HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kerapan Sapi Brujul, Salah satu Budaya Lokal Probolinggo, Jawa Timur

Nabilatul Husna Lailuva  Semester 6  Pendidikan Sejarah  FKIP, Universitas Jember Lentera24.com -  Probolinggo merupakan salah satu daerah...

Nabilatul Husna Lailuva Semester 6 Pendidikan Sejarah FKIP, Universitas Jember

Lentera24.com - Probolinggo merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang terbagi menjadi 2 (dua) wilayah yakni Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo. Kota Probolinggo sendiri merupakan jajaran kota yang terletak di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura) yang mana letaknya terdapat pada ketinggian 0 sampai kurang dari 50 meter di atas permukaan air laut. Selain itu, Probolinggo memiliki berbagai macam budaya lokal yang dijalankan oleh masyarakat setempat.

Salah satu dari budaya lokal tersebut adalah Kerapan Sapi Brujul. Kerapan Sapi Brujul yaitu perlombaan sapi di areal pertanian berair yang dilakukan pasca panen. Tradisi Kerapan Sapi Brujul Kota Probolinggo telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tanggal 18 Oktober 2019. Biasanya tradisi ini dilakukan di lapangan kerapan yang terletak di Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Jawa Timur.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Penulis: ditwdb), tradisi ini berawal dari kebiasaan petani yang selalu membajak sawah menggunakan sapi sebelum ditanami padi. Namun, seiring berjalannya waktu, kebiasaan tersebut menjadi hobi baru dan kemudian dikembangkan menjadi perlombaan Kerapan Sapi Brujul antar petani saat musim tanam padi telah tiba. Tradisi Kerapan Sapi Brujul ini telah ada dan dilakukan secara turun temurun yang diselenggarakan masyarakat Probolinggo. Kerapan Sapi ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1950-an. Dalam penggunaan sapi juga ada jenisnya yakni dengan jenis sapi yang biasa digunakan untuk membajak sawah. Kerapan Sapi Brujul ini juga berbeda dari ras sapi merah di Pulau Madura. Perlombaan Kerapan Sapi Brujul biasa menggunakan dua sapi jenis sapi bajak padi dan dikemudikan oleh seorang joki. 

Seiring berjalannya waktu, perlombaan ini banyak diminati oleh masyarakat sehingga terbentuk kelompok-kelompok Kerapan Sapi Brujul. Tradisi ini terus berkembang, terkait dengan busana kebesaran joki dan sapi serta pelatihan yang dilakukan melatih sapi agar memiliki satu tujuan dan prinsip dengan joki. Tradisi ini kemudian meluas hingga ke desa Triwung, Sumber Wetan, Kedopok dan Wonoasih, Pilang serta Ketapang. Sang pemenang dari perlombaan ini kemudian diarak menggunakan alat musik Pandalungan yaitu kenong telok.  Perlakuan khusus terhadap pemenang tidak hanya mengenai si Joki yang sapinya sehingga harganya naik hingga 25-30 Juta rupiah.***