HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kurikulum Merdeka Sebagai Upaya Pemulihan Pembelajaran Pasca Covid-19

Abel Ali Sapitri, Mahasiswa Semester 1 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakuktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Dosen Nur Haz...

Abel Ali Sapitri, Mahasiswa Semester 1 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakuktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Dosen Nur Hazizah,S.Pd,M.Pd Universitas Negeri Padang

Lentera24.com - Pandemi Covid-19 membuat banyak sekali perubahan di berbagai sektor, salah satunya adalah pendidikan. Masa pandemi Covid-19 merupakan sebuah kondisi khusus yang menyebabkan ketertinggalan pembelajaran atau learning loss yang berbeda-beda pada ketercapaian kompetensi peserta didik. Melihat berbagai tantangan yang terjadi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencoba untuk melakukan upaya pemulihan pembelajaran. Salah satu upaya yang dilakukan Kemendikbudristek guna mengatasi permasalahan yang ada ialah merancangkan Kurikulum Merdeka.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pandemi Covid-19 telah menimbulkan kehilangan pembelajaran (learning loss) literasi dan numerasi yang signifikan. Kemendikbudristek kemudian menyusun Kurikulum Prototipe sebagai bagian dari kurikulum nasional untuk mendorong pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Mulai tahun 2022, kurikulum nasional memiliki tiga opsi kurikulum yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan untuk pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19, yaitu Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan Kurikulum Prototipe.


Pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19 penting dilakukan untuk mengurangi dampak kehilangan pembelajaran (learning loss) pada peserta didik. Salah satu indikasi (learning loss) yang tampak adalah berkurangnya kemajuan belajar dari kelas 1 ke kelas 2 SD setelah satu tahun pandemi. Hasil penelitian Kemendikbudristek menunjukkan, sebelum pandemi, kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan (learning loss). Untuk literasi, (learning loss) ini setara dengan 6 bulan belajar, sedangkan untuk numerasi, (learning loss) tersebut setara dengan 5 bulan belajar. Data tersebut merupakan hasil penelitian Kemendikbudristek yang diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7 kabupaten/kota di 4 provinsi,


Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.


Menurut saya kurikulum yang dirancang oleh pemerintah memiliki tujuan yang baik. Perubahan yang dilakukan pun sudah sesuai dengan perkembangan zaman. Saya yakin, Kurikulum Merdeka pun dirancang dengan baik. Mengenai isi dari kurikulum, saya kira, hampir sama dengan K13. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kurikulum ini merupakan kesinambungan dari K13. 


Kurikulum ini lebih sederhana dan menyenangkan, karena fokus pembelajarannya pada pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan bakat dan minat mereka. Komunikatif dan interaktif di mana komunikasi yang terjadi akan lebih interaktif antara pendidik dengan peserta didik melalui penerapan proses pembelajaran kegiatan proyek. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran peserta didik lebih aktif berekspresi sesuai dengan kelebihan masing-masing sehingga dapat mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.


Namun, Persiapan penerapan Kurikulum Merdeka kurang matang. Hal ini bisa dilihat di sebagian besar lembaga pendidikan belum mengenal Kurikulum Merdeka yang sesungguhnya. Sosialisasi Kurikulum Merdeka pun belum masuk di setiap sekolah secara terprogram. Para guru pada umumnya belajar mandiri melalui Diklat dan Webinar untuk memahami Kurikulum Merdeka tersebut, bahkan sebagian guru lainnya tidak berusaha mencari tahu terkait kurikulum terbaru ini. Sistem pelaksanaan Kurikulum Merdeka belum dapat dilaksanakan secara serentak di setiap jenjang pendidikan. Hanya sekolah-sekolah tertentu yang dapat melaksanakan Kurikulum Merdeka. 


Jika seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan belum dikuasai oleh semua pendidik, maka hasil belajar peserta didik cenderung kurang maksimal.


Begitulah sisi positif dan negatif terkait Kurikulum Merdeka. Meskipun memiliki kekurangan, sebaiknya kita tetap berharap bahwa kurikulum terbaru ini merupakan kurikulum terbaik yang benar-benar menuju ke arah pendidikan yang lebih baik. ***