HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Lisan Mu Cerminkan Kepribadian Mu

Nama : Putri Pratama NIM   : 180101054/ UIN AR-RANIRY Dosen : Iping Rahmat Syahputra M.Sc. Mata Kuliah : Politik Hukum Islam di Ind...

Nama : Putri Pratama
NIM   : 180101054/ UIN AR-RANIRY
Dosen : Iping Rahmat Syahputra M.Sc.
Mata Kuliah : Politik Hukum Islam di Indonesia
Lentera 24.com|Hakikatnya manusia itu menciptakan ciptaan Allah Subhanahu wa ta'ala yang sempurna. Kesempurnaan ini membuat manusia berbeda dengan yang lain, bisa mengendalikan panca indera yang melekat pada itu. Dengan panca indera kita sebagai manusia dapat melakukan sesuatu dengan mudahnya. Diantaranya, panca indera yang luar biasa gunanya dan luar biasa juga bahayanya yaitu lisan atau Lidah.

Dengan lisan bisa membahagiakan sekaligus menyakiti orang, membuat orang menangis disaat yang sama juga bisa membuat orang tersenyum. Dan tak jarang perdamaian dan permusuhan yang tumbuh di sekitar kita itu akibat dari perbuatan lisan kita. 

Bicara masalah lisan, juga lepas dari hati sebagai objek dari lisan. Karena apa yang kita perbuat dengan lisan kita akan berperan dengan hati seseorang

Lisan yang kita dapat membawa kita pada faedah dan petaka bagi kita. Pepatah Arab mengatakan, “Sesungguhnya Lisan ibarat binatang buas, jika membawahya dengan di ikat, niscaya ia menjagamu. Namun jika membawanya dengan melepas, niscaya ia menerkammu. Karena itu haruslah datang meminta tolong sekadarnya dan minta tolong berhati-hati. ”Lisan itu ibaratkan pisau jika disalah gunakan maka akan melukai banyak orang. 

Dari pepatah ini juga keselamatan dan kecelakaan seseorang tergantung pada kemampuannya mengendalikan lisannya.

Mengambil masalah lisan, pada prinsipnya lisan membawa manfaat sekaligus mudharat yang mengikutinya, hal ini memerlukan cara kita menggunakan oral tersebut. Namun demikian, kita tidak boleh menghiraukan hal yang ditimbulkan dari apa yang kita keluarkan dari lisan kita. Rasulullah SAW. Bersabda,

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya memegang lisan." (HR al-Bukhori). 

Maksud hadis ini, keselamatan yang kita peroleh pada apa yang kita ucapkan. Jika kita bisa mengeluarkan lisan dan selalu memutar keburukan yang menimbulkan permusuhan dan selalu menyakiti orang lain lebih baik kita diam. 

Abu Hurairah, Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

BACA JUGA Mengenang Wahid Hasyim: Hidup Singkat Sang Pejuang Tujuh Kata " Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari terakhir maka memintalah ia mengatakan yang terbaik at0au diam." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi menjelaskan hadits di atas dalam kitab hadits-hadits Arba'in. Beliau menjelaskan, “Imam Syafi'i menjelaskan maksud maksud hadits ini adalah meminta tolonglah yang meminta diajukan terlebih dahulu. Jika diharapkan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka dia harus berbicara. Akan tetapi, jika diharapkan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu membawa mudharat atau tidak, maka bawa dia tidak mau bicara.”

Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang dibatalkan amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam saat berbicara”.

Agama Islam telah menyelesaikan tuntunan kita dengan menggunakan lisan dengan baik dan benar. Allah berfirman, “ Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia meraka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh orang bersedekah, atau meminta kebaikan, atau melakukan di antara manusia. Barangsiapa berusahalah mencari keridhaan Allah, maka kami akan meminta pahala yang besar. ” (QS an-Nisaa '[4]: 114).

Dari ayat ini kita disuguhkan ayat itu Allah menyuruh kita menggunakan lisan untuk hal-hal yang baik. Misalnya dengan menasihati orang lain, ikut mendamaikan dua orang yang berseteru juga termasuk hal-hal yang baik. Menggunakan lisan di jalan mempertanyakan rasa syukur terhadap Allah Sang Khalik.

Dalam pandangan Islam, Jika seseorang tidak bisa berbicara yang mengandung Manfaat, maka lebih baik diam. Karena diam akan menyelamatkan kita dan mendidik jiwa menjadi berakhlak mulia. 

Rasulullah saw. Mengumumkan hal ini dari sabda beliau yang diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah saw. bersabda,

عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك

 " Hendaklah lebih banyak diam, sebab diamalkan bisa melawan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (HR Ahmad).

BACA JUGA Mengenang Siyono, Membersamai Qidam
Sahabat Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Lisan seorang mukmin berada di belakang keyakinan, sedangkan hati orang munafik berada dibelakang lisannya." (Lukman Santoso, 2008: 29). Maksudnya peran lisan bagi seorang muknin selalu terkontrol dan terlatih. Apa yang akan ia ucapkan merupakan hasil pertimbangan dari hati dan pikirannya. Lawan orang lain atau lawan bicaranya.

Berbeda dari orang yang munafik, lisannya tidak terkendali oleh perdamaian. Apa yang ia bicarakan berbeda jauh dari yang sebenarnya atau dari emosi. Kembali ini menunjukkan peran oral yang sangat menentukan dalam membentuk kepribadian kita. 

Sahabat Ali juga menambahkan, “Lisanmu meminta apa yang telah diterima biasakan, dan lisan meminta tidak meminta pemiliknya. Karena itu, lisanmu laksana binatang buas yang jika dilepaskan maka akan menggigitmu atau menggigit orang-orang disekitarmu. ” (Lukman Santoso, 2008: 30-31).

Dari penjelasan ini, sejatinya apa yang keluar dari lisan kita itu sesuai dengan kebiasaan dan keyakinan kita. Jika lisan terbiasakan berarti baik, maka apa yang keluar dari mulut kita sesuatu yang baik dan bermanfaat pula. 

Sebaliknya, jika lisan dikeluarkan mengeluarkan perkataan yang jelek, maka akan banyak mudharat yang timbul akan perkataan tersebut.

Dari penjelasan diatas, sudah sewajibnya kita meminta oral kita. Lisan merupakan karunia Allah yang sepantasnya kita gunakan sebaik-baiknya dan tidak perlu mendapat keburukan. Mengucapkan terima kasih yang merupakan sedekah. Rasulullah saw. menyinggung hal ini,

قول معروف صدقة

" Ucapan yang baik adalah sedekah." (HR Muslim).

Dengan ini mari kita membiasakan diri kita untuk selalu membuat pribadi kita pribadi yang baik, cinta akan kedamaian, membuat pribadi yang berpikir sebelum berbicara sehingga menuntun kita akan menguntungkan dan aman akan melakukan oral kita.

"Barang siapa tidak dapat menjaga hatinya, niscaya ia tidak akan dapat menjaga lidahnya.” Imam al-Ghazali.

Kadang kita lancar berbicara tanpa berpikir, tidak sempat menangkal segala ucapan yang menyembur keluar, yang tanpa sadar membuat seseorang tersakiti. Walau pada kita itu hanyalah kata-kata BIASA, namun bukan pada pendengar kita.

BELAJARLAH BERKATA YANG BAIK JIKA INGIN KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK.

Belajarlah berkata baik jika tidak mau tersakiti.
Percayalah, jika menyakiti orang lain, sadar atau tidak, kita akan tersakiti juga.***