Lentera 24 .com | LANGSA -- Terkait pertikaian Lahan Reforma Agraria, antara pemilik Sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional Vs Akt...
Lentera24.com | LANGSA -- Terkait pertikaian Lahan Reforma Agraria, antara pemilik Sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional Vs Akte Jual Beli Notaris, Gagal di Mediasi oleh Muspika Kecamatan Birem Bayeun Aceh Timur, pada Jum'at petang (07/05/20), di Mapolsek setempat berbuntut panjang.
Hal ini dibenarkan oleh Kapolsek Birem Bayeun, Iptu Ayub SE, kepada Lentera24, melalui telp selulernya, pada Sabtu (09/05/20). Sedangkan pihak Muspika telah berupaya untuk Memediasi kasus pertikaian kepemilikan lahan Reforma Agraria, di desa Blang Tualang tersebut.
Dikatakan oleh Kapolsek Birem Bsyeun Iptu Ayub SE, yang ikuti hadir dalam upaya mediasi itu bersama Camat Birem Bayeun, Jainuddin, SE, Danramil Lettu Inf Jaya Sakti serta dari kedua belah pihak yang selama ini bertikai ini, namun upaya penyelesaian masalah ini gagal dimediasikan. Karena, pihak Ketua Koperasi Produsen Sinar Maju (KPSM), Rizal alias Tgk Maop, tidak mampu menunjukkan berkas apapun.
Sedangkan pihak Koperasi Serba Usaha Sinar Jaya (KSU SJ) Birem Bayeun Aceh Timur yang menaunggi masyarakat (pemegang Sertifikat BPN telah siap menunjukan berkasnya.
Masih menurut Kapolsek Iptu Ayub SE, mediasi ini merupakan mediasi awal dan ini akan digelar lagi serta dilengkapi dari pihak, Pertanahan serta Kehutanan, ujar Kapolsek.
Menurut pengamatan Lentera24, dengan terjadinya Deadlock, pada Mediasi tersebut dikhawatirkan akan terjadi sengketa antar kedua pemilik lahan.
Bahkan lebih heboh lagi, sangat santer isu yang senter berkembang, ada 'oknum' yang membeking untuk menguasai lahan tersebut.
Perlu juga dilaporkan beberapa waktu lalu qpada Sabtu sore (2/3/20), sedikitnya 100 orang pemilik lahan, Reforma Agraria di Desa Blang Tualang Kec, Birem Bayeun Aceh Timur mengamuk, mereka memaksa kelompok penggarap segera meninggalkan areal berikut alat berat yang sudah,1 bulan lebih merambah dilahan milik mereka.
Lentera24 yang ikut mengamati secara langsung di TKP peristiwa yang nyaris, memakan korban akibat bentrok fisik yang tidak terhindari walaupun diguyur derasnya hujan duel tangan kosong terjadi dilahan, antara pemegang surat BPN versus AJB. Terkesan bagaikan, perang antar suku dipedalaman Papua.
Masyarakat yang tergabung dalam Koperasi KSU SJ Birem Bayeun datang ke lokasi, menggunakan 4 unit mobil pick up, Duble cabin dan puluhan kenderaan roda 2, sambil meneriakan yel-yel pengusiran.
Aksi masyarakat yang tidak terkendali bergerak secara berbondong bondong menuju Camp/Barak Koperasi Produsen Sinar Maju menghentikan seluruh aktifitas meng-explotasi kayu.
Mereka hanya berperinsip dan berberpedoman, lahan itu adalah lahan masyarakat, bukan mikik simata sipit atau orang luar dengan bukti, surat Sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) .
Setibanya diareal persisnya di depan barak/camp KPSM, suasana bertambah seru dan menegangkan, kedua belah pihak sama sama memengang golok (parang) untuk menebas atau menghujat kearah lawan.
Lebih serunya lagi waktu itu, ketika mereka saling berhadapan tanpa basa - basi langsung terjadi duel tangan kosong, bagaikan adegan cinema film Bollywood (india).
Pertarungan terhenti dengan kedatangan warga yang bertambah banyak dan masing masing kubu berupaya melerai, golok yang sudah disiapkan di pinggang tak jadi dihunus kearah lawan.
Pertikaian dilanjutkan dengan perang "adu mulut", diberbagai sudut posisi lapangan masing- masing, mempertahankan, kebenaran sebagai, kepemilikan yang sah.
Disela sela adu argumen, Ketua KPSM Rizal alias Tgk Maop, menyatakan, saya keluar dari areal apabila sudah ada titik terang berupa tapal batas kepemilikan dari pihak petanahan, kilah maop.
Sedangkan dipihak masyarakat yang diwakili oleh Geodong mengatakan, "setiap surat sertifikat yang dikeluarkan oleh BPN, tetap berdasarkan pengukuran yang akurat, mana surat kalian, keluar baik baik apa harus dengan kekerasan", ujar Geodong didamping, Udin dan Beureugom mewakili ratusan masyarakat.
Disisi lain, masyarakat mendekati barak sambil menggoyang goyangkan bangunan, seolah olah mau merobohkan sambil menghardik, para pekerja yang berasal dari luar daerah.
Suasana tegang dan "panas" mencari saat menyelang waktu berbuka puasa, sementara Maop tak kelihatan lagi, beberapa orang anggotanya meninggalkan arena yang mulai redup (gelap) dan sebelumnya hiruk pikuk.
Menariknya, tragedi ini berlangsung sangat seru dan mendebarkan seharian dan nyaris berdarah darah, namun masyarakat dari kelompok KSU SJ, tetap menunjukan sikap sportifitas dan Kesatriaannya.
Hal ini dibuktikan disaat sejumlah personil KPSM yang pulang berjalan kaki, ditengah gelap gulitanya hutan, masih mau diberikan fasilitas tumpangan, walaupun mobil sudah penuh berdesakan.[]L24.sai.