HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Pentingnya Komunikasi Lintas Budaya Dalam Dunia Bisnis

Ketrin Olivia Silaban Mahasiswi Semester 5  Fakultas Ekonomi dan Bisnis  Prodi Akuntansi Universitas Pemulang Lentera24.com - Apa yang dima...

Ketrin Olivia Silaban Mahasiswi Semester 5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Akuntansi Universitas Pemulang

Lentera24.com - Apa yang dimaksud dengan komunikas lintas budaya? 

Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu beberapa defenisi yang dikutip oleh Ilya Sunarwinadi berdasarkan pendapat para ahli antara lain : 

a. Sitaram (1970) Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan. 

b. Samovar dan Poter (1972) Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai. 

c. Rich (1974) Komunikasi lintas budaya terjadi ketika orang-orang berbeda kebudayaan. 

d. Stewart (1974) Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan kebiasaan. 

e. Carley H. Dood (1982) Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda. f. Young Yun Kim (1984) Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda.


Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu individu atau kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi. 


Komunikasi lintas budaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya. Ketika komunikasi tersebut terjadi antara orang-orang berbeda bangsa (international), antaretnik (interethnical), kelompok ras (interracial), atau komunikasi bahasa (intercommunal), disebut komunikasi lintas budaya.


Menurut Liliweri dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Antarbudaya, memberikan definisi komunikasi antarbudaya atau komunikasi lintas budaya sebagai pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antar dua orang yang saling berbeda latar belakang budayanya.


Komunikasi Lintas Budaya dalam pengertian yang lebih luas lagi, merupakan pertukaran pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya.


Fungsi Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya memiliki fungsi penting, terutama ketika seseorang mulai menjalin hubungan bilateral, trilateral, atau multilateral. Secara khusus, komunikasi lintas budaya berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian komunikasi antarorang, antarsuku, dan antarbangsa yang berbeda budayanya. Ketika memasuki wilayah(daerah) orang lain, seseorang dihadapkan dengan orang-orang yang sedikit atau banyak berbeda, ditinjau dari aspek sosial, budaya, ekonomi dan status lainnya.


Definisi Budaya

Berikut ini adalah arti budaya menurut para ahli.

1. Lehman, Himstreet dan Baty, budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup mereka tentu sangatlah banyak dan variatif, termasuk didalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.


2. Hofstede mengartikan budaya sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dengan kategori lainnya. Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah pemrograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah kita lahir di dunia ini. Sebagai contoh di Jepang ketika seorang bayi baru lahir, untuk beberapa tahun awal si bayi tidur di kamar orang tuanya. Sedangkan di Inggris dan Amerika bayi yang baru lahir ditempatkan di kamar yang berbeda beberapa minggu atau bulan kemudian.


3. Bovee dan Thill, budaya adalah system sharing atas simbol-simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, norma-norma untuk berperilaku. Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi yang serupa tentang bagaimana seorang berpikir, berperilaku dan berkomunikasi dan cenderung untuk melakukan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. 


Beberapa budaya ada yang dibentuk dari berbagai kelompok yang erbeda-beda dan terpisah, tetapi ada yang juga memiliki kecenderungan homogen. Kelompok berbeda (distinct group) yang ada dalam wilayah budaya mayoritas lebih tepat dikatakan sebagai subbudaya (subculture). Indonesia adalah sebuah contoh negara yang memiliki subbudaya yang sangat beragam baik etnis maupun agama. Hal ini berbeda dengan Jepang yang hanya memiliki beberapa subbudaya dan cenderung bersifat homogen.


Berdasarkan beberapa pengertian budaya tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, antara lain: bahwa budaya mencakup sekumpulan pengalamn hidup, pemrograman kolektif, system sharing, dan tipikal karakteristik perilaku setiap individu yang ada dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya tentang bagaimana sistem nilai, norma-norma, simbol-simboldan kepercayaan atau keyakinan mereka masing-masing.


Komponen Budaya

Budaya mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, terutama yang berkaitan dengan dimensi hubungan antarmanusia, meskipun bentuk dari setiap komponen budaya dapat berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lain.


Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap komponen terbangun atas beberapa komponen utamanya, yaitu: nilai-nilai (baik atau buruk, diterima atau tidak), norma-norma (tertulis maupun tidak tertulis), simbol-simbol (warna logo suatu perusahaan). Bahasa dan pengetahuan.


Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup antara lain: bahasa, kepercayaan/keyakinan, sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial. Sementara itu menurut Ceteora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika dan bahasa.


Tingkat Budaya

Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunial praktis terdapat tiga tingkat budaya, yaitu:


1. Formal

Merupakan suatu tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun-temurun dari satu generasi ke genarasi berikutnya dan hal tersebut bersifat formal/resmi. Contoh bahasa.


2. Informal

Pada tingkat ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan dilakukan, tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan. Sebagai contoh, mengapa seseorang bersedia dipanggil nama julukan bukan nama aslinya.


3. Teknis

Pada tingkat ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting. Terdapat suatu penjelasan logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan. Contoh ilmu matematika.


Mengenal Perbedaan Budaya

Dalam kehidupan sehari-hari, orang kan selalu berhubungan dengan orang lain yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda. Di samping itu, orang juga berbeda dalam hal suku, agama, ras/etnis, pendidikan, usia, pekerjaan, status, dan jenis kelamin. Hal tersebut akan mempengaruhi cara seseorang mengirim, menerima, dan menafsirkan pesan-pesan kepada orang lain. Berikut adalah perbedaan budaya yang dapat dilihat.


1. Nilai-nilai sosial

Di Amerika orang lebih menghargai uang dan kerja keras. Sementara di Indonesia terutama di wilayah pedesaan masih memiliki kebersamaan. Sementara di perkotaan nilai gotong-royong di perkotaan semakin memudar dengan semakin banyaknya sikap individualistis.


2. Peran dan Status

Budaya menuntut peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi.  Contoh, peran perempuan dalam dunia bisnis di negara berkembang relatif lemah daripada di negara maju.

Dalam hal status, yang cara pandangnya berbeda antara negara satu dengan negara lainny. Kebanyakan status para eksekutif Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa materialistik. Status sebagai seorang eksekutif ditandai dengan ruang kantor yang reltif lebih luas, karpet mahal, meja kerja eksekutif, dan sejumlah aksesoris yang menarik.


3. Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para manajemen puncak antara negara yang satu dengan negara lainnya nerbeda, ada yang lebih cepat ada juga yang lambat.


4. Konsep Waktu

Penilaian tehadap waktu antara negara satu dengan negara linnya juga berbeda, ada yang ketat tetapi ada juga yang longgar/luwes.


5. Konsep Jarak Komunikasi

Ada perbedaan jarak dalam hal melakukan pembicaraan bisnis, di Jepang jarak komunikasi yang dilakukan kurang dekat. Sebaliknya di Timur Tengah dilakukan pemicaraan dengan jarak yang dekat. Sementara, di Kanada, jarak komunikasi dirasa agak jauh.


6. Konteks Budaya

Pemanfaatan sinyal komunikasi verbal dan nonverbal tergantung pada konteks budaya. Di Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tetapi lebih banyak tergantung pada komunikasi nonverbal. Dalam melakukan percakapan, cenderung menyampaikan pesan-pesan disertai dengan ekspresi atau bahasa tubuh.secara tidak langsung (indirect). Sebaliknya seperti yang di Amerika Serikat yang bergantung pada komunikasi verbal.


7. Bahasa Tubuh

Penggunaan bahasa tubuh yang sama antara negara yang satu dengan yang lain dapat diartikan berbeda, sehingga bisa menimbulkan kesalahpahaman. Misal dalam hal sinyal“Tidak”di Indonesia dilakukan dengan menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri, di Bulgaria dilakukan dengan mengangguk ke atas dan ke bawah, di Amerika Serikat dilakukan dengan menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri.


8. Perilaku Sosial

Apa yang dianggap sopan di satu negara dapat menjadi tidak sopan di negara lain. Misal di negara Arab memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan, tetapi bila diberiak kepada anak-anak tak mengapa. Di jerman memberi bunga mawar menandakan pemberi sangat romantis, tetapi tidak boleh diberikan kepada sesuatu yang berkaitang dengan bisnis.


9. Perilaku Etis

Perilaku etis dan tidak etis di setiap negara akan berbeda. Di beberapa negara, perusahaan diharapkan membayar sejumlah uang secara resmi untuk persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggap sebagai hal yang rutin. Sedangkan di Amerika Serikat dan Swedia hal tersebut dipandang sebagai bentuk suap.


