HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

PENTINGNYA PARENTING PADA ANAK SEJAK USIA DINI

Auliya Dwi Rakhmawati Semester 3 Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com --  Parenting me...

Auliya Dwi Rakhmawati
Semester 3 Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang

Lentera24.com -- Parenting merupakan salah satu kegiatan yang  dilakukan  oleh  orang  tua  dalam dan juga keikutsertaan orang tua dalam  tumbuh  kembang  anak. Parenting pada anak usia dini bisa tidak hanya  dilakukan  di lingkungan keluarga, akan tetapi bisa dilakukan dalam lingkungan  sekolah  dengan  mengikutsertakan  pendidik  dan  guru (Kurniawan & Hermawan, 2017). Pemerintah Indonesia sudah menyediakan pendidikan untuk pra sekolah, yaitu dapat dikenal dengan  sebuatan  sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tujuan parenting dari orang tua dan sekolah adalah sama yaitu mendidik anak, mengasuh anak, dan memberikan pendidikan sebaik mungkin guna mempersiapkan anak sejak dini untuk kehidupan yang  masa akan datang (Andrianti, dkk., 2020). 

Orang tua adalah pendidik  pertama  bagi  seorang  anak  dan  berperan penting dalam tumbuh kembang anak. Anak pertama kali belajar dari  orang  tua, karena lingkungan pertama anak setelah  kahir  adalah  keluarga.  Menurut  Hayati (2014) setiap orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mengurus dan mendidik anak. Akan tetapi  berdasarkan  survey  yang  telah  dilakukan,  banyak  orang  tua yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri  dan  parenting  terhadap  anak dikesampingkan, dan orang tua memilih pra sekolah bagi anak usia dini sebagai pengganti.

Parenting dapat diartikan sebagai interaksi antara orang tua dan anak guna melindungi,  mengenalkan,  mendidik,  saat  mereka tumbuh   kembang. Parenting dapat dikenal juga pola asuh orang tua sangat mempengaruhi  kepribadian  seorang anak. Sehingga, pemberian pola asuh kepada anak harus benar-benar dipikirkan matang oleh orang tua.

Parenting tidak hanya meliputi kebutuhan fisik saja seperti makan, minum, dll. Tetapi meliputi kebutuhan psikologis anak,  contohnya rasa senang. Pola asuh yang tepat untuk  mencapai  keinginan  anak  (dalam  hal  positif) dapat menciptakan sebuah prestasi bagi anak.

Jenis-jenis parenting, diantaranya:

 

1.            Authoritarian Parenting

Pola asuh ini orang  tua  memaksakan  apa  yang  diinginkannya  kepada  anak,  dan anak harus  mengikuti  apa  yang  diinginkan oleh orang  tuanya.  Pola  interaksi  ini tidak cukup baik bagi tumbuh kembang anak, karena orang tua akan memaksakan kehendaknya kepada anak tanpa memberikan penjelasan apapun.

2.            Authoritative Parenting

Pola  asuh  ini  lebih  fleksibel  dibandingkan  dengan  pola  asuh   Authoritafian Parenting. Artinya  pada  pola  asuh  ini  anak  diberikan  kebebasan  dalam  hal bermain, berinteraksi, dll. Orang tua memberikan kebebasan tersebut dengan batasan-batasan tertentu. Pada parenting ini orang tua menjelaskan kepada anak mengenai hal yang  baik  dan  tidak.  Sehingga  anak  bisa  mengerti  apa  yang  baik bagi mereka dan tidam berdasarkan edukator orang tua.

3.            Permissive Parenting

Pada pola asuh permissive parenting, orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak. Sehingga anak belajar untuk mangatur dan mengontrol dirinya sendiri serta bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Edukasi yang diberikan orang tua pada anak sangat sedikit pada jenis ini. Jika anak melakukan kesalahan, orang tua hanya sedikit menegur dan bahkan ada orang tua yang tidam mempedulikannya.

4.            Neglectful Parenting

Contoh pola asuh pada jenis ini yaitu orang tua memikirkan tentang ekonomi dibandingkan dengan anak. Bahkan ada orang tua yang menelantarkan anak demi mengurus kegiatan ekonominya. Pola asuh  jenis  ini  anak  sangat  sedikit  mendapatkan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikis dari orang tuanya.

