proyeksi pertumbuhan industri semen per tahun hanya 4%, sehingga pada 2025 mendatang diperkirakan penjualan semen domestik dan ekspor dari Indonesia hanya 88,74 juta ton, dengan tingkat utilisasi pabrik yang mencapai 76,3%. Dari total kapasitas produksi yang mencapai 116,3 juta ton saat ini, maka dengan utilisasi 76,3% pada 2025 maka produksi yang tersisa masih ada sekitar 27,3 juta ton. Kapasitas sisa ini sudah setara dengan 10 pabrik baru. Sehingga tidak lagi dibutuhkan penambahan pabrik baru.


Menurut dari beberapa keterangan, pemerintah mengeluarkan izin pembangunan pabrik semen baru yang diklaim berorientasi ekspor dengan kapasitas produksi 12 juta ton di Kalimantan Timur. Dengan penambahan pabrik ini total kapasitas pabrik semen di Indonesia menjadi 128 juta ton. Artinya tingkat rata-rata utilisasi pabrik semen akan semakin menurun, dengan kondisi pasokan yang berlebih. Pembangunan pabrik semen ini di ditentang baik dari Anggota DPR RI Komisi VI Andre Rosiade dan pelaku industri semen yang tergabung dalam Asosiasi Semen Indonesia, karena dianggap akan merusak industri semen Indonesia.


Lalu kita beralih ke apa itu era 5.0? pasti nya kita sudah lebih dahulu mengenal era 4.0 yang artinya menekankan pada bagaimana pekerjaan dilakukan secara otomatis sedikit atau tanpa adanya peran manusia dalam proses produksi. Atau bisa disebut bahwa era industry 4.0 adalah meringankan pekerjaan manusia, sedangkan pada era industry 5.0 dimana lebih menekankan pada bagaimana mengoptimalkan tanggung jawab jam kerja untuk menyelesaikan pekerjaan.


Karakter penekanan lebih kepada peran manusia sebagai pusat peradaban yang memanfaatkan teknologi digital dalam berbagai bidang. Industri 5.0 lebih menekankan tidak hanya relasi mesin ke mesin dan efektivitas robotik, tetapi juga interaksi manusia ke mesin dan sebaliknya. Dapat juga disebut era industri 5.0 muncul sebagai penyempurna atas era 4.0, kini manusia dapat bekerja bersama dengan robot dan kecerdasan buatan. Era industri 5.0 ini memanfaatkan teknologi IoT, untuk menggabungkan kecerdasan buatan dengan pikiran manusia.


Kita bisa ambil contoh pada saat ini yang sebenarnya kita masi dalam dunia era industry 4.0, tetapi dalam tahap menuju ke era industry 5.0. Misalnya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan robot. Dalam contoh saat ini ada mobil tesla yang dapat berkendara dengan otomatis, itu merupakan kecerdasan pintar serta dapat berinteraksi langsung kepada sang pemilik mobil. Lalu apa hubungan antara era 5.0 dengan industry semen, jelas saling berhubungan karna kita tahu sendiri bahwa semen pada saat ini masih menjadi komoditas yang diperlukan manusia dalam pembangunan, baik dari pembangunan rumah pribadi, perkantoran, dan masih banyak lagi.


Dalam tahap pembuatan semen masih banyak menggunakan tenaga manusia, maka dari itu tantangan industry semen perlu dalam melakukan inovasi untuk kedepannya. Agar pada tahapan- tahapan produksi yang agak berbahaya atau berbahaya sekalipun, dapat digantikan dengan teknologi robotic yang memiliki kecerdasan pintar. Peningkatan kualitas semen yang harus ditingkatkan oleh para perusahaan pabrik semen agar dapat bersaing dengan semen-semen luar, menjaga kualitas secara konsisten membutuhkan kecanggihan teknologi di era 5.0 ini. Sehingga dapat terus terjaga secara konsisten, meringankan pekerjaan manusia, terhindar dari resiko lalai pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja nantinya.


Lalu juga karena kondisi produksi semen melebihi dari penjualan harus ada terciptanya tempat penyimpanan semen yang bisa menjaga kualitas semen, dengan teknologi canggih saat ini diharapkan mampu mewujudkan kebutuhan – kebutuhan para pabrik produsen semen untuk memecahkan permasalahan yang ada saat ini. Dan tidak lupa juga untuk menjalin kerja sama antara konsumen yang baik dari dalam negri maupun luar, agar semen–semen yang sudah terproduksi dapat di distribusikan dan terjual secara lancer. Hingga tidak lagi terjadi kelebihan pasokan produksi daripada yang terjual.


Sebagai contoh pabrik semen yang sudah canggih adalah pada Tahun 2017 menjadi tonggak sejarah bagi PT Semen Indonesia Tbk. Salah satu pabrik terbesarnya, Indarung VI, sukses beroperasi. Teknologi canggihnya antara lain dedusting sistem (penangkap debu) yang menggunakan bag filter. Sehingga emisinya dapat dikendalikan, ditekan hingga maksimum 30mg/Nm3. Pabrik Indarung VI juga menggunakan satu calciner dengan dimensi yang lebih besar. Dengan peralatan ini, proses pembakaran dan heat transfer menjadi lebih efisien. Dari sisi operasional, pabrik Indarung VI merupakan prototipe pabrik ramah lingkungan. Main desuting pabrik ini sudah dilengkapi bag filter sehingga dapat mengurangi emisi debu ke lingkungan, hasil Uji pihak ketiga (UNILAB) pada 14 April 2017 menunjukkan emisi buang BHF hanya 1 mg/m3. Vertical Cement mill pabrik Indarung VI dapat mengurangi pemakaian energi listrik sehingga secara tidak langsung menghemat pemakaian listrik dari PLN.


Oleh karena itu untuk kedepannya bagi industri semen diharapkan untuk terus melakukan inovasi terhadap alat – alat produksinya, serta lebih cermat menganalisis perbandingan kemungkinan semen yang akan terjual dengan semen yang akan diproduksi sehingga tidak ada semen yang terbuang sia-sia, atau juga bisa dengan membuat inovasi penyimpanan semen yang aman. Dapat mengoptimalkan tanggung jawab jam kerja juga interaksi antara manusia dengan mesin maupun sebaliknya, guna mengikuti era 5.0. Maka dari itu industri semen harus melakukan inovasi kedepannya guna mengatasi permasalahan diatas. Dan juga dapat terus mengikuti perubahan era dari 4.0 ke 5.0 hingga kedepannya. ***