10. Perbedaan Budaya Perusahaan

Budaya organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain, budaya perusahaan mempengaruhi cara orang bereaksi dengan orang lain. Juga terlihat dari cara pekerja menyelesaikan tugasnya, bagaimana mereka menafsirkan bereaksi satu sama lainnya, dan bagaimana mereka memandang perubahan.


Mengapa komunikasi bisnis lintas budaya penting di ketahui dan di fahami? Ini penjelasannya :

Antropolog Edward T Hall berpendapat bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya (Deddy Mulyana , 2011:4). Dengan kata lain, ”tidak mungkin memikirkan komunikasi tanpa memikirkan konteks dan makna kulturalnya. Harus diakui bahwa budaya menentukan cara kita berkomunikasi, topic topic pembicaraan, siapa boleh berbicara atau bertemu dengan siapa, bagaimana dan kapan, bahasa tubuh, konsep ruang, makna waktu, dsb sangat bergantung pada budaya.

 

Di dalam bisnis tentunya kita tidak hanya berhadapan dengan orang orang dari dunia bisnis dengan budaya yang sama dengan kita namun juga dengan orang orang dari budaya yang berbeda. Orang orang bisnis yang berasal dari budaya berbeda baik dari local (dalam negeri) maupun dari luar (luar negeri) tentunya melibatkan budaya mereka dalam berbagai pembicaraan bisnis dalam artian ada beberapa hal yang menyangkut bisnis yang disesuaikan dengan budaya yang sudah mereka lakukan sejak mereka berkecimpung di dunia bisnis dan mereka bawa ke hadapan rekan bisnis mereka yang nota bene berasal dari budaya berbeda.

 

Perbedaan budaya membuat komunikasi bisnis termasuk komunikasi bisnis lintas budaya penting untuk di perhatikan. Karena jika kita mengabaikannya akan menyebabkan banyak kemungkinan buruk, dimulai dari pembicaraan yang salah hingga perhitungan bisnis yang meleset dari yang kita harapkan.

 

Bangsa bangsa berlainan mendefinisikan konsep kebenaran, kebohongan, kebebasan maupun tanggung jawab secara berlainan juga. Budaya budaya bisnis yang berbeda menyarankan cara dan etika berbicara dan perilaku secara berbeda pula. Misalnya berbohong yang di dalam budaya Timur dapat di benarkan guna menjaga harmoni suatu hubungan (termasuk hubungan bisnis meski beresiko jika dilakukan) , dalam budaya Barat hal ini bisa menimbulkan keheranan, keberatan hingga penolakan.


Bagaimana kita memanggil nama, berkenalan, menyapa, membuat janji, melakukan presentasi, membuat kontrak( yang termasuk dalam etika komunikasi bisnis )terikat dalam budaya. Sebagai contoh dalam pertukaran kartu nama bagi bangsa Jepang adalah sangat di perhatikan. Dan dari situ para pebisnis Jepang dapat mengetahui apakah calon mitranya dapat menghargai hubungan bisnis mereka. Pebisnis asing yang menerima kartu nama dari pebisnis berkebangsaan Jepang lalu menyimpan kartu tersebut tanpa menelitinya dapat dianggap kurang menghargai calon mitra Jepangnya. Dan bisa di pastikan jika itu yang terjadi maka tidak akan pernah terwujud bisnis diantara mereka.

 

Kesulitan biasanya muncul ketika pertama kali bertemu dengan calon mitra bisnis apalagi jika berasal dari budaya berbeda. Bagaimana bersalaman, saling menyebut nama, saling menyapa. Di Negara Amerika dan Australia , dapat saja kita memanggil nama depan mereka secara langsung unntuk menimbulkan kesan akrab namun jangan lah di lakukan jika berada di Jerman dan Italia. Karena di Jerman dan Italia, mereka yang memiliki kedudukan tinggi di panggil sesuai gelar dan jabatan mereka begitu juga di China.

 

Dalam hal presentasi bisnis pun banyak hal yang mesti diperhatikan dan di fahami misalnya ketika hendak melemparkan lelucon di sela sela presentasi. Di Inggris adalah biasa ketika di tengah presentasi ada yang melontarkan joke atau lelucon guna menyegarkan suasana serius presentasi namun jangan pernah melakukannya ketika berada di hadapan pebisnis Jerman atau Jepang. Mereka akan menganggap anda kurang serius atau tidak serius mempresentasikan bisnis anda di hadapan mereka.

