Lentera24.com | BANDA ACEH -- Terkait permasalahan mahasiswa dalam menjalani pendidikan di tengah pandemi Covid-19, Juru Bicara (Jubir) G...
Lentera24.com | BANDA ACEH -- Terkait permasalahan mahasiswa dalam menjalani pendidikan di tengah pandemi Covid-19, Juru Bicara (Jubir) Gerakan Mahasiswa (GERAM) Peduli Kampus meminta kepada Pers Mahasiswa (Persma) agar lebih kritis dan independen dalam mengkritik kebijakan kampus yang dianggap meresahkan mahasiswa, Jumat (10/07/20).
Mahasiswa Aceh ini mengatakan, bahwa persoalan kampus bukan hanya tanggung jawab Organisasi Mahasiswa (Ormawa) seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), melainkan juga tanggung jawab seluruh mahasiswa dan juga termasuk Persma yang berkewajiban mengawal isu-isu hangat yang sedang terjadi di kampus.
"Ini darurat, kebijakan yang sudah beredar baru-baru ini khususnya di Aceh, saya rasa masih ada yang kurang dan tidak sesuai harapan kita selaku mahasiswa, persoalan uang kuliah misalnya. Tentunya, hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab DPM, BEM dan sejenisnya, melainkan juga peranan Persma sangat sakral di sini dalam hal Agent of Control untuk mengawal kebijakan kampus-kampus kita. Jika tidak ada pengawalan dari salah satu lembaga independen ini, tentunya kampus berpotensi untuk semena-mena mengeluarkan kebijakan", ujarnya.
Mahasiswa ini pun berharap agar kampus lebih mendengar aspirasi mahasiswa lewat tulisan-tulisan yang diupload melalui media Persma dan juga meminta kepada Persma agar proaktif berada di pihak yang benar.
"Saya harap kampus untuk lebih mendengar keluhan mahasiswa melalui tulisan yang diupload melalui media Persma. Saya meminta juga kepada kawan-kawan Persma, agar proaktif berada di pihak yang benar. Karena kelembagaan kampus juga termasuk ke dalam rincian penggunaan uang kuliah yang dibayarkan mahasiswa, maka tidak ada alasan lembaga kampus tidak pro mahasiswa dan lebih menyukai menulis berita yang berbau kemajuan kampus semata.
Menulis kekurangan dan kejanggalan yang terjadi di sekitar mahasiswa dan kampus, merupakan jalan terbaik untuk melawan. Jika tidak demikian, maka turun saja pimpinan Persma dari jabatan dan gantikan kepada mereka yang lebih kritis dalam hal menulis", tutupnya. []L24.sai
Mahasiswa Aceh ini mengatakan, bahwa persoalan kampus bukan hanya tanggung jawab Organisasi Mahasiswa (Ormawa) seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), melainkan juga tanggung jawab seluruh mahasiswa dan juga termasuk Persma yang berkewajiban mengawal isu-isu hangat yang sedang terjadi di kampus.
"Ini darurat, kebijakan yang sudah beredar baru-baru ini khususnya di Aceh, saya rasa masih ada yang kurang dan tidak sesuai harapan kita selaku mahasiswa, persoalan uang kuliah misalnya. Tentunya, hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab DPM, BEM dan sejenisnya, melainkan juga peranan Persma sangat sakral di sini dalam hal Agent of Control untuk mengawal kebijakan kampus-kampus kita. Jika tidak ada pengawalan dari salah satu lembaga independen ini, tentunya kampus berpotensi untuk semena-mena mengeluarkan kebijakan", ujarnya.
Mahasiswa ini pun berharap agar kampus lebih mendengar aspirasi mahasiswa lewat tulisan-tulisan yang diupload melalui media Persma dan juga meminta kepada Persma agar proaktif berada di pihak yang benar.
"Saya harap kampus untuk lebih mendengar keluhan mahasiswa melalui tulisan yang diupload melalui media Persma. Saya meminta juga kepada kawan-kawan Persma, agar proaktif berada di pihak yang benar. Karena kelembagaan kampus juga termasuk ke dalam rincian penggunaan uang kuliah yang dibayarkan mahasiswa, maka tidak ada alasan lembaga kampus tidak pro mahasiswa dan lebih menyukai menulis berita yang berbau kemajuan kampus semata.
Menulis kekurangan dan kejanggalan yang terjadi di sekitar mahasiswa dan kampus, merupakan jalan terbaik untuk melawan. Jika tidak demikian, maka turun saja pimpinan Persma dari jabatan dan gantikan kepada mereka yang lebih kritis dalam hal menulis", tutupnya. []L24.sai