HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Peningkatan Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Deli Serdang Dari Ancaman Malaria

 Oleh :  Ricky Nopandra* Kesehatan merupakan salah satu dari hak asasi manusia, dalam UUD 1945 juga dinyatakan bahwa setiap orang berhak hid...

 Oleh : Ricky Nopandra*


Kesehatan merupakan salah satu dari hak asasi manusia, dalam UUD 1945 juga dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Namun dalam masalah kesehatan ini adanya Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.

Foto : Ilustrasi

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala panas dingin menggigil serta demam berkepanjangan. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut. Proses penurunan dan pemberantasan penyakit malaria di sumatera utara sudah lama menjadi fokus, namun masih ada masyarakat yang menderita penyakit malaria. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh mobilitas penduduk dalam jumlah yang banyak. 

Rumah merupakan lingkungan fisik yang dalam keadaan sehat dapat mengurangi terjadinya kontak dengan nyamuk dan meminimalkan terjadinya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Rumah tersebut menyediakan banyak tempat perkembangbiakan nyamuk karena topografi dan ekologinya. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293 Tahun 2009, tentang Pemberantasan Malaria di Indonesia dan Pulau Sumatera  menetapkan target eliminasi malaria pada tahun 2020. Adanya strategi untuk mengurangi perilaku terjadinya kejadian malaria antara lain:

Mengetahui Daerah Endemis dan Non-endemis

Di bidang epidemiologi dan imunologi, masyarakat dari daerah non endemis yang tidak ada kasus malaria lebih rentan tertular malaria saat berkunjung ke daerah endemis. Semakin lama seseorang tinggal di daerah endemis, semakin besar risiko terpapar gigitan nyamuk pembawa parasit malaria 

Kondisi Fisik Rumah

Ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian malaria. Laporan WHO di Media Center menyebutkan bahwa ketidaklengkapan rumah akan menyebabkan nyamuk datang, bersantai, dan menggigit manusia di dalam rumah. Rumah dengan konstruksi yang baik dapat mengurangi kontak nyamuk dengan manusia untuk meminimalkan risiko penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, bahkan di sekitar rumah terdapat perkembangbiakan nyamuk 

Penggunaan Anti Nyamuk

lebih dari separuh penderita malaria dalam penelitian ini menggunakan alat anti nyamuk atau repellant. Responden kasus malaria tidak menggunakan kelambu dan 69% tidak menggunakan obat anti nyamuk. Kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dapat mengurangi kontak antara manusia dengan nyamuk. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian malaria. Responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk setiap hari berisiko 2,719 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan yang menggunakan obat anti nyamuk. obat nyamuk setiap hari.

Beraktivitas pada Malam Hari

Aktivitas malam hari di luar ruangan sangat berisiko tertular penyakit malaria. dan orang-orang lebih berisiko jika mereka meninggalkan rumah tanpa mengenakan pakaian pelindung, seperti kemeja lengan panjang dan celana panjang. Berada di luar rumah pada malam hari meningkatkan risiko kontak antara orang sehat dengan nyamuk Anopheles yang membutuhkan darah untuk menyelesaikan siklus gonotrofik. Jika nyamuk memiliki sporozoid di kelenjar ludah, maka kemungkinan orang tertular malaria akan meningkat.

Jadi dapat disimpulkan, Kebanyakan penderita malaria hidup dalam kondisi fisik yang meningkatkan risiko tertular penyakit, kecil kemungkinannya memiliki riwayat mengunjungi daerah endemik, cenderung tidak menggunakan obat nyamuk, dan kecil kemungkinan tidak menggunakan obat nyamuk.


*Penulis merupakan mahasiswa dari Universitas Kristen Duta Wacana E-mail : rickysembiring50@gmail.com