Yovi Ade Surya Mahasiswa Semester 3 Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Lentera24.com --- Di masa p...
Yovi Ade Surya Mahasiswa Semester 3 Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
Lentera24.com --- Di masa pandemi seseorang di tuntut untuk diam di rumah, berbagai aktifitas yang biasanya di lakukan di luar ruangan menjadi sangat terbatas. Bahkan, aktifitas yang biasanya sangat biasa untuk dilakukan di luar ruangan menjadi asing untuk di lakukan. Hal ini mengakibatkan seorang anak harus melakukan aktifitasnya di rumah termasuk menjalankan urusan Pendidikan. Seorang anak yang lebih banyak menghabiskan kegiatannya di rumah selama pandemi memiliki waktu yang cukup banyak untuk berkumpul dengan keluarga mereka terutama dengan orang tuanya.
Selama pandemi peran keluarga terutama orang tua sangatlah berarti bagi seorang anak, karena keluarga adalah tempat berpulang dan melepas beban. Definisi keluarga juga bisa dijabarkan sebagai kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, serta adopsi. Definisi itu sendiri menunjukkan adanya kekuatan serta kekompakan yang mengingat antara satu sama lain.
Lantas bagaimana dengan seorang anak yang terlahir dalam ruang lingkup keluarga yang toxic?. Definisi keluarga toxic pun juga bermacam – macam namun keluarga yang saling menyakiti satu sama lain baik secara lisan maupun verbal juga sudah bisa di katakan sebagai keluarga toxic.
Orang tua yang mendidik secara egois serta perihal lain yang membuat seorang anak merasa rumahnya bukan tempat ia berpulang, juga sangat berpengaruh dalam perkembangan mental dan prilaku seorang anak.
Terkadang peran orang tua yang tak sadar telah menyakiti anaknya dengan kata – kata yang tak di sengaja terucap juga sangat mempengaruhi perkembangan mental seorang anak dalam berkembang. Keluarga toxic bisa menjadi racun yang sangat mematikan bagi korban yang terkena racun tersebut, racun itu perlahan merasuki tubuh dalam kurun waktu yang cukup lama lalu perlahan meracuni pikiran serta tanpa sadar merusak mental. seorang anak yang terkontaminasi racun ini akan memiliki dampak bagi kekuatan mentalnya dan juga prilakunya saat melakukan interaksi sosial. Adapun dampak seorang anak yang terlahir dalam keluarga toxic yaitu :
⦁ Enggan dan malas bertemu keluarga
Seorang anak yang memiliki sifat introvert bukan berarti anak tersebut terlahir dalam keluarga yang toxic. Namun seorang anak yang suka menyendiri serta susah untuk berinteraksi dengan keluarga kemungkinan memiliki pengalaman toxic yang membuat diri mereka merasa trauma serta takut untuk memulai komunikasi. Tak hanya dalam ruang lingkup keluarga, seorang anak juga akan membatasi interaksi komunikasinya terhadap orang di sekitar. Seorang anak yang terindikasi dalam keluarga toxic juga lebih suka melakukan interaksi komunikasi memulai telfon dan menghindari interaksi intens bersama teman, bagi mereka interaksi secara langsung adalah sebuah tantangan yang sulit untuk dilakukan.
⦁ Berpikiran secara berlebihan
Seorang anak yang terlahir dari keluarga toxic dan sering berkumpul atau berinteraksi dengan keluarga lebih besar kemungkinan memiliki pemikiran yang berjalan secara terus – menurus. Pemikiran ini dominan di isi oleh pemikiran yang negatif yakni takut terhadap prasangka seseorang, baik orang lain maupun keluarga. Seorang anak yang hidup di keluarga toxic lebih banyak berfikir tentang kekurangan dirinya serta takut akan pikiran orang lain yang disangka sedang memikirkannya atau bisa disebut dengan overthinking. Hal ini menjadikan seorang anak menjadi was – was saat bertemu orang lain ataupun keluarganya sendiri.
