HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Dari Perempuan untuk Perempuan

Oleh: Nazrina Julika Sari Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum,  Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh  Dosen Pembimbing: Iping...

Oleh: Nazrina Julika Sari Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh Dosen Pembimbing: Iping Rahmat Saputra

Lentera24.com | Catatan ini untuk perempuan yang mengambil peran, baik sebagai anak, menantu, istri dan atau ibu, saudara dan ipar, tetangga dan warga negara. Baik yang berkarya, bekerja diluar rumah memilih berdaya dengan suka rela, artinya perempuan yang berkontribusi lewat berbagai bidang dan cara. 

Sebagian perempuan mengalami hambatan bahkan celaan harian dari lingkungan. 

Perempuan untuk membuat pilihan saja sudah menantang, kita kerap merasakan perasaan bersalah walau memiliki tujuan mulia. 

Tidak sedikit manusia yang cemas dengan kemampuannya sendiri tidak jarak malah menganggap rendah dirinya sendiri.

Tidak heran karena penelitian menunjukkan sukses berkolerasi positif untuk laki-laki namun kerap membawa konsekuensi negatif bagi perempuan menjadi sukses dan disukai bukan hal yang biasa untuk perempuan. Justru kerap bertolak belaka. 

Kenyataan disekeliling menunjukkan apa yang kita miliki dianggap bertentangan dengan tradisi, pekerja perempuan yang mengumpamakan posisi dianggap hanya memikirkan diri sendiri. Mereka yang berani untuk unjuk diri sering kali justru dihindari. Bahkan saat sudah berhasil sukses membawa manfaat bagi orang lain pun cibiran masih mungkin datang. 

Menjadi berhasil bagi seorang perempuan bisa saja menjadi hal negatif, dianggap begini dianggap begitu dan macam-macam. Banyak yang harus diperbaiki tapi mari memulai dari diri sendiri. 
Tidak ada yang lebih tau perempuan selain diri kita sendiri, harga diri tidak ditentukan oleh orang lain melainkan pengenalan berasal dari diri sendiri, tahu kekuatan dan kekurangan sendiri, dan yang terpenting paham apa yang hendak dikejar dan direalisasikan. 

Defenisi kepercayaan diri adalah mengetahui impian masing-masing, mereka yang gagal menghargai diri sendiri tak punya kesempatan kedua untuk menilai orang lain. 

Apakah menghakimi sesama perempuan?

Perempuan harusnya saling bergandengan tangan bukan malah saling menjatuhkan. Mungkin karena kita melihat hidup sebagai ajang kompetensi, karena perempuan mempunyai keterbatasan ruang yang didominasi laki-laki. Jadi tanpa sering kita sadari kita sering cemas, merasa tidak pernah cukup untuk diri sendiri. Akibatnya siapa pun bisa terata ancaman gerak gerik sejawat bisa dicurigai sebagai tantangan. 

Ada fonomena yang dikenal dengan istilah queen be syndrome hasil penelitian mengungkapkan 58% hasil perendung di tempat kerja adalah perempuan dan hampir 90 % dari mereka memilih perempuan lainnya sebagai korban. 
Padahal menjadi positif bukan tanda kita lemah, mendukung mereka yang berhasil bukan berarti kita mengakui kegagalan. Yakin bahwa kesuksesan tidak perlu diperebutkan dan kerja bersama bisa lebih didahulukan akan membuat perempuan tidak pernah sendirian, kita ditemani yang lain, oleh perempuan yang lain. 

Mari bicarakan pencapaian teman kerja perempuan kita. Mengapa itu perlu? Karena jika laki-laki dipromosikan karena potensinya, perempuan hanya berdasar performa yang sudah dibuktikannya. Jangan mengikuti gaya mereka yang kerap mengikuti pemimpin perempuan dimuka umum bukan dengan pengakuan dan keahlian tetapi pujian pada penampilan. 

Jika tak ada yang sudi mempromosikan seorang perempuan, biar sesama perempuan pula yang menjujurkannya. Mari lebih menunjukkan empati dan kemurahan hati, menjauhi kecemburuan, menghindari runjingnya perasaan salah yang kerap mendera perempuan. 
Kita mengalaminya dan terus berlatih untuk lebih baik setiap hari. 

Kita sudah terbiasa bekerja keras dibanding dengan pria. Perempuan biasanya lebih rajin, lebih tekun, lebih konsisten. Karena sering kali pintu-pintu yang terbuka mudah untuk laki-laki itu justru harus diketuk dan didobrak oleh perempuan. Jadi mari membangun lingkaran dengan kekuatan antar perempuan, lingkaran untuk berbagi pikiran dan perasaan juga memupuh keberaniaan. Percayalah kita tidak pernah sendirian jika mau membangun lingkaran.[]***