HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Implikasi KTT G20 dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Bali

Oleh Desica Melly Pramitha, Mahasiswi Semester 1 Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Islam Indonesia Lentera24.com - KTT G20, ata...

Oleh Desica Melly Pramitha, Mahasiswi Semester 1 Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Islam Indonesia
Lentera24.com - KTT G20, atau lebih dikenal sebagai Group of Twenty adalah pertemuan para pemimpin dua puluh ekonomi besar dunia. Setidaknya 19 negara dan 1 lembaga UE berpartisipasi dalam forum Bali pada tanggal 15-16 November 2022.

Menurut Bayu Subekti (2022.52), negara-negara G20 menyumbang sekitar 80% dari PDB global, 75% dari perdagangan global, dan 60% dari populasi global. Lebih lanjut, G20 dipandang sebagai model kompromi baru dari kolaborasi multilateral lain seperti Asean, Uni Eropa, dan PBB yang dianggap unggul (Papava, 2016).

Dengan mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”, sejatinya Indonesia berusaha menginisiasi negara-negara untuk saling bekerjasama, saling berkontribusi agar pulih bersama dan bertumbuh semakin kuat dan berkelanjutan.

Adanya G20 ini membahas dua arus topik yang difokuskan pada Finance Track dan juga Sherpa Track (Pratama, Ardani, Sasmitha 2022). Finance Track setidaknya membahas mengenai perekonomian dan finansial seperti kebijakan fiskal, maupun moneter, regulasi keuangan, investasi infrastruktur, dan perpajakan internasional yang dibahas langsung oleh menteri keuangan bersama dengan gubernur bank sentral negara (Pratama, Ardani, Sasmitha 2022). Sementara Sherpa Track berfokus pada isu yang lebih besar dan bersifat global yang membahas diantaranya geopolitik, anti korupsi, perdagangan, pembangunan, perubahan iklim, energi terbarukan, hingga kesetaraan gender.

Selain dua tema menyeluruh ini, Kepresidenan G20 telah mengidentifikasi tiga subjek utama untuk KTT tahun ini: Arsitektur Kesehatan Global, Transisi Energi Berkelanjutan dan Transformasi Digital dan Ekonomi (G20 org 2022, 36).

Menurut Tribunnews.com (2020), “KTT G20 menandai puncak dari prosedur dan upaya yang ketat selama alur kerja G20 atau pertemuan tingkat Menteri, Kelompok Kerja, dan keterlibatan kelompok selama setahun Kepresidenan Indonesia. Karena begitu banyaknya pemimpin dunia yang akan hadir, kemungkinan besar Indonesia akan dapat menginsiasi bentuk kerjasama internasional yang baru.

Karena Indonesia merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN dan G20 yang sangat penting bagi kesehatan dan pemulihan ekonomi global, hal ini juga merupakan kabar baik bagi Indonesia (G20 org 2022, 36).

Momentum besar G20 dengan presidensi yang dipegang hanya sekali dalam setiap generasi atau sekitar 20 tahun sekali ini telah dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Indonesia untuk keluar dari krisis dan memulihkan perekonomian setelah pandemi Covid-19. Presiden Jokowi menyebutkan bahwa tahun 2023 akan menjadi lebih gelap dan lebih sulit dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut Biro Riset Ekonomi Nasioanl Amerika Serikat (NBER), resesi terjadi ketika semua ukuran aktivitas ekonomi (PDB, pendapatan, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir dan eceran) turun secara signifikan dan terus-menerus selama lebih dari beberapa bulan (Zahra, Murialti, dan Hadi 2022). Kondisi ini tentu akan sangat menyulitkan setiap negara yang mengalami resesi dan masyarakat yang ada di dalamnya.

Kondisi Indonesia memang awalnya sempat menimbulkan pesimisme, namun adanya KTT G20 ini membawa angin segar dan harapan sendiri. Dikutip dari buku Elektronik yang diterbitkan khusus oleh pemerintah sebagai panduan G20 disebutkan bahwa G20 punya dampak yang bagus untuk Indonesia (G20 org 2022, 39).