⦁ Cepat marah
Seorang anak yang sedang menghadapi masa sulit sangat lah wajar dalam mengekspresikan kemarahannya. Namun, bentuk peluapan ekspresi kemarahan yang dialami oleh seorang anak yang terlahir dalam keluarga yang toxic sangat lah berbeda dengan anak pada umumya. Anak yang terlahir dalam keluarga toxic meluapkan kemarahannya dalam kurun waktu yang cukup lama serta di picu oleh alasan yang tidak terlalu penting. Bentuk ekspresi kemarahnya pun berbeda yakni kemarahan tersebut di ikuti dengan Tindakan kasar, kata – kata yang tidak pantas, serta perbuatan yang agresif karena hal yang telah di alami oleh seorang anak tersebut sangatlah berat.
⦁ Menganggu sistem kekebalan tubuh
Di kondisi pandemi seperti ini sistem kekebalan tubuh sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Namun, seorang anak yang terlahir dari orang tua yang toxic biasanya memiliki gangguan dalam sistem kekebalan tubuh mereka. hal tersebut di picu oleh stress kronis akibat hubungan yang tak sehat di lingkungan keluarga terutama tekanan yang berasal dari orang tua. Stress kronis mengakibatkan keluarnya zat sitokin yang disebut sitokin inflamasi.
Zat tersebut adalah bahan kimia untuk membunuh virus dan bakteri. Akan tetapi, ketika sistem kekebalan diaktifkan secara berlebihan, sitokin berubah akan memakan sel dalam tubuh dan menyebabkan penyakit autoimun, seperti aterosklerosis.
Kadar sitokin yang tinggi sulit untuk dihilangkan dan dapat memperburuk gangguan depresi dan kecemasan. Psikolog Dr. Ramani Durvasula juga mengatakan, “pertengkaran konstan atau ketidaksepakatan dalam hubungan dekat, termasuk hubungan dengan orangtua, juga bisa mengakibatkan sistem kekebalan tubuh melemah”. Menurut Dravasula, “pola negatif dan kritis yang terus terjadi dalam hubungan tersebut akan tertanam secara biologis dan mempengaruhi kesehatan manusia”.
⦁ Kesehatan jantung menjadi terganggu
Seorang anak yang mengalami tekanan otomatis akan merubah pola hidupnya. Pola makan menjadi terganggu serta pola tidur yang menjadi amburadul. Riset 1985 yang diikuti oleh 10.000 peserta telah menemukan efek hubungan dalam keluarga dengan kondisi kesehatan fisik dan emosional keluarga. Penelitian yang dilakukan selama 12 tahun itu mengungkap bahwa orang-orang yang berada dalam hubungan keluarga yang toxic memiliki risiko tinggi untuk mengalami masalah kesehatan jantung. Hal ini membuktikan bahwa Kesehatan seseorang juga di pengaruhi oleh Kesehatan mental orang tersebut serta lingkungan yang memadai.
Lalu bagaimana cara memperbaiki mental seorang anak akibat orangtuayang toxic?
Seorang anak yang mengalami tekanan dari orang tua apalagi di masa pandemi hari – harinya akan terasa sangat berat untuk di lalui. dengan demikian seorang anak harus melakukan tips di bawah ini agar hari – hari yang di lalui tidak terlalu berat serta dapat sedikit melepas beban. Tips yang harus di lakukan yakni :
⦁ Sediakan waktu me time untuk diri sendiri
Waktu me time untuk diri sendiri sangatlah penting bagi seseorang khususnya seorang anak yang terlahir dalam keluarga toxic. Dengan meluangkan waktu me-time seorang anak dapat berfikir bahwa dirinya sangat berharga, seorang anak juga bisa melakukan aktifitas favoritnya di tengah himpitan permasalahan yang amat rumit. Dengan demikian seorang anak dapat sedikit mengenal dirinya sendiri serta memperbaiki mental yang perlahan mulai rusak akibat tekanan lingkungan toxic.