5.            Overprotective Parenting

Pada pola asuh ini orang tua akan berpikir terlalu jauh terhadap  perilaku  dan  keinginan anak. Orang  tua akan berupaya melindungi  anak  dalam  hal  apapun. Pada pola asuh ini anak akan menghabiskan banyak waktu  dengan  orang  tua  saja dan tentu akan berdampak pada kehidupan yang akan mendatang, sebagai contohnya anak akan menjadi pribadi yang kurang tanggung jawab karena selalu bergantung kepada orang tua.


Menurut  Vinayastri  (2015)  orang  tua  memiliki  peran   penting   dalam tumbuh  kembang  anak.  Pada  usia  dini  kecenderungan anak  sudah   terlihat beragam. Pada saat balita atau pra sekolah perkembangan otak anak sangat  dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, sehingga orang tua harus menyadari  akan pentingnya hal  tersebut.  


Perkembangan  otak  sudah  aktif  pada  usia  0-6  tahun. Anak akan lebih cepat menyerap informasi pada usia tersebut atau pada masa balita dibandingkan pada saat dewasa.


Pola asuh orang tua sangat beragam agar harapan orang  tua  bisa  terpenuhi oleh sang buah hati. Krisdayanthi (2019) memaparkan salah satu cara parenting terhadap anak yaitu menerapkan gemar menabung. Jika pada saat dini anak sudah dididik  dengan  menabung,  tidak  menghabiskan  banyak   uang,   membeli   barang yang bersifat penting maka saat dewasa sudah bisa dipastikan anak dapat mengelola keuangannya sendiri dan pada saat dewasa nanti ada kemungkinan juga bahwa anak tidak akan mengalami masalah keuangan. Hal tersebut tentu akan berdampak positif bagi anak. Orang tua sebaiknya berhasil dalam menerapkan strategi menabung. Dengan diterapkannya  strategi  menabung,  maka  anak  akan belajar untuk menghargai uang dan  belajar  untuk  memenuhi  keinginannya sendiri tanpa perlu merepotkan orang lain.


Kesehatan tidak kala pentingnya bagi semua orang. Parenting mengenai kesehatan perlu diterapkan kepada anak  sejak  usia  dini.  Wiranata (2020) menuliskan  cara  untuk  memberikan  edukasi  terhadap  anak   bisa   dimulai   dengan hal hal yang sederhana seperti mandi, memotong kuku, membuang sampah pada tempatnya, dan  mencuci  tangan.  Dengan  begitu  anak  bisa  ikut  terlimbat  atau campur tangan  terhadap  kesehatannya  sendiri.  Orang tua sebagai pendidik pertama harus paham mengenai kesehatan pada anak. Orang tua juga harus bisa menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak,   karena  anak  akan  mengalami penolakan jika pola asuh yang diberikan orang tua tidak tepat/sesuai dan tumbuh kembang anak tidak berjalan dengan baik.


Pola asuh sejak dini masih ada banyak lagi, contohnya parenting dalam keagamaan. Yani., dkk. (2017) memaparkan  terkait  permasalahan  parenting  dalam hal keagamaan  pada  umumnya,  diantaranya  anak  tidak mau belajar, anak tidak mau sholat, anak selalu menunggu perintah, anak malas, anak kurang moods, anak kecapean dsb. Strategi  untuk  menangani  permasalahan  tersebut  yaitu  orang  tua harus sabar dalam mendidik anak.  Cara selanjutnya yaitu pemberian reward  atau hadiah kepada anak jika anak sudah melakukan ibadah. Kemudian memberikan pengertian dan penjelasan yang  baik  sehingga  dapat  diterima  anak.   Keagamaan perlu diterapkan sejak usia masih dini agar membiasakan anak mendekatkan diri  kepada sang pencipta.  Dengan  diterapkannya  nilai  nilai  keagamaan  pada  anak, maka akhlak dan perilaku anak akan sesuai dengan norma keagamaan.


Pendididikan karakter  perlu  diterapkan  pada  anak  sejak  usia  dini.  Orang tua dapat bekerja sama  dengan  sekolah  dalam  membangun  karakter  pada  diri  anak. Sebagai contohnya yaitu orang tua dalam mendidik anak di rumah untuk menanamkan pendidikan karakter agar berbanding lurus dengan pendidikan  karakter di sekolah yaitu melalui metode keteladanan contohnya orang  tua mengajarkan kepada anak untuk bersikap jujur kepada siapapun (Haryanti,  dkk. 2021). ***