Salah satu Potret Boat yang menggunakan pukat harimau Lentera24.com | ACEH TIMUR - Keresahan nelayan tradisional selama dua tahun terakhir ...
Salah satu Potret Boat yang menggunakan pukat harimau |
Lentera24.com | ACEH TIMUR - Keresahan nelayan tradisional selama dua tahun terakhir di Aceh Timur atas kehadiran Katrawl (kapal trawl) bukan tanpa alasan, sebab kapal trawl atau yang lebih di kenal pukat harimau jumlahnya bukan hanya sedikit. Rabu 14 Desember 2022.
Akan tetapi, informasi yang peroleh media ini terdapat ratusan unit kapal trawl dengan berbagai ukuran dari 12 GT hingga 90 GT menyerbu perairan Aceh Timur.
Selama ini, para nelayan tradisional yang menggantungkan hidupnya dari pencarian ikan di laut tak berdaya menghalau boat-boat pukat harimau yang beroperasi di lokasi tempat nelayan mengais rezeki.
Apalagi, pemilik boat pukat harimau berasal dari pengusaha hebat dan kaya raya, bahkan diduga ada pemilik katrawl merupakan oknum dewan terhormat alias anggota DPRK setempat.
Salah satu Nara sumber yang meminta namanya di rahasiakan menyebutkan, terdapat belasan boat trawl yang berasal dari Kuala Idi Rayeuk.
Sementara di kawasan pesisir Peureulak, terdapat puluhan boat pukat harimau yang meliputi Desa Bangka Rimueng, Seuneubok Aceh dan Balee Buya, diperkirakan lebih dari 50 unit.
Selain puluhan katrawl yang berasal dari Aceh Timur, terdapat juga puluhan boat pukat harimau lainnya yang berasal dari Kota Langsa dan Belawan dan ikut menyerbu ikan di perairan Aceh Timur dengan radius 1 sampai 2 mil dari bibir pantai kuala Idi, Julok, Kuala Simpang Ulim dan Krueng Tho Madat.
Selama pukat harimau gencar beroperasi, membuat penghasilan nelayan tradisional menurun drastis dan juga membuat populasi ikan semakin menurun.
Menurunnya populasi ikan di samping disebabkan musnahnya zooplankton karena terjerat jaring pukat harimau yang tergolong alat tangkap canggih, hingga kerusakan terumbu karang.
Selain itu, populasi ikan kemungkinan berpindah (migrasi) ke kawasan lainnya yang sulit dijangkau oleh nelayan kecil dan hanya menggunakan boat di bawah 10 GT.
Bukan hanya menurunnya populasi ikan, nelayan tradisional cukup banyak yang jadi korban keganasan pukat harimau. Dimana, alat tangkap ikan, udang dan kepiting milik nelayan tersangkut jaring pukat harimau dan termasuk sarang ikan (tuwah) atau rumpon yang dibangun dengan susah payah. Dalam sekejap habis diseret jaring trawl.
"Untuk saat ini kapal trawl banyak yang tidak melaut, karena sulit mendapatkan BBM apalagi harga nya sangat mahal, kemungkinan memasuki bulan januari 2023 kapal kapal trawl tersebut baru beroperasi kembali," kata nara sumber yang enggan disebutkan namanya itu pada awak media.
Sebelumnya, mengingat keresahan nelayan tradisional atas beroperasinya pukat harimau di perairan Aceh Timur, Kapolres Aceh Timur akan menindak tegas.
Kapolres Aceh Timur, AKBP Andy Rahmansyah spontan menghubungi Kasatpolair untuk melakukan penyelidikan terhadap adanya pukat harimau di perairan Aceh Timur yang meresahkan nelayan.
"Sudah saya perintahkan Kasat Polairud untuk memproses dan melakukan penyelidikan terhadap pukat harimau, bila mendapatkan ada pukat harimau yang beroperasi di perairan Aceh Timur untuk segera menangkapnya," tegas Kapolres Andi, Saat di wawancarai eklusif dengan oleh awak media Selasa (13/12/2022) kemarin, diruang kerjanya.
Kapolres Andi menambahkan, selain dilarang, pukat harimau juga dapat merusak ekosistem laut.
"Pukat harimau jelas dilarang karena dapat merusak ekosistem laut," ujar Kapolres Andi.[] L24.Zal.