HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Fastabiqul Khoirot yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan

Aindana Zulfa Mahasiswi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh Dosen pengampun: Iping Rahmat syaputra M. Sc. Politik Huk...

Aindana Zulfa Mahasiswi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Dosen pengampun: Iping Rahmat syaputra M. Sc.

Politik Hukum Islam di Indonesia


Lentera 24.com | Jika kita memperdalaminya, maka  ini merupakan sebuah konsep makna yang begitu luas.

Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 148 dijelskan “dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya, maka berlomba-lombalah dalam sebuah kebaikan dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat) sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Dalam kandungan ayat  diatas Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk selalu mengerjakan amal kebaikan (amal shaleh) dalam hidup dan kehidupan ini baik itu berupa kebajikan kepada-Nya, kepada manusia, kepada makhluk lainnya atau bahkan kepada alam sekitanya, semua kebaikan yang kita lakukan haruslah disertai dengan rasa ikhlas dan niat yang baik, “sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya”.

Jangan pernah mengharapkan sebuah sanjungan dari orang lain jelas perbuatan itu sangat tidak disukai oleh Allah, maka semuanya akan sia-sia saja.

Jika kita sertai dengan niat yang baik dan ikhlas semata hanya untuk mendekatkah diri kepada Allah (taqarrub ilallahi) maka akan kita peroleh nantinya keselamatan didunia dan keselamatan diakhirat kelak.

Berlomba-lomba dalam kebaikan, dalam konteks ini ada dua pemahaman yang harus kita pahami. Yaitu Pertama, dalam konteks kebaikan yang berhubungan dengan beribadah kepada Allah SWT maka kita harus mendahului diri kita sendiri dari pada orang lain. Salah satu contohnya, ialah shaf terdepan dalam shalat berjama’ah.

Nah dalam konteks contoh ini sebahagian ada orang yang ketika hendak shalat dia lebih mendahulukan orang lain di shaf terdepan di bandingkan dirinya sendiri, mungkin dikarnakan beberapa faktor juga mengapa dia harus mendahului orang lain ketimbang dirinya.

Berkemungkinan dia sudah tua dari pada dirinya atau para senior, para guru-guru, atau bahkan para pejabat sekalipun.

Yaa memang kita sering menganggap bahwa ini adalah suatu hal yang sangat baik dikarnakan juga berdampingan dengan suatu akhlak dan adab kita terhadap orang lain, apalagi dia adalah guru kita, dan ternyata pandangan seperti ini juga sangat buruk dalam pandangan Rasulullah SAW. 

Jadi Budaya seperti ini tidak berlaku di dalam beribadah kepada Allah akan tetapi sangat-sangat berlaku diluar dari pada kategori beribadah kepada Allah.

Kedua dalam konteks kategori kebaikan kepada selain Allah maka haruslah kita mendahulukan orang lain tersebut.

Misalnya ketika dalam keadaan di dalam bis atau angkutan umum, ketika kita hendak duduk ternyata tempat duduknya hanya tersisa satu lagi dan ketika itu juga ada orang tua atau guru atau lain sebagainya yang ingin duduk, lantas apakah kita yang harus duduk? seperti kata-kata yang pernah kita dengar “siapa luan dia dapat” seperti ini tidak baik, alangkah baiknya kita yang berdiri lalu orang tersebut yang duduk.

Begitu banyak yang kita lakukan dalam keseharian salah satunya melakukan kebaikan dengan rasa ikhlas dan niat yang baik.

Bukan hanya sekedar mengungkapkan “yang penting berbuat baik aja deh” dalam ungkapan ini sungguh sangat disayangkan dikarenakan apa? Dia yang tidak ada niat dan keikhlasan dalam melakukan kebaikan itu seolah-olah dia hanya pasrah atau terpaksa saja melakukannya tanpa ada unsur mengarapkan yang terbaik dari Allah SWT.

Nah buat kita semua, mari kita Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan) kapanpun dan dimanapun itu.

Jangan mau ketinggalan Kerjakan sesuatu yang berguna tidak menunggu-nunggu waktu karna waktu akan ditelan oleh masa.

Pergunakanlah lima kesempatan itu dengan baik dan benar sebelum datang yang lima yaitu: 1, pergunakan hidupmu sebelum datang matimu (ajalmu) 2, pergunakan sehatmu sebelum datang waktu sakitmu 3, pergunakan waktu senggangmu sebelum datang waktu sempitmu 4, pergunakan waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu dan 5, pergunakan waktu kaya sebelum datang waktu miskinmu [HR. Baihaqi dari Ibnu Abbas].[]***