⦁ Jangan memiliki keinginan untuk mengubah orang tua
Seorang anak yang terlahir dalam keluarga toxic sangat ingin merubah orang tua mereka. Banyak di antara mereka yang ingin orang tuanya memiliki pola pikir seperti apa yang mereka inginkan. Namun, hal tersebut justru membuat keadaan semikin memburuk karena sejatinya orang tua yang toxic tidak akan pernah sadar dengan apa yang mereka perbuat. Jadi hal yang harus di lakukan seorang anak ialah ikuti apa yang orang tua mau selagi dalam batas wajar guna mengurangi kesalahpahaman serta konflik yang terjadi di dalam keluarga, dengan demikian keluarga akan terlihat harmonis dan perlahan – lahan membaik seiring berjalannya waktu.
⦁ Berusaha untuk percaya diri
Percaya diri sangatlah penting bagi seseorang karena dengan percaya diri seseorang dapat lebih berani untuk menampilkan kelebihnnya. Seorang anak yang terlahir dari orang tua yang toxic juga harus melawan rasa takut serta ketidakpercayaan diri yang di bentuk oleh orang tua mereka. Walaupun sulit, namun, usaha untuk meraih kepercayaan diri ini tidak akan berkhianat dan akan sangat bermanfaat jika di terapkan.
Percaya diri sangatlah penting bagi seseorang karena dengan percaya diri seseorang dapat lebih berani untuk menampilkan kelebihnnya. Seorang anak yang terlahir dari orang tua yang toxic juga harus melawan rasa takut serta ketidakpercayaan diri yang di bentuk oleh orang tua mereka. Walaupun sulit, namun, usaha untuk meraih kepercayaan diri ini tidak akan berkhianat dan akan sangat bermanfaat jika di terapkan.
⦁ Pikirkan hal positif
Memiliki pikiran yang positif dapat memperbaiki imunitas tubuh serta mental seseorang. Pemikiran positif juga akan membawa pengaruh positif di kehidupan sehari – hari. Maka bagi seorang anak yang terlahir dalam keluarga yang toxic sangat di sarankan untuk selalu berfikir posif dan juga menyibukan diri dengan kegiatan yang di sukai dengan demikian seorang anak tersebut tak terlalu memikirkan beban berat yang ia pikul.
⦁ Habiskan lebih banyak waktu Bersama dengan keluarga serta selalu bersyukur
Kondisi pandemi saat ini juga memiliki dampak positif yakni lebih memiliki banyak waktu luang dengan keluarga karena memang semua kegitan seseorang hanya bisa di lakukan di dari rumah. Hal positif ini dapat dimanfaatkan oleh seorang anak untuk menghabiskan waktu dengan orang tua mereka dan juga berkomunikasi dengan orang tua secara intim dari hati ke hati dengan demikian orang tua akan menjadi tau apa yang dirasakan oleh anak mereka serta orang tua juga akan berusaha memperbaiki kesalahannya setelah mengetahui dampak apa yang mereka perbuat selama ini tanpa sadar. Tak lupa juga selalu bersyukur dengan apa yang di miliki dan di alami karena dengan bersyukur kita lebih merasa lega dan juga sadar bahwa seorang manusia memang hakikatnya tidak ada yang sempurna semua memiliki kekurangan serta kelebihan masing – masing begitu juga dengan orang tua kita.
Nah, Dari penjabaran di atas perlu kita ketahui bahwa parenting yang baik akan menciptakan mental yang baik pula untuk seorang anak dengan demikian seorang anak siap menghadapi rintangan yang akan datang. Yuk mulai saat ini perbaiki pola pikir, pola asuh, serta pola didik menjadi lebih baik lagi dengan cara mendengarkan keluh kesah anak, mulai memahai keinginan anak serta jauhkan sifat egois untuk mendidik seorang anak karena mental yang baik tercipta dari lingkungan yang berkualitas. []***