Yogi Syahputra Al idrus, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com - Tentu tak bisa dipungkiri bahwa manusia d...
Yogi Syahputra Al idrus, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
Lentera24.com - Tentu tak bisa dipungkiri bahwa manusia di dalam pengalaman hidupnya pasti akan bertemu dengan banyak dikotomi, baik itu suka atau duka, bahagia atau derita, dan masih banyak lagi, di mana semuanya dapat dijumpai tatkala kita mengarungi seluruh hidup dengan satu tujuan yakni kepentingan itu sendiri.
Berbicara soal kepentingan khususnya kepentingan golongan Tulisan ini mencoba membawa kita pada suatu dikotomi yang bersifat ratio empiris. Kita ketahui bersama bahwa politik hadir di ranah akademis dan di tengah kehidupan masyarakat tak terbayangkan, dan berbagai dampak positif maupun negatif yang muncul seperti yang kita alami sekarang ini. Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah Politik selalu dinilai mementingkan kepentingan golongan saja? Sehingga aksioma dari Politik tidak mendapat tempat dan dibilang Nilai (aksiologi) nya pun tidak ada sama sekali?
Sebelum memasuki ranah tersebut Mari kita berbincang-bincang sedikit tentang Aksiologi, Cabang filsafat yang dimaknakan Axio yang berarti Nilai dan Logos yang berarti Ilmu. Aksiologi berkaitan dengan suatu nilai kegunaan dari berbagai macam pengetahuan yang diperoleh. Perkembangan zaman yang terjadi memicu timbulnya kelakuan baru yang fanatik dan ia dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap sebuah lingkungan. Kelakuan itu terus berkembang dan membawa dampak-dampak bagi Mahasiswa di Lingkungan. Mahasiswa adalah makhluk yang paling merasakan adanya perkembangan kelakuan-kelakuan kotor terjadi. Segala misteri yang pada zaman dahulu tidak dapat dijelaskan oleh Mahasiswa lain dan akhirnya di pecahkan dengan berbagai metode yang sudah ditemukan.
Fokus dari Aksiologi terkait pemahaman kebijakan dan kegunaanya. Manfaat sebuah kebijakan apabila digunakan dengan baik berdasarkan pada Nilai-nilai yang dapat diterima oleh siapa pun itu pasti akan memberikan manfaat yang besar bagi orang-orang itu sendiri. Sebagai cabang ilmu filsafat Aksiologi memberikan kepada Mahasiswa suatu penjelasan yang kompleks atas penggunaan membentuk kebijakan atau regulasi yang sekiranya hal tersebut diterima karena dengan rasionalisasi etis terhadap sesama.
Aksiologi memiliki dua aspek, yaitu: Pertama, etika yang berkaitan dengan masalah-masalah moral, perilaku, dan norma yang berlaku pada kelompok tertentu yang sudah menjadi nilai-nilai yang penting. Pemaknaanya jika kita tarik secara radikal bahwa ketika kebijakan dengan latar belakang yang sama tapi di perlakukan berbeda maka sejatinya kebijakan tersebut telah menciderai norma, moral serta prinsip-prinsip yang ada. Rene Descartes 400 tahun yang lalu pernah mengatakan diatas Undang-undang (aturan tertulis) itu ada etika ketika hal tersebut di langgar pula maka kebijakan tersebut berada pada tataran oligarki dan itu sangat berbahaya. Kita jangan mempertahankan segala sesuatu yang hal tersebut telah keliru pembentukanya Kedua, estetika berkaitan dengan suatu nilai keindahan, rasa dan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan perasaan atau penilaian subyektif, dalam estetika ia akan melibatkan berbagai macam nilai yang terkandung dalam diri manusia mulai dari perasaan hingga nilai baik dan buruk. Sekali lagi hal inilah yang tidak didapatkan dalam Politik entah itu politik kampus dan lain-lain, karena berbicara tentang Politik adalah berbicara soal satu kekuasaan yang kokoh dan kekuasaan cenderung bersifat oligarki.
Secara tatanan teoritis/ratio Aksiologi sebagai suatu landasan yang digunakan untuk mendukung kehidupan mahasiswa agar menjadi mahasiswa yang berkualitas dan mampu menggunakan pengetahuan dengan baik dan benar dalam mengambil kebijakan yang ada. Hal ini pula yang membuat Aksiologi digunakan sebagai penentuan suatu nilai dasar yang akan mempermudah seseorang akan melakukan analisis dalam mengambil kebijakan. Sedangkan dalam tataran praktis/empiris Aksiologi dalam hal ini sudah jelas bahwa suatu kebijakan yang baik dan tidak bertentangan dengan Nilai-nilai yang sudah dijelaskan pada manfaat teoritisnya perlu di implementasikan dengan segera. Kegunaan yang sudah pasti memberikan keuntungan bagi Mahasiswa itu sendiri tidak perlu ditunda lagi penerapanya. Apabila hal tersebut terjadi, Maka kehidupan mahasiswa akan lamban dalam perkembanganya dan masih terjebak dalam lingkungan yang kurang maju.
Konotasi diatas jika kita lihat keadaan Pemiluraya sekarang yang terjadi di Kampus khususnya di Universitas Muhammadiyah Malang merupakan keadaan yang tidak memiliki Nilai (Aksiologi). Kecurangan-kecurangan yang terjadi merupakan sebuah keniscayaan yang sudah menjadi kebiasaan (custom) di Pemiluraya dimulai dari Kesalahan menilai pemberkasan sehingga munculnya keos dan lain sebagainya yang hal tersebut terjadi setiap tahun sekali. Penulis berharap peristiwa-peristiwa seperti ini tidak lagi terjadi karena akan memutuskan tali persaudaraan para pihak (mahasiswa), Jika bertarung, tarunglah secara sehat dan demokratis semoga Pemiluraya ditahun depan dapat berjalan kondusif dan Demokratis. "power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely." (kekuasaan itu cenderung mengorupsi (manusia), dan kekuasaan yang mutlak akan mengorupsi secara mutlak pula). (“Lord Action”). ***