 

Sebagaimana bahasa verbal, bahasa nonverbal seperti sikap tubuh, gerak gerik, ekspresi wajah, senyum , kontak mata, nada suara yang ada pada sebuah kelompok budaya sangat rumit dan berbeda dari suatu budaya ke budaya lainnya. Disadari maupun tidak, perilaku nonverbal tersebut merupakan bagian dari etika komunikasi bisnis.

 

Ada banyak etika komunikasi bisnis lintas budaya yang berbentuk verbal maupun nonverbal. Mempelajari dan memahaminya akan membawa pebisnis dengan budaya berbeda dapat lebih mengenal mitra bisnisnya. Meski mungkin kadang terselip kesalahan di sana sini namun pengertian dan pemahaman kita dapat menyelamatkan kita dalam berkomunikasi. Jadi disarankan kepada para pebisnis untuk mengenali dulu calon mitra bisnis yang hendak mereka temui, terutama jika mereka berasal dari budaya yang berbeda, ini berguna agar ketika pembicaraan bisnis dimulai maka kita memiliki bekal untuk mengantisipasi kesalahan pembicaraan.


Contoh Kasus Pentingnya Komunikasi Lintas Budaya dalam dunia Bisnis

Disney in France 

Disney sebagai perusahaan yang mengembangkan konsep taman hiburan dalam bisnisnya telah berhasil meraih keuntungan di Amerika Serikat dan Jepang. Langkah selanjutnya yang dilakukan Disney adalah mencoba memasuki pasar Eropa, dalam hal ini Paris sebagai target utamanya. Mengapa Paris yang dijadikan kota yang akan dibangun taman hiburan berikutnya? Mengapa tidak memilih kota yang lain?Disney berargumen bahwa Paris dipilih karena beberapa alasan, pertama sekitar 17 juta orang eropa tinggal kurang dari dua jam perjalanan menuju Paris, dan sekitar 310 juta dapat terbang ke Paris pada waktu yang sama. 


Kedua, besarnya perhatian pemerintah kota paris yang menawarkan lebih dari satu milyar dollar dalam berbagai insentif, dan ekspektasi bahwa proyek ini akan menciptakan 30000 lapangan pekerjaan. Namun apa yang terjadi? Dalam pelaksanaanya Disney mengahadapi beberapa masalah antara lain berupa boikot acara pembukaan oleh menteri kebudayaan Perancis, dan kegagalan Disney untuk memperoleh target pengunjung yang datang dan pendapatan yang diharapakan. Mengapa bisa? Hal ini disebabkan karena Disney kesalahan asumsi terhadap selera dan pilihan dari konsumen di Perancis. Ini disebabkan karena perbedaan budaya, Disney menganggap pola budaya perusahaan yang telah berhasil dijalankan di Amerika Serikat dan Jepang akan berhasil pula di Perancis, ternyata tidak. Sebagai contoh, pertama, kebijakan disney untuk tidak menyediakan minuman alkohol di taman hiburan, berakibat buruk karena di Paris sudah menjadi kebiasaan untuk makan siang dengan segelas wine. Kedua asumsi bahwa hari jumat akan lebih ramai dari hari minggu, ternyata berkebalikan. Ketiga, Disney tidak menyediakan sarapan pagi berupa bacon dan telur seperti yang dinginkan oleh konsumen, tapi malah menyediakan kopi dan Croissant.


Begitu juga dengan model kerja tim yang diterapkan, disney mencoba menerapakan model kerja tim yang serupa dilakukan di USA dan Jepang, yang tidak dapat diterima oleh karyawan Disney di Paris. Juga kesalahan perkiraan Disney bahwa orang Eropa akan menghabiskan waktu lam di taman mereka, ternyata keliru.


Kegagalan dan kesalahan pola budaya perusahaan yang dilakukan Disney di Paris, disebabkan oleh adanya kesalahan penafsiran budaya. Disney beranggapan bahwa apa yang diterapakan dan sukses di USA dan jepang akan sukses pula di Perancis. Disney seharusnya mengadakan riset dahulu tentang bagaimana budaya orang Perancis agar pola budaya perusahaan dapat disesuaikan dengan kultur setempat dan diterapkan di Perancis. Dan setelah Disney merubah strateginya yaitu dengan merubah nama perusahaannya menjadi Disney land Paris, merubah makanan dan pakaian yang ditawarkan sesuai pola budaya setempat, harga tiket dipotong sepertiganya, terbukti jumlah pengunjung Disney di Paris mengalami kenaikan. ***