Lentera 24 .com | JAKARTA -- Berbagai Negara di dunia saat ini tengah dalam penelitian untuk menemukan vaksin COVID-19, termasuk Indonesia....
Lentera24.com | JAKARTA -- Berbagai Negara di dunia saat ini tengah dalam penelitian untuk menemukan vaksin COVID-19, termasuk Indonesia. Uji klinik vaksin Sinovac, telah masuk tahap III dan selesai melakukan penyuntikan kepada seluruh relawan. Penelitian tersebut dikawal langsung oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan keamanan, dan kemanjurannya sebelum nantinya digunakan masyarakat. Pelaksanaan uji klinik ini harus memenuhi aspek ilmiah dan menjunjung tinggi etika penelitian sesuai pedoman cara uji klinik yang baik.
Sejauh ini hasil uji klinik fase III
dinyatakan aman dan tidak ditemukan reaksi berlebihan. Kendati demikian masih
beredae mitos-mitos mengenai vaksin di masyarakat yang perlu diklarifikasi oleh
para ahli, guna memberikan pemahaman dan fakta yang benar dan menyeluruh bagi
masyarakat.
Sebagian besar masyarakat sudah mempercayai
dan mengakui kegunaan vaksin bagi pencegahan infeksi penyakit menular, akan
tetapi masihada sedikit dari masyarakat yang meragukan keamanan dan kemanjuran
vaksin, termasuk meragukan keamanan vaksin COVID-19 yang masih dalam proses
pengujian.
Prof. Dr. dr. Cissy Kartasasmita , Sp.A
(K), M.Sc, Guru Besar Fakultas Keokteran Universitas Indonesia, mengatakan. “Mitos
seputar vaksin cukup banyak, masyarakat harus pandai memastikan informasi yang
benar. Hal yang tidak masuk akal, harus kita tinggalkan. Terutama harus
hati-hati untuk membagikannya dengan orang lain”, ujarnya pada acara Dialog
Produktif bertema Keamanan Vaksin dan Menjawab Mitos dengan Fakta, yang
diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(KPCPEN), Senin (16/11).
Vaksin sendiri merupakan cara mencegah
infeksi penyakit tertentu dengan efisien dan efektif. Vaksin terbukti mampu
mencegah banyak penyakit seperti, BCG, Polio, Hepatitis B, Campak, Rubela, Hib,
PCV, Influenza, Dengue, HPV. “Yang perlu diketahui pula, apabila kita melakukan
imunisasi pada banyak orang maka akan timbul yang disebut dengan imunitas
populasi atau dikenal dengan herd immunity. Ini akan melindungi orang lain yang
belum atau tidak bisa diberi vaksin seperti, bayi atau orang dengan penyakit
gangguan imun”, ujar Prof. Cissy Kartasasmita.
Penolakan yang luas terhadap vaksin
COVID-19 justru menghambat terciptanya kekebalan kelompok yang diinginkan. Minimal
cakupan imunisasi COVID-19 mencapai 70% dari jumlah populasi.
Terkait proses pembuatan vaksin yang cepat,
Prof. Cissy mengatakan. “Teknologi dan kemampuan sumber daya yang maju, serta
ketersediaan biaya, mempercepat proses penemuan vaksin COVID-19, dimana
fase-fase yang harus dilalui dilakukan secara paralel”.
Laporan keamanan uji klinik vaksin COVID-19
fase satu dan dua telah dipublikasikan pada publikasi internasional dan
menunjukkan hasil yang baik. Hasil tersebutlah yang menarik minat lebih dari 2000
relawan untuk berpartisipasi pada uji klinik fase tiga di Bandung. Dari 2000
relawan tersebut, 1620 relawan memenuhi syarat untuk berpartisipasi hingga saat
ini telah selesai divaksinasi dan menuggu laporan hasil uji resminya.
Menjawab efek samping vaksin COVID-19 yang
telah diuji coba pada ribuan relawan di Indonesia, Prof. Cissy mengatakan,
“Tidak ditemukan efek samping yang berat, info atau berita mengenai adanya yang
meninggal, sakit berat, sakit punggung, itu tidak terbukti dari hasil uji
klinik vaksin COVID-19. Setelah dilakukan penelitian, kejadiannya ternyata
tidak berhubungan langsung dengan vaksinasi”.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Cissy juga
menghimbau kepada orang tua untuk tetap rutin memberikan vaksin kepada
anak-anak dan balita. Ada 12 program imunisasi nasional yang diberikan gratis
pada anak-anak dan balita.
Dalam kondisi pandemi, pemberian vaksin
rutin diberikan, agar tidak menjadi pandemi yang lain nantinya. “Yang paling
rawan di sini campak. Campak sangat mudah menular. Imunisasi pada bayi itu yang
paling utama, jadi tidak betul bayi tidak boleh diimunisasi”, kata Prof. Cissy.
“Vaksin adalah salah satu cara kita untuk
terlindungi dari infeksi penyakit tertentu. Namun kita tetap harus melakukan
perilaku 3 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak aman) secara
disiplin, sampai akhir pandemi nanti”, tutup Prof. Cissy.[] L24.sai