Menteri Keuangan Sri Mulyani dari Republik Indonesia telah menyatakan bahwa KTT G20 menambahkan sebesar US$ 533 juta (sekitar Rp. 4,7 triliun) ke PDB negara. Sementara itu, konsumsi domestik meningkat mencapai Rp. 1,7 triliun.

Namun, industri pariwisata mengantisipasi kenaikan pengunjung, dari 1,8 juta menjadi 3,6 juta. Ini juga membuka peluang terbukanya lapangan pekerjaan baru sekitar 600 sampai 700 ribu lapangan pekerjaan baru di bidang pariwisata, kuliner, fashion ataupun kerajinan kriya.

Selanjutnya, karena saat ini sekitar 80% investor global berasal dari negara G20, dampak G20 terhadap Indonesia juga mendorong dan meningkatkan investasi UMKM yang ada di negara tersebut.

Adanya KTT G20 pada dasarnya membawa angin segar tersendiri bagi Indonesia dan terkhusus Bali. Adanya ajang besar yang diadakan di Bali tentu membuka peluang Bali untuk semakin menarik di mata dunia dan membuka kesempatan Indonesia memperkenalkan diri dengan berbagai kebudayaan yang dimilikinya.

Dengan berbagai keuntungan yang akan datang, tentu juga akan berdampak besar pada Bali sebagai kota yang diunggulkan pada pariwisatanya. Tentu saja hadirnya G20 di Bali membuka peluang kembali bagi Bali untuk bangkit setelah matinya pariwisata akibat Covid-19.

Pelaksanaan Kepresidenan G20 di Bali setidaknya telah memberikan kontribusi pada peningkatan domestik, baik dari segi pemesanan hotel, peningkatan hunian kamar, peningkatan pendapatan dari penyediaan konsumsi para tamu yang disiapkan oleh UMKM dan tenaga kerja yang ada di Bali (Yanthi, Yudhaningsih, dan Pering 2022, 633-644). Tentu hal ini juga berpengaruh pada pendapatan dan pemberdayaan para UMKM yang ada di Bali.

Presidensi G20 pada akhirnya menjadi ajang kebangkitan yang menyulutkan semangat masyarakat Bali untuk kembali tumbuh setelah terjadinya bencana Covid-19. Beberapa contoh kecil yang tampak misalnya adalah saat pandemi Covid-19 terjadi masyarakat Bali yang kebanyakan menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata kesulitan memperoleh pendapatan. Ini tak lain karena banyak hotel, restoran, kafe, toko-toko maupun tempat wisata terpaksa harus tutup sehingga tidak ada wisatawan yang datang.

Akan tetapi, Presidensi G20 seperti menjadi awal baru kembali bagi masyarakat untuk kembali bangkit. Kondisi ini terjadi seiring dengan pariwisata yang kembali di buka besar-besaran bersamaan dengan aneka kegiatan terkait G20 yang diadakan oleh pemerintah.

Dampaknya masyarakat Bali ikut merasakan manisnya dampak G20 seperti misalnya banyak perajin maupun pengusaha kuliner yang kebanjiran pesanan karena adanya perhelatan akbar G20 tersebut.

Senada dengan hal ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif (Menparekraf) Indonesia yakni bapak Sandiaga Uno juga memaparkan bahwa dengan adanya KTT G20 ini telah berkontribusi pada ekonomi bali yang kembali tumbuh sebanyak 8,1% pada kuartal III tahun 2022 ini.

Besar harapan bahwa G20 di Bali akan menjadi puncak pertumbuhan ekonomi Bali dengan terus melakukan kegiatan ekonomi agar perputaran uang terus ada di negara kita dan dapat menyumbang nilai yang tinggi untuk PDB maupun perekonomian nasional dan dunia apalagi di tambah akan adanya liburan akhir tahun (Republika, 2022). ***