HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Strategi Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Di Indonesia

Shofiyan Hidayat Mahasiswa Semester 1 Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Prodi Ekonomi Syariah STAIN Bengkalis Lentera24.com - Indonesia mer...

Shofiyan Hidayat Mahasiswa Semester 1 Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Prodi Ekonomi Syariah STAIN Bengkalis

Lentera24.com - Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki aktivitas ekonomi terbesar. Indonesia termasuk negara dengan ekonomi terbesar ke-10 di dunia berdasarkan paritas daya beli dan anggota dari G-20, kelompok 19 negara dengan perekonomian terbesar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia terus meningkat secara signifikan setiap tahun, dari USD 165.021 miliar di tahun 2000 menjadi USD 932.259 miliar di tahun 2016.


Pertama, Laporan dari McKinsey Global Institute memprediksikan bahwa Indonesia akan menjadi negara peringkat ke-7 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030 nanti. Dengan market opportunity pada sektor jasa, pertanian dan perikanan, sumber daya alam, serta pendidikan mencapai USD 1,8 triliun. Selain itu, juga akan mampu menyerap 113 juta pekerja terlatih. (Oberman dkk, 2012)Kekuatan ekonomi besar yang didukung oleh potensi ekonomi Indonesia berpeluang untuk menjadi salah satu negara besar di dunia. Potensi ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia ini bersumber dari: pertama, sumber daya alam. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar terutama pada sektor pertanian/kelautan, kehutanan, dan pertambangan. Pada sektor pertanian, Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara penghasil karet di dunia, negara terbesar ketiga penghasil kopi, dan salah satu penghasil utama dunia untuk kelapa, tembakau, kakao, dan rempah-rempah. Sementara itu, mengingat dua per tiga wilayah Indonesia berupa laut, Indonesia memiliki cadangan ikan yang sangat kaya. Hutan di Indonesia merupakan hutan terbesar ketiga di dunia, sehingga memiliki kekayaan hutan yang melimpah. Untuk sektor pertambangan, Indonesia kaya akan cadangan mineral seperti timah, tembaga, emas, bauksit dan nikel. Indonesia juga dikenal sebagai eksportir terbesar gas alam cair (liquefied natural gas/LNG).

      

Kedua, sumber daya manusia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia di tahun 2017 ini mencapai lebih dari 260 juta penduduk. Pada tahun 2020 sampai 2030, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia angkatan kerja (15-64 tahun) akan mencapai 70 persen, sementara jumlah penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun) hanya sebesar 30 persen). 


Ketiga, stabilitas makroekonomi. Secara umum, kondisi makroekonomi Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan kondisi yang relatif stabil di tengah kondisi ekonomi global yang mengalami kelesuan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun terus berada dalam tren yang positif dan berada di atas pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun 2010 pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1 persen dan sampai tahun 2016 pertumbuhan ekonomi tetap terjaga positif di level 5,02 persen. Level inflasi Indonesia juga terjaga cukup rendah di bawah 10 persen selama beberapa tahun terakhir. Tahun 2016, inflasi Indonesia hanya berada di level 3 persen. Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS meskipun terdapat kecenderungan melemah, namun nilai tukar tetap berada dalam nilai fundamentalnya. Tahun 2010 nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS mencapai level 8.996 sementara tahun 2016 mencapai level 13.473.

     

Keempat, iklim investasi yang kondusif. Berdasarkan The Global Competitiveness Report 2016-2017 (World Economic Forum, 2016) peringkat daya saing Indonesia berada pada peringkat 41 dari 138 negara-negara di dunia yang dilakukan penilaian. Meskipun peringkat Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, namun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Salah satu upaya adalah pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri pada bulan Juni 2016 lalu mencabut atau merevisi 3.143 Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang mayoritas menghambat investasi.5 Upaya lain yang dilakukan adalah dengan membentuk Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 97 Tahun 2014, yang kemudian juga diikuti oleh pemerintahan daerah. Hingga saat ini telah terbentuk 511 PTSP di seluruh Indonesia atau 90 persen daerah telah memiliki PTSP. (Jaweng, 2016). 


Meskipun potensi ekonomi Indonesia sangat besar, namun di sisi lain Indonesia masih menghadapi masalah-masalah sosial yang serius. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk miskin di Indonesia yang masih cukup tinggi. Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin mencapai 10,70 persen dari total penduduk atau sebesar 27,76 juta orang. Angka ini paling besar terjadi di pedesaan dengan jumlah 17,28 juta orang atau 13,96 persen, sementara di perkotaan berjumlah 10,49 juta orang atau 7,73 persen.6 Jumlah penduduk yang rentan miskin juga masih sangat besar, jika garis kemiskinan dinaikkan sebesar 20 persen maka jumlah penduduk miskin akan bertambah hingga 100 persen atau lebih dari 50 juta orang. (Adji, 2016)

     

Sementara itu, tingkat pengangguran juga masih cukup banyak, dimana tercatat sampai dengan Februari 2017 tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,33 persen. Sementara penduduk yang bekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam seminggu) jumlahnya cukup besar yakni 30,14 persen, yang terdiri dari setengah penganggur sebesar 7,62 persen dan pekerja paruh waktu sebesar 22,52 persen.7 Hal ini berarti lebih dari 13 juta penduduk Indonesia merupakan pengangguran terbuka, 19,8 juta penduduk setengah penganggur dan 58,55 juta penduduk merupakan pekerja paruh waktu. ***