HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kurangnya Rasa Kesadaran Masyarakat Terhadap Tradisi Barikan

Halimatus Sya’dhyah Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember Email: halimatussyakdhyah343...

Halimatus Sya’dhyah Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember Email: halimatussyakdhyah343@gmail.com 

Lentera24.com - Disetiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda-beda. Tradisi dapat dikatakan sebagai kebiasaaan atau warisan yang diturunkan secara turun temurun oleh nenk moyang terhadap kehidupan masyarakat di desa. Tradisi dalam kehidupan masyarakat harus tetap dilestarikan dan dipertahankan supaya tidak hilang, khusunya tradisi Barikan. Tradisi Barikan merupakan ucapan atau ungkapan rasa syukur masyarakat Desa terhadap hasil bumi yang diperolehnya. Tradisi ini memiliki daya pikat tersendiri bagi masyarakat Jawa, salah satunya yaitu di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. 


Tradisi Barikan dilakukan oleh masyarakat dengan cara berkumpul disuatu tempat yang biasanya dilakukan dilakukan di tiga tempat yakni (1) Sumur Windu yang dipercaya warga setempat sebagai tempat pesinggahan Pati Gajah Mada, (2) Jembatan, dan (3) Waduk yang bernama “Waduk Gerimis”. Kemudian masyarakat membunyikan kentongan yang bertujuan untuk memberikan tanda supaya segera berkumpul serta masyarakat membawa makanan dari rumahnya masing-masing. Biasanya masyarakat Desa membawa sesajen, roti, nasi, ketan kelapa, dan lain sebagainya. setelah itu masyarakat berkumpul ditenga-tengah kerumunan dan kemudian sesepuh atau tokoh masyarakat membacakan sebuah do’a terlebih dahulu. Selesai membacakan do’a, masyarakat saling menukarkan makananya. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar masyarakat dapat merasakan hasil rezeki yang diperoleh satu sama lain. Tradisi ini juga dapat meningkatkan kerukunan antar sesama warga. 


Tradisi Barikan tidak hanya dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur, tetapi juga dilaksanakan sebagai tolak balak atau membuang sial agar tanaman, hewan, maupun manusianya selalu diberi keselamatan, kelancaran rezeki, dan kesehatan. Tradisi Barikan tidak hanya diikuti oleh orang dewasa saja melainkan juga anak-anak baik laki-laki maupun perempuan. Menurut salah satu warga Dusun Mrico bahwa tradisi Barikan dilaksanakan satu sekali setelah masyarakat selesai menanam padi di sawah. 


Seiring perkembangan zaman, seolah-olah Tradisi Barikan di Dusun Mrico, Desa Tanjung Rejo perlahan-lahan sudah mulai terkikis. Pada zaman dahulu, ketika akan diadakan tradisi Barikan ini, banyak masyarakat dengan sigap menyiapkan makanan dan berbondong-bondong datang ketempat tanpa adanya suatu perintah. Masyarakat yang datang mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Sehingg dapat dikatakan bahwa masyarakat pada zaman dahulu memiliki sikap antusias yang tinggi dalam mengikuti tradisi Barikan. Jika dilihat dari aspek modernisasi yang terjadi saat ini, masyarakat maupun muda-mudi mulai sudah tidak peduli terhadap sebuah tradisi. Banyak faktor yang menyebabkan tradisi mulai berkurang, baik itu faktor internal maupun eksternal. 


Faktor internal yang mempengaruhi yakni lemahnya kebersamaan yang disebabkan oleh tidak adanya rasa kepekaan, kepedulian dan kesadaran antar sesama terhadap tradisi Barikan. Partisipasi masyarakat saat ini juga semakin berkurang akibat kesibukannya dalam bekerja mulai pagi hari hingga sore hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, ada juga masyarakat yang bekerja sampai lembur. Kemudian munculnya rasa individualisme dalam diri masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya. Pada faktor eksternal dapat dilihat dari hadirnya media sosial dalam kehidupan masyakat yang dapat menghambat kegiatan masyarakat. Masyarakat cenderung lebih berpandangan terhadap dunia dibandingkan dengan kehidupan yang nyata. Teknologi sekarang ini dijadikan faktor penting dalam kehidupan masyarakat.


Oleh karena itu, masyarakat Dusun Mrico masih tetap melaksanakan tradisi Barikan sampai saat ini supaya tetap bertahan dan masih lestari, meskipun orang-orang yang datang hanya sedikit yakni hanya orang dewasa saja yang sudah tua. Jika pada zaman dahulu mereka datang dengan kesadaran hati, tetapi saat ini masyarakat hanya datang menunggu perintah. []