HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kenalakan Remaja Penyakit Bagi Generasi Muda

Moh Maulana Ishak, Mahasiswa Semester 1 Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com | Kita ketahui bahwa ...

Moh Maulana Ishak, Mahasiswa Semester 1 Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang

Lentera24.com | Kita ketahui bahwa pendidikan merupakan salah satu penunjang keberhasilan seseorang dimasa depan. Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, seperti halnya dalam menyekolahkan. Hal itu dilakukan agar sang anak dapat mendapatkan ilmu dan menjadi seorang yang baik dalam bertingkah laku baik, dari aspek kedewasaan pikiran maupun kondisi ekonoomi. Oleh karena itu, disetiap benak para orang tua bercita-cita  menyekolahkan anak-anak mereka supaya berpikir lebih baik, bertingkah laku sesuai norma agama dan negara. Lalu paling utama sekolah, yang dapat mengantarkan anak-anak mereka ke pintu gerbang kesuksesan sesuai dengan profesinya.

Seseorang mendapat pelajaran pertama dimulai dari lingkungan keluarga, seperti agama, akhlak, dan cara berprilaku. Setelah lingkungan keluarga, sekolah menjadi tempat kedua anak mendapatkan pengetahuan. Dimulai dari tingkat terendah yaitu TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Namun, pada kenyataannya gambaran anak di Indonesia memprihatinkan, karena banyak dari mereka harus berhenti dan tidak menyelesaikan sekolah pada waktunya.


Bukan hanya diwajibkan oleh negara, namun di agama Islam juga ada Hadist yang menyatakan tentang kewajiban untuk bersekolah atau menuntut ilmu, yaitu“Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”(HR. Ibnu Abdil Barr).


Apakah peran orang tua penting dimasa pendidikan anak? Iya karena orang tua berperan sangat penting dalam berjalannya pendidikan anak, tapi juga banyak orang tua menyepelekan pendidikan seseorang anak yang bisa berpengaruh kepada keberhasilan masa depannya kelak. Dikarenakan kebanyakan orang tua hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak di sekolah, padahal saat berada dirumah peran orang tua sangat penting. Seperti saat ikut dalam menyelesaikan massalah anak, karena tidak semua anak mengerti materi yang dia dapat di sekolah.


Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk  di pecahkan. Faktor ekonomi  menjadi salah satu alasan seseorang berhenti sekolah dan lebih memilih bekerja untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Selain faktor ekonomi, adapun faktor sosial yang juga dapat menjadi penyebab seseorang bisa putus sekolah. Contohnya karena pengaruh teman yang buruk dan mengakibatkan anak tersebut sering bolos, merokok, mabok, dan lain-lain.


Di Indonesia pun masih dibilang dengan tingkat pendidikan yang rendah. Dari dulu masalah putus sekolah masih menjadi hal yang belum menemukan cara tepat untuk menanggulanginya. Seseorang yang memutuskan untuk berhenti sekolah memiliki alasan tertentu. Penyebab seseorang putus sekolah sangat beragam, mulai dari  keadaan ekonomi yang tidak memadai, faktor internal masing-masing anak, dan faktor eksternal yang bisa disebabkan oleh lingkungan ataupun pergaulan. Tapi di negara kita sendiri ini, dominan alasan putus sekolah adalah ekonomi yang rendah.


Jika kita melihat betapa mirisnya nasib anak-anak yang harusnya duduk dan belajar di bangku sekolah, harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Meskipun Indonesia sudah memfasilitasi Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk warga yang tidak mampu agar bisa tetap mendapatkan haknya dalam pendidikan, namun itu belum cukup. 


Lalu bagaimana sikap kita terhadap kejadian ini? Dan bagaimana pemerintah bertindak? Pendidikan merupakan hak yang fundamental bagi anak. Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa seseorang putus sekolah karena faktor ekonomi, putus sekolah adalah keadaan dimana seseorang mengalami ketelantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang seorang anak tanpa memperhatikan hak-hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.


Untuk mengurangi angka putus sekolah, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan pendidikan di Indonesia. Seperti biaya sekolah gratis untuk anak-anak yang kurang mampu dalam ekonominya. Pemerintah juga harus memperhatikan dan membimbing yang sudah terlanjur putus sekolah. Begitu pun masyarakat maupun anak-anak yang bersekolah untuk tidak mengasingkan anak yg putus sekolah karena adanya perbedaan derajat. Jadi bimbinglah generasi muda agar menjadi penerus bangsa yang akan mengharumkan negara kita Indonesia. []***